Namanya Asmi Nandita, biasa dipanggil Dita. Gadis yang memiliki paras ayu, sayangnya sejak usia 11 bulan sudah yatim piatu. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan naas yang merenggut nyawa, hanya dia satu-satunya yang selamat.
Beruntung, karena ada seorang ibu yang mau mengurusnya. Ia melewati 18 tahun hidupnya di Cahaya Kasih Bunda. Sebuah rumah yang kebanyakan orang menyebutnya panti asuhan. Tumbuh menjadi gadis tangguh dan pekerja keras, dengan hati yang selembut dan sebersih kapas. Bersyukur, dia bisa hidup dan mengenyam pendidikan yang layak dari uang sumbangan para dermawan.
Dita memutuskan untuk hidup mandiri di pinggiran ibukota, karena merasa malu jika harus seumur hidup menumpang di rumah penuh kehangatan itu.
Ia menyewa rumah kecil dengan uang bekal dari bu Lastri--pemilik panti. Dan masih ada sisa, setidaknya untuk makan dua sampai tiga bulan ke depan. Sampai ia mendapatkan pekerjaan, berbekal ijazah SMA Swastanya. Entah pekerjaan seperti apa yang ia dapat di ibukota. Yang penting halal.
Tidak mudah memang, hidup sebatang kara di dunia yang luasnya tidak terkira. Mengarungi takdir, ter pontang-panting kesana kemari; tergelincir. Masih bernafas sampai detik ini saja ia sudah sangat bersyukur.
Tidak banyak berharap, tapi semoga setiap langkahnya selalu mudah. Setidaknya, dia bisa membalas kebaikan orang-orang yang sudah membantunya.
Semoga saja.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis