"Dering, dering."
Walaupun ponselnya terus berdering tujuh atau delapan kali, tidak ada yang mengangkatnya.
Fu Ge memucatkan bibir tipisnya dan mengernyitkan alis tebalnya. Rahangnya yang kencang menunjukkan betapa gelisahnya dia saat itu.
"Maaf, nomor yang Anda tuju tidak tersedia saat ini. Silakan coba telepon lagi nanti."
Tidak ada yang mengangkat teleponnya?
Dulu, dia tidak akan terlalu terganggu.
Sejak Qiao Chen pergi ke Beijing, dia sangat sibuk dengan sekolah. Biasanya dia hanya punya waktu luang untuk membalas pesan dan teleponnya di malam hari.
Namun kali ini, hati Fu Ge seolah terikat erat oleh tali. Semakin dia tidak bisa menghubungi Qiao Chen, semakin marah dia menjadi.
Jadi, dia tidak mau menunggu dia membalas seperti dulu.
Tanpa jeda, dia sekali lagi menekan nomor ponsel Qiao Chen.
"Dering, dering." Kali ini, telepon tersebut tersambung setelah berdering tujuh atau delapan kali.