Michael tetap mengabaikannya, dia lebih memilih untuk melihat ke arah dalam sekolah seakan-akan dia tidak mendengarkan ancaman Billy. Padahal sebenarnya dia merasa sangat takut dan sedari tadi memanggil nama Gabby dalam hatinya.
Billy merasa harga dirinya sakit saat menyadari kalau laki-laki di depannya ini tetap mengabaikannya, "Heh! Apa kamu tidak mendengarkan ku?!" seru Billy dengan suara yang lebih keras.
Michael mengalihkan pandangannya dan melihat wajah merah Billy, matanya memancarkan api menyala dan mulutnya sedikit terbuka. "Cerewet banget." Tukas Michael singkat.
"Apa kamu bilang?!" Billy menggelengkan kepalanya, tidak mempercayai apa yang didengarnya. Dia lalu memegang bahu Michael dengan keras dan bersiap-siap untuk melemparkan tinjuannya ke wajah Michael.
Tiba-tiba terdengar suara Gabby dari kejauhan, "Billy! Apa yang kamu lakukan?!". Tangan Billy langsung secara otomatis menurunkan tangannya dari bahu Michael saat mendengar suara perempuan itu.
Billy memutar badannya lalu mendapati Gabby sedang berdiri memelototinya, di sebelah perempuan itu ada laki-laki tua yang tidak dikenalinya. Billy dapat merasakan tangannya berkeringat dan saat Gabby berjalan mendekat ke arahnya dia tahu kalau ajalnya sudah dekat.
"Apa yang kamu lakukan terhadap Michael?! Aku bilang jangan ganggu dia lagi!"
"B-bos! Aku nggak ganggu dia! Tadi aku hanya ingin mengajaknya berbicara.." Billy melihat wajah Gabby dengan takut-takut, dia menundukkan kepalanya saat melihat kobaran api di mata perempuan itu.
"Ha ha ha" Terdengar tawa sarkastik Gabby, "Kamu pikir aku buta?!" Teriak Gabby, entah kenapa setiap dia melihat Michael didekati oleh Billy dia merasa seakan-akan harus selalu membantu Michael.
Billy tidak berani menjawab perempuan itu, tangannya bergetar dan dia merasa seperti ingin menangis tanpa mengeluarkan air mata. Dalam seumur hidupnya bahkan ibunya tidak dapat membuatnya menangis tapi kenapa Gabby bisa membuatnya seperti ingin berlutut lalu meminta maaf dengan air mata yang bercucuran?
Aduh seharusnya aku tadi tidak mendekati Michael! Sekarang bosku semakin membenciku, gumam Billy dalam hati.
Gabby mengalihkan pandangannya lalu melihat wajah Michael dan menarik lengannya agar laki-laki itu bisa berdiri di sampingnya, "Kamu baik-baik saja kan? Bagian mana yang sakit?"
Michael tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya, "Aku benar tidak apa-apa, dia tidak menyakitiku kok."
"Sampai aku tahu kamu berani macam-macam sama Michael… lihat saja nanti!" Ancam Gabby, dia melepas pegangan tangannya di lengan Michael lalu melipat tangannya di depan dadanya.
Billy menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu menjawab dengan suara bergetar, "Aku tahu bos."
Gabby melihat ke arah laki-laki tua itu lalu tersenyum, "Pelatih, ayo kita pergi sekarang."
Gabby lalu menarik lengan Michael lalu mereka berjalan bersama sambil berpegangan tangan.
Setelah melihat tiga punggung itu yang membelakinya sudah berjalan semakin menjauh, Billy mengepalkan tangannya saat melihat punggung Michael. Dia berpikir dasar laki-laki yang menyebalkan, kapan sih dia matinya?!
--
Meskipun Gabby sudah memperingatinya supaya tidak mengikutinya, Billy tetap dengan keras kepala selalu mengikuti perempuan itu pergi kemanapun. Saat Gabby selesai berlatih karate di sekolah mereka, Billy bersembunyi di belakang pohon-pohon agar tidak terlihat.
"Aduh… leherku sakit." keluh Michael suatu hari
"Sini! Aku pijat dengan pelan." Jawab Gabby dengan antusias.
Gila, gimana sih caranya supaya aku bertukar tubuh dengan Michael, pikir Billy dalam hati.
--
Di hari pertunjukkan festival seni, sekolah mengundang semua orangtua, wali murid, dan juga beberapa orang penting dalam dunia pendidikan, seperti ketua dan wakil diknas pendidikan.
Ruangan yang biasanya di pakai untuk olahraga dalam ruang disulap dengan cantik agar atmosfernya terlihat lebih hidup, terdengar lagu-lagu ke kinian dari sound system yang ada disana. Barisan kursi pertama dan kedua di isi oleh orang-orang penting, sedangkan di belakangnya terdapat enam baris yang di khususkan untuk orang tua dan wali murid.
"Aku nggak bisa menyangka habis gini aku akan melihat calon menantuku bermain piano!" Seru Agnes sambil sering kali menekan tombol shutter di kamera, "Suamiku, nanti setelah pertunjukkan selesai ayo kita ambil foto bersama Michael dan Gabby."
Agnes tidak menunggu jawaban suaminya, dia lalu berjalan menjauh dan kembali menekan tombol shutter kameranya.
Daniel yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan mengikuti istrinya yang sedang asyik mengambil foto.