Hai Reader...
Ini story pertama aku
Semoga kalian suka dan tertarik akan kisahnya.
Happy Reading...
***
Sore hari, ketika Soully berjalan jalan sambil mendorong sepedanya, dengan beberapa tangkai bunga di keranjang sepedanya siap untuk dikirim.
Di pinggir jalan dekat hutan taman kota terdengar sayup seseorang sedang bertengkar.
Diam-diam Soully menguping pembicaraan mereka. 'Paman itu!' seru Soully dalam hati mengingat lelaki yang dilihatnya di balik pohon. Soully mengerutkan kening sejenak.
'Siapa wanita itu? Oh, Tamara, dia bukankah pacar paman itu? Paman itu masih terlihat muda, sama seperti dulu wajahnya tidak pernah berubah padahal ini sudah 2 tahun sejak terakhir kami bertemu. Paman apakah kau mengingatku? Aku bertemu denganmu sejak usiaku 7 tahun...'
Flashback saat Soully umur 7 tahun.
Gudang kosong, gelap, debu tebal dan sarang laba-laba di ruangan itu. Seorang laki-laki disekap dengan mata tertutup dan mulut ditutup lakban hitam. Dengan nafas tersenggal-senggal dan tubuh lemah lelaki itu berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya, dia meronta di lantai dengan sekuat tenaga mencari objek yang bisa dia gapai untuk melepaskannya. Pasrah, karena sudah tiga hari dia disekap di gudang kosong yang tak terjamah orang, dan orang-orang yang menculiknya sekalipun tak pernah datang lagi seolah sengaja meninggalkan lelaki itu dengan menyiksanya tanpa ampun agar mati perlahan-lahan tanpa ada yang mengetahuinya.
Matahari mulai merendahkan cahaya nyengatnya, sekitar jam empat sore kala itu, seorang gadis kecil berseragam sekolah dasar berlari pulang menuju tempat tinggalnya yang dirasa belum cukup hafal daerahnya itu. Ya, karena baru satu minggu Soully dan keluarga bibinya pindah.
Soully berjalan menyusuri jalan setapak dari arah sekolah, langkahnya terhenti ketika dia menyadari kakinya memasuki wilayah yang sudah tidak ada rumah warga dan orang-orang.
"Di mana ini?" benaknya sambil tengok kanan kiri di sekitarnya hanya lapang kosong dan gedung gedung tak berpenghuni. Hanya lapang kosong yang penuh dengan ilalang yang tingginya melebihi tubuh mungilnya. Tanpa sadar Soully menyusuri ladang ilalang itu, sedikit ragu namun berani tubuh mungil Soully melangkah ke dalam. Hampir 10 menit dia berjalan, dia melihat gudang kosong tak berpenghuni. Tubuhnya langsung berbalik karena fikirnya dia tersesat arah. Namun langkahnya terhenti ketika dia mendengar sesuatu di dalam gudang itu.
Soully menghampiri. Perlahan ragu dan takut dia mulai mengintip dari jendela berkaca gelap itu. 'Ada seseorang' Soully kaget hendak mencari seseorang untuk dimintai pertolongan, namun dia sadar tidak ada seorangpun yang lewat disana. Soully memberanikan diri masuk kedalam dengan langkah hati-hati dia menghampiri lelaki yang tergeletak lemah itu.
Soully mulai berjongkok. "Paman, apa kau baik-baik saja? apa kau masih hidup?" sambil menggoyangkan tubuhnya.
Tiba-tiba lelaki itu bergerak sontak membuat Soully takut, dengan gemetar Soully membuka penutup mata dan lakban hitam yang menutup mulutnya. Dengan lemah lelaki itu menatap Soully. "Oh, gadis kecil..." suaranya parau. "Tolong selamatkan aku."
Soully bingung, dia harus berbuat apa, Soully membuka tas ranselnya dan mengeluarkan pisau cutter yang ada di tempat pensilnya lalu membuka tali pengikat tangan dan kaki lelaki itu, dibantunya untuk duduk perlahan, nafasnya terengah-engah, Seolah dia mendapat kehidupannya kembali. Soully memberikannya minum lalu diteguk cepat oleh lelaki itu mengingat sudah tiga hari dia dikurung di tempat gelap itu.
Hari mulai gelap, Soully dan lelaki itu tetap berada di dalam gudang
"Paman apa kau lapar? Aku masih ada roti yang aku bekal untuk sekolah, ini makanlah." Soully memberikan rotinya kepada lelaki itu lalu dimakan lahap. Soully tersenyum binar, merasa ada yang lucu dari ekspresi lelaki tersebut karena seperti orang yang baru menemukan makanan. Ya, tentu saja. Dia hampir saja melepaskan nyawanya.
"Paman, pelan-pelan saja, takkan ada yang merebut rotimu," seru Soully terkekeh
"Apa kau mau?"
"Tidak, untuk paman saja."
"Paman, kalau mau main petak umpet dan penjahat-penjahatan lain kali jangan jauh-jauh, teman-teman meninggalkan paman ditinggal sendiri di sini karena pasti teman paman lupa arah jalan menuju ke sini," ujar Soully polos yang lalu hanya dibalas senyum getir lelaki itu karena tingkahnya.
"Paman memang diculik, dan penculik meninggalkan paman begitu saja tanpa minuman dan makanan, seolah mereka menginginkan paman mati tanpa diketahui orang-orang," ucapnya datar tanpa Soully mengerti apa maksudnya.
"Soully akan menemani Paman, Paman tak usah takut lagi, ada Soully yang menemani Paman malam ini, besok kita berdua akan keluar dari sini," ucap Soully berbinar menatap lelaki itu, lelaki itu tersenyum.
Hening, hanya suara binatang malam yang menemani mereka malam itu. Mereka berdua tertidur lelap dengan Soully tertidur di paha lelaki itu, dan lelaki itu melepas penat karena akhirnya dia selamat dari maut yang tidak disangka penyelamatnya adalah seorang gadis kecil.
"Kelak aku akan membalas budi baikmu gadis kecil, saat ini hanya kekuatanku tak bisa diandalkan sejak aku di turunkan ke bumi," benak lelaki itu membelai rambut Soully dan tanpa sadar Soully memegang tangan lelaki itu.
"Akan lebih baik jika saat ini ruangan menjadi hangat dan terang, hanya dengan aku menjetikkan jari sekali saja maka semua bisa terlaksana," ujar lelaki itu sambil menjetikkan jarinya. Kemudian ruangan menjadi terang dan hangat tiba-tiba.
Kaget bercampur aduk, lelaki itu melihat tangan satunya yang dipegang Soully dari tadi.
Siapa kamu sebenarnya? Setelah hampir seribu tahun lamanya kekuatan ini...
Seolah tak percaya, lelaki itu menatap tangan yang dipegang dan wajah Soully secara bergantian.
***
Bersambung...
Jangan Lupa tekan Like, Favorite dan Vote
Comment juga untuk bantu support
Terima Kasih 🙏🏻