Télécharger l’application
8.94% Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs / Chapter 60: Menolak

Chapitre 60: Menolak

Mobil Astro baru saja akan memasuki halaman rumah saat kami melihat Zen keluar menggunakan motornya. Zen sempat menatap kami di dalam mobil, tapi tak mengatakan apapun. Dia langsung pergi begitu saja.

Astro menoleh ke arahku, sepertinya bertanya-tanya apa yang dilakukan Zen. Karena aku pun penasaran sama sepertinya, maka aku menaikkan bahu tanda tak tahu.

Kami menyalami dan mencium tangan Opa seperti yang biasa kami lakukan saat sampai di teras depan. Namun kali ini ada yang berbeda. Aku mendapati sebuah papan catur Shogi berada di atas meja.

Sepengetahuanku catur shogi adalah catur yang berasal dari Jepang. Bagaimana cara memainkannya, aku tak mengerti. Aku hanya pernah melihatnya sekali, dipajang di lemari kaca saat menemani Ayah ke rumah kolega.

"Maaf ya, Opa, Faza pulangnya telat. Tadi Astro nemenin Faza ke makam dulu." ujarku.

"Bukan masalah. Astro sudah makan malam?" Opa bertanya.

"Belum, Opa." ujar Astro.

"Kita makan dulu ya. Makanannya sebentar lagi siap. Opa ke ruang baca sebentar. Kalian bisa langsung ke dapur, ada Oma di sana." ujar Opa sambil mengamit catur Shogi dari atas meja.

Kami menuruti perintah Opa untuk langsung menuju dapur. Kami bergantian memberi salam dan mencium tangan Oma sebelum duduk. Sepertinya Oma dan Bu Asih baru saja selesai memasak karena ada beberapa menu di atas meja yang masih mengepulkan uap panas.

"Oma, temen Faza tadi ngapain ke rumah?" aku bertanya pada Oma yang sedang mencuci tangan.

"Zen? Tadi nemenin opa main catur. Kemarin dia nganter jaket Faza trus sempet ngobrol lama sama opa, tapi Oma ga tau apa yang diobrolin. Kalau Faza mau tau bisa tanya sendiri ke opa."

Aku dan Astro bertatapan dalam diam. Kami tahu sekarang bukan saatnya mengutarakan apa yang ada di dalam kepala kami. Tidak saat ada Oma di sekitar kami.

***

"Guys, yang mau ikut ke lokasi lomba robotik buat dukung sekolah kita merapat ke mejaku sekarang!" Tasya berteriak setelah bel istirahat pertama berbunyi.

Donna yang duduk di depanku berdiam diri di mejanya. Zen juga tak beranjak dari mejanya yang berada di sampingku. Namun Fani, Siska, Reno, dan Toro bergantian merapat ke meja kami.

"Segini aja nih? Ini sih kebanyakan tim dekor agustusan kemarin." ujar Reno.

"Delapan orang ya." ujar Tasya setelah selesai menghitung. "Muat kan Zen kalau kamu bawa mobil kamu lagi?"

"Harusnya sih. Mau jalan jam berapa?" Zen bertanya.

"Acara mulai dari jam sembilan, tapi giliran lombanya belum ketauan. Mungkin kalau dateng agak siang ga pa-pa kali ya? Sekitar jam setengah sebelas sampai sana?"

"Okay."

"Ada yang perlu dibawa ga? Umbul-umbul atau apa gitu?" Siska bertanya.

"Sekolah kita punya booth di sana. Katanya ada bendera kecil logo sekolah. Kita bisa minta." ujar Tasya.

"Kita pakai baju apa ke sana?" Donna bertanya.

"Karena lombanya tahun ini dibuka umum buat narik minat kalangan luar, jadi boleh pakai baju apa aja."

"Okay. Udah gitu aja?" Reno bertanya.

Tasya hanya mengangguk.

"Ya udah. Ke kantin yuk Zen."

"Males ah. Nitip roti maryam dong dua." ujar Zen sambil menyodorkan uang pada Reno.

"Kebiasaan nih anak. Yuk, Ro." ujar Reno pada Toro yang mengikuti di belakangnya.

"Ikut dong." ujar Fani.

"Ikut ke kantin ga, Za?" Donna bertanya padaku setelah Tasya, Fani dan Siska mendahuluinya keluar kelas mengikuti Reno.

"Aku ga dulu. Kalian aja." ujarku yang memang tak berniat ke kantin karena berencana akan tidur. Aku baru saja akan memasang earphone dan menyandarkan kepala ke meja saat mendengar Zen bicara.

"Aku baru tau kamu punya banyak kerjaan."

Aku baru mengingat kunjungan Zen ke rumah untuk menemani Opa bermain catur kemarin. Aku membatalkan rencanaku untuk tidur dan akan bertanya beberapa hal padanya.

"Apa aja yang kamu tau?" aku bertanya sambil menatap matanya. Aku ingin melihat ekspresinya saat bicara.

"Kamu nerusin toko opa kamu, sama ngerjain craft yang kayaknya kamu jual di bazar lalu?"

"Opa ngasih tau kamu kalau Astro bantu aku?" aku sengaja bertanya dengan menyebut nama Astro dan berharap Zen menemukan sinyal untuk berhenti.

"Opa ngasih tau. Aku ga peduli kamu sama Astro punya hubungan apa. Aku cuma mau kamu tau, kalau kamu bisa minta bantuanku juga."

"You don't have to (Kamu ga perlu begitu)."

"Aku ga keberatan, Faza. Kamu cuma udah terbiasa sama Astro. Kamu belum terbiasa sama laki-laki lain."

"Zen ..."

"Aku ga akan maksa. Aku cuma mau kamu tau kalau aku bakal ada kalau kamu butuh."

"Aku berterima kasih sama niat kamu Zen, tapi kalau kamu ngarep kita punya hubungan yang lebih dari sekedar ini, maaf. Aku ga bisa."

"Aku ga masalah sama pertemanan kita sekarang."

Aku menatap manik matanya yang berwarna hitam itu cukup lama sabil menimbang apa lagi yang akan kukatakan padanya. Aku baru saja menolaknya dan dia tetap keras kepala.

"Aku ga akan bertindak lebih dari sekadar ini. Aku cukup tau diri kok." ujarnya saat tak mendapat tanggapan lain dariku.

Aku mendengar ketukan di jendela di sebelahku, ada Astro di sana. Tatapan matanya pada Zen tajam sekali. Apakah dia mendengar semua percakapan kami?

Aku tak menyadari Astro datang karena aku sedang menatap Zen yang berada berlawanan arah dengan jendela. Seharusnya Zen melihat Astro saat dia datang, bukan? Apakah Zen memang sengaja mengatakan semua yang dia katakan padaku? Astaga, kuharap Astro tak mendengar percakapanku dan Zen sesaat lalu.

Aku beranjak meninggalkan Zen dan menghampiri Astro dengan jantung berdetak kencang, "Bukannya tadi pagi kamu bilang mau ada meeting sama Pak Sugeng di jam ini?"

"Aku denger semuanya." ujar Astro dengan tatapan yang tak bisa kutebak.

Aku tak tahu harus bagaimana menanggapi Astro dalam situasi seperti ini. Tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut mengganggu.

"Thank you. Aku lega kamu bilang begitu."

Aku menatapnya dalam diam. Aku benar-benar tak tahu harus bersikap bagaimana. Sepertinya aku benar-benar bodoh sekali.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C60
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous