Gadis itu memang cantik. Sekali pun matanya sembab, sekalipun lingkar bawah matanya menghitam. Dia memang cantik.
Raja Ansell sedari tadi sudah berada di kamar Azura, melihat ke arah gadis itu dengan seksama. Dorongan dalam dirinya menguat, ingin bertemu dengan sosok yang dicintainya.
Pria ini tak mampu lagi berbohong. Memanglah dia menyayangi Azura, mencintainya, dan ingin membersamainya setiap waktu. Namun, mengapa cinta yang sedemikian kuat nan dalam, justru menyakitkan? Tertimpa dengan banyaknya duri masalah.
Raja Ansell membelai pipi Azura. Terasa dingin dan lembab, seakan gadis itu habis menangis semalaman.
"Sayangku, apa yang membuatmu begitu bersedih?" tanya Raja Ansell sangat rendah dan lirih. Ia tak mau membangunkan Azura dari lelap tidurnya.