7 Hari berlalu sejak Law pertama kali datang.
Saat ini kebetulan semua anggota Donquixote Family berkumpul saat makan siang karena mereka baru saja mendiskusikan operasi yang akan mereka jalankan. Dan di saat mereka sedang makan, Law tiba-tiba masuk ke ruang makan.
Melihat Law yang penampilannya tampak serampangan, Trebol berkomentar.
"Behehehe! Sudah seminggu, Law! Kau siap untuk menyerah? Corazon benar-benar menghajarmu, ya?"
"...."
Corazon seperti biasa hanya diam dan tetap makan seakan tak peduli.
"Banyak bocah yang kabur dan merengek! Orang dewasa juga sama! Hanya yang terbaik dari yang terbaik yang tersisa! Orang lemah takkan bisa bertahan!"
Diamante juga ikut berkomentar.
"Apapun yang terjadi, jangan lupakan 'Aturan Darah'! Kalau petinggi tidak dihormati, keluarga akan terpecah-belah!"
Lao G memberi nasihat ala orang tua.
"Niin! Pernah aku menertawakan Pica-sama.... Dan aku disiksa mati-matian!"
"Ahahahaha!"
Buffalo menceritakan pengalamannya dan Brisa tertawa.
Mendengar komentar-komentar mereka, Law hanya menanggapi dengan dingin.
"Aku tidak takut.... Aku sudah pernah melihat neraka...."
"Fufufufu! Membuallah sesukamu. Tapi sebaiknya kau ingat kalau Corazon adalah adikku. Siapapun yang melukainya sedikit saja, akan kubunuh!"
Doflamingo menanggapi dan memperingatkan Law.
Sementara itu, Machvise dan Giolla yang baru pertama melihat Law tampak terkejut.
"Hei, kulitnya pucat semua!"
"Dia kena penyakit White Lead! Hati-hati jangan sampai tertular!"
"Apa!? Tertular!? Menjijikkan! Menjauh dariku!"
Buffalo terkejut setelah mendengar perkataan Giolla, dan kemudian berlari menjauh ke sudut ruangan.
Melihat respon mereka, Law sedikit menunduk dan tegang.
"Hmp....!!"
Doflamingo kemudian menggebrak meja dengan tangannya.
*brakk
"Uwaaahhh!!"
Giolla dan Dellinger yang masih balita terkaget mendengar meja digebrak.
"Jangan bicara omong kosong dari rumor, Giolla. Lihat bagaimana Buffalo jadi mempercayaimu? White Lead itu racun. Itu takkan menular."
Doflamingo menjelaskan.
Tapi Buffalo masih tetap tampak tegang di sudut ruang makan.
"Te-Tetap saja menjauhlah dariku! Aku tidak mau kena!"
Doflamingo kemudian menatap Law dan bertanya.
"Apa ada penyintas lain di Flevance?"
".... Tak tahu. Aku terlalu sibuk menyelamatkan diriku sendiri."
"Bagaimana kau bisa selamat?"
".... Aku sembunyi di tumpukan mayat... dan kemudian menyelinap keluar perbatasan."
Setelah mendengar perkataan Law, Gladius tampak sedikit mual.
"Ugh! Hei, kita sedang makan saat ini!"
Kemudian Doflamingo kembali bertanya.
"Lalu, apa maumu sekarang?"
"... Aku tak percaya pada apa-apa lagi."
Law menjawab dingin.
Law kemudian menatap Corazon dan berkata.
"... Aku tak takut mati. Jangan pikir kau hebat, Corazon. Suatu saat.. aku pasti akan membalasmu!"
Brisa kemudian bereaksi setelah mendengar kata-kata Law yang mengancam Corazon.
"Apa kau benar-benar bodoh!? Apa kau tak dengar tadi!? Kau akan disiksa kalau melakukan hal yang tidak-tidak! Kau akan disate!"
"Hn!?"
Law tak peduli dan justru melototi Brisa.
Brisa pun takut dan berbalik memeluk Lepus.
Melihat dan mendengarkan semua ini, Lepus hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepala.
~~~
"Apa itu Kota Putih?"
Brisa bertanya sambil membantu anggota lain bekerja melakukan operasi yang mereka jalankan.
Mendengar pertanyaan Brisa, Gladius kemudian menjawab sambil tetap mengerjakan tugasnya.
"'Kota Putih' adalah sebutan orang-orang untuk Kerajaan Flevance. Negeri yang kaya, dengan tanah dan tumbuhan yang berwarna putih, seperti negeri fantasi dalam dongeng. Dikatakan di sana luar biasa indah."
"Wahh!!"
Brisa terkagum.
