Télécharger l’application
0.99% My promise / Chapter 2: chapter 1

Chapitre 2: chapter 1

2 tahun berlalu sejak kepergian Nicky,  kini Retta dan milly sudah berusia 7 tahun. Milly sudah bisa melupakan kesedihannya berkat Retta disisinya. Retta berada di Robert House ini saat usia 5 tahun, ia datang beberapa bulan setelah nicky diadopsi.Tidak seperti Milly yang dirawat dan diasuh sejak bayi.

Mereka sudah duduk dikelas 2 sekolah dasar.

"Re! kamu udah ngerjain tugas matematika belum?" tanya Milly penasaran.

"Udah! memangnya kamu belum ngerjain?" tanya Retta balik.

"Baru setengah.. lihat punyamu dong" seru Milly memaksa.

"Nih! dasar males!" gerutu Retta.

" He.. he.. makasih Retta cantik " ucap Milly sambil cengar-cengir.

"Huh! kalo ada maunya baru muji-muji" celetuk Retta sambil cemberut.

" Kan kamu tahu semalam aku keasyikan nonton bola sampe ngga sadar udah bobo cantik " jelas Milly tanpa rasa bersalah ia sibuk mencatat jawaban milik Retta.

" Au ah.. " jawab Retta sebel.

" Jangan ngambek dong! nanti cantiknya hilang " goda Milly sambil menoel-noel dagu sahabatnya, lalu melanjutkan menyalin jawabannya. Retta hanya menghela nafas, melihat tingkah Milly.

Jangan ragukan kepintaran Retta, dia selalu meraih peringkat 1, bukan berarti dia tidak pandai bergaul. Retta cukup memiliki banyak teman, bahkan dengan wajahnya yang imut dan chubby membuatnya sangat menggemaskan. Banyak anak laki-laki yang terang-terangan menujukkan rasa sukanya.

Berbeda dengan Milly, dia lebih tomboy dan malas, tapi anehnya dia masih bisa meraih peringkat 3 disekolahnya. Milly lebih suka bermain daripada belajar, menurutnya belajar sangat membosankan dan bikin mengantuk. Tapi kalo lagi nyambung alias serius dia bisa langsung jenius mendadak.

Sifatnya memang agak ceroboh dan sedikit berisik tetapi dia setia kawan, sedangkan Retta lebih pendiam dan ramah kepada semua orang.

Tapi justru perbedaan yang membuat mereka selalu kompak walau harus diselingi perdebatan kecil.

**

Panti Asuhan Robert house..

Akhirnya hari ini datang, sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, berita tentang seorang pria yang ingin mengadopsi seorang anak menggema di seluruh ruang panti.

Milly dan Retta mulai khawatir,

mereka bergandengan tangan dan berbaris bersama anak-anak lainnya.

Pintu berdecit menandakan akan ada yang datang mengunjungi ruangan tersebut.

Tap.. tap.. tap..

Suara sepatu terdengar mulai mendekat.

Seseorang masuk bersama ibu kepala panti. Pria itu mengenakan pakaian formalnya menambah kesan gagah, angkuh dan terlihat seperti berasal dari kalangan atas.

Hening!

Ketika pria itu mulai mengamati satu-persatu anak-anak itu. Ia melangkah perlahan, saat pria itu semakin mendekat ketempat Milly berada, dengan tidak sukanya Milly berani mengangkat kepalanya, menujukkan sisi angkuh yang dimiliki gadis kecil itu. Seolah-olah tatapannya hendak menantang seseorang. Tidak ada rasa ketakutan sama sekali di dalam matanya yang sebening kristal itu.

Melihat sikap angkuh yang Milly tunjukkan membuat pria itu berhenti dihadapan Milly cukup lama, lalu mengusap kepala Milly dengan pelan dan melangkah lagi. Matanya menelisik setiap anak-anak yang dilaluinya lalu kembali ketempat semula, disebelah ibu kepala panti.

" Apa anda sudah menentukan pilihan Mister ? atau kita keruangan berikutnya?" tanya ibu kepala panti sopan.

" Tidak perlu! saya sudah memutuskan " sahut pria itu tegas.

" Anda ingin me- " belum sempat meyelesaikan pertanyaannya, omongannya sudah dipotong.

" Aku ingin gadis yang aku sentuh kepalanya tadi " sahut pria itu sambil menatap lurus ke depan kearah Milly yang mulai bergetar ketakutan, menyadari dirinya yang akan terpilih selanjutnya.

Ibu kepala panti menganggukkan kepala tanda ia mengerti dan tersenyum kearah Milly.

" Milly kemarilah. " ucap ibu kepala panti lembut, sambil mengulurkan tangannya.

Dengan ragu dan takut, akhirnya ia melepaskan genggaman tangan Retta dan melangkahkan kakinya menghampiri pria itu. Tepat didepan pria itu Milly berdiri terdiam.

" Ayo Milly ikut ibu " seru ibu kepala panti dengan sabar, namun Milly tidak menggubrisnya.

Menyadari hal itu, pria itu menatap Milly dengan tajam.

" Apa yang kamu inginkan? " tanya pria itu dengan suara serak khas orang dewasa seolah mengerti bahwa Milly ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

" Ng.. bolehkah anda mengadopsi sahabatku juga! aku tidak ingin jauh darinya " jawab Milly berusaha mengumpulkan keberaniannya.

Pria itu tersenyum samar,

" Tenanglah! kamu tidak akan merasa kesepian, karena kamu memiliki seorang kakak yang sedang menantimu dirumah " ucap pria itu dengan ramah.

Milly menggelengkan kepalanya,

" Aku tidak mau bila sahabatku tidak ikut bersamaku! " seru Milly tegas,

" Milly!! apa bunda mengajarkan hal yang tidak sopan seperti itu!" tegur ibu kepala panti kecewa.

" Maaf bun! " sahut Milly sambil menundukkan kepalanya. Sebuah tangan terulur menyentuh dan mengusap puncak kepalanya.

" Siapa nama sahabatmu? "tanya pria itu setelah terdiam beberapa saat,

" Retta.. " jawab Milly singkat dan masih dalam keadaan menundukkan kepalanya.

" Baiklah! ajak ia bersamamu, tidak perlu membawa apapun, hanya beberapa benda kesayangan kalian.. mulai detik ini panggil saya daddy!" ungkap pria itu lembut.

Milly mengangkat kepalanya, dan ia tersenyum manis,

" Terima kasih daddy! " jawabnya senang.

" Daddy tunggu di ruang ibu kepala ya.. " seru pria itu lalu pergi bersama ibu panti meninggalkan ruangan tersebut. Ibu panti hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Milly barusan.

Setelah pintu tertutup rapat semua anak memeluk dan mengucapkan selamat kepada Milly dan Retta.

" Milly! " pekik Retta senang.

" Hm.. sahabat selamanya! " seru Milly sambil memeluk Retta.

" Sahabat selamanya! " balas Retta.

Sesuai perintah pria tadi Milly dan Retta membawa barang seperlunya yang benar-benar disayangi.

Mereka pamit kepada seluruh pengurus panti dan anak-anak yang ada di sana. Pria itu yang biasa dipanggil Mr. Hansel dan pengacara kepercayaannya telah selesai mengurus semua surat-surat penting dan administrasinya.

Milly dan Retta memasuki mobil audy milik orangtua angkatnya.

Akhirnya mobil melaju meninggalkan halaman depan Robert house tersebut.

Tuan Jonathan hansel meminta orang kepercayaannya untuk mengurus kepindahan sekolah Milly dan Retta. Sekarang ia membawa mereka ke salah satu mall untuk membeli keperluan kedua puteri angkatnya.

" Daddy! Lihatlah.. "seru Milly sambil menunjuk salah satu gaun berwarna baby blue, disalah satu toko baju anak-anak.

" Kamu mau sayang? " tanya daddy Jo sambil tersenyum.

" Aku mau daddy! " jawab Milly antusias.

" Ambillah.. pilih yang kau suka! daddy belikan.. " ungkap daddy Jo. Milly langsung meminta pelayan toko mengambilnya.

" Daddy! apakah aku juga boleh? " tanya Retta ragu sambil menarik ujung jas kerja daddy Jo.

" Tentu sayang.. " sahut daddy Jo sambil mengusap kepala Retta dengan lembut.

" Terima kasih daddy " jawab Retta sopan, lalu mulai menghampiri salah satu gaun yang menjadi pusat perhatiannya. Dress berwarna pink dengan model simpel tapi manis.

Tak terasa sudah 2 jam mereka belanja dan mengitari mall tersebut. Lalu daddy Jo memutuskan membawa mereka ke restoran seafood untuk mengisi perut mereka.

"Daddy! ini sangat enak! terima kasih" seru Milly sambil berdiri dan menghampiri daddy Jo.

Cup!

Daddy Jo tersenyum melihat tingkah puteri angkatnya.

"Cepat habiskan makanan kalian! kakak kalian pasti sudah pulang sekolah" jelas daddy Jo.

" Baik! " jawab Milly dan Retta bersamaan.

Setelah selesai makan, mereka langsung pulang menuju ke kediaman keluarga Hansel.

Ya, mereka telah menjadi bagian keluarga Hansel.

**

Di kediaman keluarga Hansel

Sesampainya di rumah tersebut, mereka disambut para pelayan. Milly dan Retta diantar ke kamar masing-masing yang telah dipersiapkan sebelumnya. Mereka juga didampingi oleh pelayan pribadi yang akan menyiapkan segala kebutuhan mereka.

" Hai, daddy! " sapa Leo saat memasuki ruang kerja daddy Jo.

" Hai, my prince! how are today? " tanya daddy Jo sambil menghampiri putera semata wayangnya. Ia duduk di sofa mengikuti Leo yang lebih dulu duduk di sofa tersebut.

" Not bad! dimana adikku, dad? " seru Leo antusias.

" Sedang istirahat dikamarnya, Leo daddy membawa 2 gadis cantik yang akan menjadi adikmu, kamu suka?" ucap daddy Jo sambil menatap ke arah leo.

"Jadi adikku ada 2?"tanya Leo sambil mengetuk dagunya pelan.

"Kamu tidak suka?" tanya daddy Jo heran.

" Hm... thanks daddy! rumah ini pasti ramai! " sahut Leo sambil tersenyum.

" Siapa nama mereka dad? " tanya Leo penasaran.

" Milly dan Retta " jawab daddy Jo santai.

"Aku ingin mereka mengganti nama mereka dad! " pinta Leo

" Daddy juga berpikir seperti itu, nama apa yang pantas untuk adik-adikmu Leo? " tanya daddy Jo

" Hm.. "gumam Leo sambil berpikir serius.

" bagaimana? " tanya daddy Jo tersenyum geli melihat puteranya berpikir serius.

" Hm.. Louisa dan Livia, bagaimana? bagus tidak?! " tanya Leo semangat.

" Not bad! deal!" jawab daddy Jo yakin.

" Louisa Hansel dan Livia Hansel! aku suka nama itu dad! " seru Leo sambil tersenyum lebar. Daddy Jo hanya menganggukkan kepalanya.

" Lebih baik kamu bersiap-siap, kalian akan bertemu saat makan malam nanti " ucap daddy Jo sambil bangkit berdiri dari sofa dan menepuk pundak puteranya.

Leo menganggukkan kepalanya, lalu pergi ke kamarnya.


L’AVIS DES CRÉATEURS
lusy_gunadi lusy_gunadi

Ditunggu vote dan komentarnya

next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous