Jino merobek selembaran kertas yang ada ditangannya itu, dia memukul kepalanya sendiri beberapa kali. Sebagai seorang lelaki dia merasa begitu bodoh dan jahat, tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat.
Menyesal? tentu saja jelas sekali terlihat dari raut wajah Jino, bagaimana mungkin dia bisa hidup tenang disaat tangannya sudah berhasil menghancurkan darah dagingnya sendiri. Apa yang harus Jino perbuat sekarang? rasanya dia tidak pantas walau hanya untuk menatap wajah Marlyna. Jika saja waktu bisa diulang mungkin Jino tidak akan membiarkan Marlyna sampai jatuh, dia benar-benar menyesal atas apa yang sudah terjadi.
"Maafkan aku Marlyna.."
Tanpa sadar lelaki itu meneteskan air matanya, dia bahkan menjambak rambutnya sendiri sampai terlihat patah beberapa helai dan menyangkut di jari-jari nya. Jino menyalakan mesin mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera sampai dirumahnya kemudian melihat anak yang sudah dia bunuh dengan tangannya sendiri.