Gladius kemudian melanjutkan penjelasannya.
"Suatu hari, mereka menemukan sejenis logam di tanah negeri mereka yang disebut timbal putih. Itulah sumber kefantasian negeri mereka. Mereka pun menggunakan timbal putih itu untuk perabotan, pewarna, kosmetik, dan bahkan senjata. Keindahan produk dari timbal putih ini menarik perhatian seluruh dunia. Dan itu jugalah yang mendorong Flevance menjadi pusat industri yang berkembang pesat. Bahkan Pemerintah Dunia yang tamak ikut memperjualbelikan produk mereka. Timbal putih mereka adalah sumber uang yang tak ada habisnya."
"Kota Putih adalah simbol glamor bagi dunia. G untuk glamor!!"
Lao G menyela.
Brisa kemudian menatap Lepus dengan berbinar dan berkata.
"Wahh... Onii-sama, aku ingin melihatnya!"
"Hm... Sayangnya itu tidak bisa. Tempat itu sudah tidak ada lagi."
"Huh!?"
Brisa terkejut mendengar jawaban Lepus.
Lao G kemudian kembali bicara.
"Seabad yang lalu, saat industri timbal putih pertama kali dimulai, Pemerintah Dunia menyurvei secara menyeluruh. Dan mereka menemukan kebenaran."
"Kebenaran?"
Brisa bertanya tampak bingung.
"Timbal putih mengandung racun."
"Huh!?"
Brisa terkejut mendengar yang Gladius katakan. Gladius pun menjelaskan.
"Timbal putih tidak begitu berbahaya jika dibiarkan di alam. Tapi jika diolah, kandungan racunnya akan perlahan-lahan meresap ke tubuh manusia. Terbutakan oleh kekayaan yang mereka dapatkan, Pemerintah dan bangsawan sengaja menutupi kebenaran ini. Sementara rakyat tetap mengeksploitasi timbal putih, tanpa menyadari bahayanya. Sebenarnya kandungan racunnya cukup rendah, tapi justru itulah bahayanya. Efeknya adalah, jika misalkan seorang pemuda perlahan-lahan teresapi racun timbal putih dalam tubuhnya karena mengolahnya, maka saat dia punya anak nanti, jangka hidup anaknya sudah berkurang sejak lahir. Dan jika anaknya sudah dewasa dan punya anak sendiri, maka jangka hidup anaknya yang baru lahir ini akan lebih singkat lagi. Efek ini terus berlanjut hingga generasi ke generasi, hingga sekarang di generasinya Law, anak-anak ditakdirkan untuk mati sebelum mencapai usia dewasa. Dan saat dunia menyadari malapetaka yang disebabkan oleh timbal putih, semuanya sudah terlambat. Kakek-nenek, ayah-ibu, dan anak-cucu... Dikarenakan perubahan jangka hidup mereka, setiap generasi mulai merasakan efek buruknya di waktu yang hampir bersamaan. Kulit dan rambut berubah menjadi putih-pucat, seluruh tubuh merasakan rasa sakit, dan korban jiwa pun semakin banyak. Setiap dokter yang ada tidak berdaya menangani situasi ini."
"Jadi semua orang meninggal!? Mereka kasihan sekali, Onii-sama!" Brisa meneteskan air mata.
"Dan dari situlah tragedi sebenarnya dimulai."
Senor Pink tiba-tiba muncul setelah berenang di tanah dan ikut menjelaskan. Meski begitu, semua anggota juga tetap bekerja dan beetarung melawan musuh.
"Saat mereka mengetahui semua orang di Kota Putih sekarat karena gejala yang sama, negara-negara tetangga berasumsi kalau penyakit White Lead menular. Jadi, mereka menutup akses keluar-masuk dari segala arah dan mengisolasi Kota Putih! Sementara itu, mengandalkan bantuan Pemerintah Dunia, para bangsawan kabur meninggalkan negara dan rakyat mereka. Saat para penduduk Kota Putih pergi menuju ke perbatasan untuk berusaha menyelamatkan diri dan mencari perawatan medis, mereka justru diperlakukan seperti monster yang meronta keluar dari kandangnya, dan merekapun ditembak di tempat. Seperti kata pepatah, 'Kebakaran di seberang sungai takkan menjalar ke seberang sungai satunya' yang artinya 'Masalah mereka bukanlah masalah kami'. ... Sikap yang sangat 'normal' di mata mereka. Tapi Flevance tidak diam saja. Mereka memiliki banyak 'logam', termasuk peluru. Dan segera, perang pun terjadi. Tapi, ini justru menjadi alasan yang 'sah' bagi negara-negara tetangga Flevance untuk 'menyerang balik'. Dan mereka melakukannya tanpa pandang bulu. Kau bisa bayangkan yang terjadi berikutnya. Kota Putih, Flevance, hancur dan lenyap tak tersisa... oleh tangan manusia sendiri. Kita tak bisa menyalahkan jika anak 10 Tahun menjadi 'rusak' setelah mengalami neraka seperti itu."
Brisa menangis setelah mendengar semua kisah pilu itu.
~~~
Sementara itu, di pusat pembuangan rongsokan....
Law yang memegang belati entah dapat darimana, berdiri menatap dingin Rosinante yang duduk membelakanginya dan membaca koran di tengah-tengah tumpukan rongsokan.
Kemudian Law diam-diam mendekati Rocinante dari belakang dan lalu menikamnya!
"....!!!!"
Rocinante pun terkejut dan menengok ke belakangnya! Dia tampak terkejut saat melihat ternyata Law yang menusuknya!
Sementara itu, Buffalo yang dari tadi diam-diam mengikuti Law, juga terbelalak setelah melihat apa yang Law lakukan!
"D-Dia melanggar aturan darah! Dia akan disate! Aku harus beritahu, Tuan Muda!"
Law berusaha kabur setelah menikam Corazon, tapi berhasil ditangkap dan dibawa kembali oleh Machvise dan Giolla. Untungnya, Law sudah menyuap Buffalo dengan es krim agar tutup mulut, jadi dia tidak ketahuan. Dan, saat dibawa kembali ke hadapan Doflamingo, Law mengira dia akan disiksa dan dibunuh. Tapi ternyata, Doflamingo justru mengatakan dia resmi diterima sebagai anggota Donquixote Pirates dan akan dilatih. Law, cukup bingung dengan keputusan ini, tapi kemudian dia diam-diam mengetahui kalau Corazon justru memberitahu Doflamingo kalau yang menikamnya adalah musuh. Karena itulah dia tidak disiksa ataupun dibunuh.
~~~
Lebih dari 1 Tahun berlalu, Donquixote Pirates melakukan pergerakan di berbagai penjuru North Blue. Selain itu, ini juga untuk melatih para anggota muda mereka, yaitu Buffalo, Lepus, Brisa, dan Law.
Dalam kurun waktu setahun itu, Donquixote Pirates mendapatkan sebuah buah iblis dan diberikan kepada Brisa.
"Brisa, buah itu untukmu."
Doflamingo berkata kepada Brisa.
Tapi Brisa agak ragu-ragu, dan dia menengok ke Lepus.
"Onii-sama...."
"Ambil saja. Tidak apa-apa."
Lepus tersenyum dan hanya menjawab singkat.
Brisa pun mengambil buah itu dan memakannya.
Buah yang dimakan adalah sama seperti di cerita asli One Piece, yaitu buah Buki-Buki no Mi.
Dengan ini, tujuan utama Lepus menjadi bagian Donquixote Family pun telah tercapai.
Di dalam hatinya, Lepus menyeringai seperti iblis.
~~~
Suatu hari beberapa bulan kemudian, Law memberitahu anggota Donquixote yang sebaya dengannya kalau nama aslinya adalah Trafalgar D. Water Law.
Corazon yang kebetulan lewat dan mendengar hal itu, kemudian menyeret Law ke gang sepi.
Di situ Corazon memberitahu Law kalau dia seorang "D", maka dia harus menjauhi Doflamingo.
Kemudian dia menunjukkan kekuatan Nagi-Nagi no Mi miliknya dan memberitahu Law kalau semua tingkah laku bisu dan bodohnya selama ini hanyalah pura-pura, dan mengatakan bahwa tujuannya berada di Donquixote Pirates adalah untuk menghentikan Doflamingo.
Corazon memberitahu Law bahwa penyandang "D" adalah "musuh alami dewa" jadi Law harus menjauhi Doflamingo.
Law tak mau, dan justru lari mengatakan akan memberitahukan rahasia Corazon pada Doflamingo.
Saat Corazon kembali ke kapal karena kru akan kembali berlayar, sebelum naik ke kapal Law berkata pada Corazon bahwa dia tidak jadi membocorkan rahasianya karena Corazon sebelumnya juga tidak memberitahu Doflamingo kalau Law yang menikamnya sekitar 2 tahun lalu.
Kemudian Corazon pun memutuskan untuk "menculik" Law dan hanya meninggalkan pesan untuk Donquixote Pirates yang isinya mencari cara untuk menyembuhkan penyakitnya Law.
~~~
Di atas perahu kecil di suatu lepas pantai. Law yang 'diculik' oleh Corazon dan diikat dengan tali, berteriak-teriak.
*purupurupuru
"Tolong! Aku diculik! Oi, angkat Den-Den Mushi-nya! Itu dari Doflamingo, kan!? Aku ingin bicara dengannya! Doflamingo! Tolong selamatkan aku!"
"...."
"Apa maumu sebenarnya!?"
"Menyembuhkan penyakitmu. Kita akan pergi ke setiap rumah sakit yang ada."
"Aku sudah bilang penyakit ini tak bisa disembuhkan!"
Corazon tampak berusaha menghubungi seseorang dengan Den-Den Mushi.
*purupurupuru
*kachak
"Crackers!"
"Cookies! Ini aku."
"Ah, Rosinante...."
"Aku ingin cuti tugas beberapa waktu."
Dari sini, bisa dimengerti kalau Rosinante ternyata menghubungi atasannya langsung, Sengoku!
"Apa terjadi masalah?"
"Tidak. Cuma urusan pribadi."
"Begitu ya. Bagaimana dengan anak-anak? Apa gangguanmu masih tak mempan pada mereka?"
Mendengar pertanyaan Sengoku, Rosinante sedikit ragu-ragu.
"Soal itu.... Aku ingin menyampaikan sesuatu yang sebelumnya belum sempat kusampaikan pada laporan-laporan sebelumnya."
"Hm? Apa ada masalah?"
"Itu.... Aku tak tahu ini masalah atau tidak. Karena hal ini belum terjadi."
"Ada apa?"
"Salah satu anak sebelumnya memintaku menyampaikan sedikit pesan untukmu."
"Pesan? Untukku? Dari siapa?"
"Lepus."
"Dia? Tunggu, kau bilang pesan 'untukku'? Khusus untukku? Dia tahu?"
Sengoku cukup terkejut. Dari sini dia mengerti kalau sepertinya Lepus mengetahui identitas rahasia Rosinante dan juga atasannya, yaitu Sengoku sendiri.
"Benar. Dia mengatakan, "Aku takkan mengganggu kalau tak diganggu" Itu saja pesan darinya."
"Apa maksudnya? Dan bagaimana dia bisa tahu soal kita?"
"Maaf, aku juga tak tahu. Yang bisa kukatakan hanyalah sebaiknya ingat baik-baik pesannya. Dia bisa jadi malapetaka jika dimusuhi. .... Percayalah."
Mendengar ini, Sengoku menjadi lebih serius.
"Itu.... Tapi bukannya dia menjadi anggota Donquixote Family? Itu saja sudah bermusuhan."
"Tidak juga. Dia tidak benar-benar menjadi Family. Aku merasa.... Donquixote Family hanya seperti batu pijakan atau permainan baginya."
"Itu.... Apa kau tahu dia dari afiliasi mana?"
"Dia bilang dia bukan Marine, CP, bajak laut, atau afiliasi manapun."
"Itu.... Lalu, siapa dia sebenarnya?"
"Aku juga tak begitu tahu...."
"Hmm.... Baiklah. Aku akan coba selidiki."
"Sebaiknya ingat pesannya baik-baik! Jangan sampai memusuhinya ataupun punya niat buruk padanya! Jika tidak, dia bisa jadi malapetaka! Aku serius!"
Rosinante sekali lagi memperingatkan!
Sengoku terdiam. Kemudian dia akhirnya menjawab.
"..... Aku mengerti."
"Baiklah, itu saja."
"Nama Donquixote Family semakin besar sekarang. Berhati-hatilah!"
"Aku tahu."
"Aku serahkan padamu. Lakukan apa yang harus kau lakukan. Aku tunggu laporannya."
"Baik. Akan ku kirimkan nanti."
*kachak
Selesai telepon, Law bertanya pada Corazon.
"Siapa yang barusan kau hubungi!? Kau juga mengatakan soal tugas!? Jangan bilang kau ini Marine!?"
"Apa kau benci Marine?"
"Aku benci semua yang terlibat dengan Pemerintah!"
"Aku bukan Marine."
Kemudian mereka terdiam sejenak.
Law bertanya.
"Corazon, kenapa kau membicarakan soal Lepus barusan?"
".... Law, akan kuberi tahu kau satu hal. Dia.... sangat berbahaya. Dia bahkan bisa jadi lebih berbahaya daripada Doffy atau siapapun itu. Akan lebih baik jika kau tidak sampai dianggap musuh olehnya."
"..... Kau serius?"
"Sangat."
Kemudian mereka kembali terdiam.
~~~
Sementara itu, Sengoku yang baru saja menutup telepon dari Rosinante masih tampak mengernyit.
".... Rex Lepus. Siapa kau sebenarnya?"
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK