Télécharger l’application
6.79% Mr, posesif / Chapter 18: Siksaan Kenzo.

Chapitre 18: Siksaan Kenzo.

Niken menjerit kesakitan di kala Kenzo mencoba menarik gaun panjang yang di gunakan oleh Niken.

Tangan satu Kenzo menarik rambut Niken dengan sangat kencang, tangan satunya ia gunakan untuk menarik gaun malah itu.

"Aku mohon, jangan perlakukan aku seperti ini, aku ini manusia bukan hewan!" Niken mencoba membuka suaranya di tengah-tengah kesakitan.

"Oh, bagus, kamu sudah berani melawan, memang kamu ini adalah manusia, tapi manusia pemuas nafsu ku, kamu tak ada pilihan lain selain menjadi pemuas nafsu ku!" Kenzo berbisik di telinga Niken.

"Hiks, apa salah ku, hingga kamu berbuat seperti ini kepadaku, jika aku tau hidupku akan seperti ini, aku tak akan pernah hidup sampai sekarang!" Niken menangis di dalam kesakitan.

"Diam, jangan banyak bicara, kesalahan kamu banyak sekali sayang, yang pertama. Kamu sudah membuat aku malu dengan meninggalkan ku di atas altar. Kedua. Kamu sudah berani menemui lelaki lain di saat pernikahan kita sedang di gelar!" Kenzo menekan dan memperkuat cengkraman tangan nya yang ada di rambut Niken.

"Aw, lepaskan! Kamu marah kepada ku hanya karena itu, lantas aku bagaiamana, apakah aku tidak marah dan tidak jijik saat melihat kamu yang di gandrungi oleh para wanita malam itu, apakah aku tidak jijik hah?" Niken berteriak sebisanya.

Plak, tamparan keras menerjang pipi Niken yang sudah sedikit membiru.

Kenzo memegang leher Niken dan mengangkatnya.

Dan itu membuat Niken kesulitan untuk bernapas.

"Uhuk, uhuk, lepaskan!" Niken menatap mata Kenzo dengan tatapan tajam.

Niken tak mau kalah saat ini oleh Kenzo, jika memang ia harus mati, ia rela daripada ia harus merasakan siksaan seperti itu.

"Ahh, Niken. Seharusnya kamu sadar diri, kamu itu sudah sah menjadi istriku, bahkan kamu sudah sah menjadi nyonya Kenzo yang selama ini di perebutkan oleh banyak wanita, tapi. Kenapa kamu malah menentangku hah?" Kenzo melepaskan cekikan nya dan mendorong Niken ke ara tembok hingga membuat kening Niken membentur tembok dengan sangat kencang.

Penglihatan Niken sudah mulai terlihat kabur, bahkan pernapasan nya saja ia masih sedikit tak teratur akibat cekikan Kenzo.

"Ayah, jemput aku!" Niken berucap dengan lirih karena ia semudah mulai tak bisa menjaga keseimbangan dirinya.

Karena darah yang sudah mulai keluar dari kening Niken.

Kenzo yang melihat Niken hanya terdiam di depan tembok tersebut pun. Langsung meninggalkan Niken dengan begitu saja.

Kenzo tak ingin jika ia Sampai membunuh istrinya sendiri.

Kenzo kira jika Niken baik-baik saja, tapi. Ternyata Niken tak sadarkan diri dengan menempelkan kepalanya di tembok kamar yang berwarna putih itu.

Darah segar terus mengalir di kening Niken.

Wajah Niken perlahan berubah menjadi pucat, karena terlalu banyak kehilangan darah.

Sedangkan Sinta, sedari tadi ia sudah menunggu Kenzo untuk keluar dari dalam kamar, ia sangat kawatir tentang keadaan Niken.

Sinta yakin, jika Niken sudah tidak berdaya di dalam sana.

"Duh, kenapa Tuan lama sekali sih, di dalam kamarnya, bagaimana dengan kabar Nona niken?" Sinta sedari tadi memegang kerah bajunya sendiri, karena ia merasa sangat resah.

Dan untungnya, tidak lama kemudian. Kenzo keluar dari dalam kamar dengan ekspresi yang sulit di artikan.

Sinta mencoba bersembunyi di balik tembok kamar lain, agar Kenzo tidak bisa melihatnya setelah melihat Kenzo pergi dari sana.

Sinta langsung melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Niken.

Hatinya sudah tak bisa di gambarkan apa yang ia rasakan saat ini.

Perlahan-lahan Sinta membuka pintu kamar Niken, matanya mencari keberadaan nonanya itu, dan benar saja.

Sinta melihat Niken yang sedang tersandar di dinding kamarnya.

Namun, saat Sinta mendekati Niken, Sinta menangkap pemandangan yang membuatnya syok.

Darah segar mengalir dari dahi Niken.

"Ya ampun, Nona. Kenapa bisa sampai seperti ini, ya tuhan Bagimana ini?" Sinta langsung menggeser kan tubuh Niken dari tembok kamar dan membaringkannya di tempat tidur.

Sinta mencoba mencari-cari obat untuk membersihkan luka Niken.

Akhirnya, Sinta berhasil menemukan kotak obat yang di simpan di bawah tempat tidur.

Dengan teliti Sinta mengolesi obat dan juga membersihkan darah yang terus saja keluar dari kening Niken.

"Nona, sungguh malangnya nasib anda, kenapa anda bisa tertangkap oleh monster itu, apa yang telah Nona lakukan dulu?" Sinta terus saja bertanya-tanya. Apa yang menyebabkan Niken bisa terperangkap oleh Kenzo.

Setelah luka yang menganga di tutup oleh perban dan luka yang lebam di olesi oleh salep, Sinta dengan segera membuka pakaian Niken dan menggantikannya dengan pakaian santai.

Setelah selesai, Sinta langsung keluar dari dalam kamar itu, karena Sinta takut jika Kenzo bisa melihat dia yang ada di sana, bisa-bisa nanti ia akan di siksa oleh Kenzo karena sudah membantu Niken.

Sedangkan Kenzo. Ia turun ke lantai bawah.

Dan ternyata di lantai bawah Bella belum juga pulang kerumahnya, Bella keras kepala ingin mengajak Kenzo untuk menghabiskan malam bersama dengannya.

Karena Bella memiliki rencana yang tak akan pernah ketebak oleh siapapun.

Bella yang melihat Kenzo menuruni anak tangga pun, langsung menghampiri Kenzo dengan senyuman manjanya.

Dan Kenzo pun menyambut senyuman itu.

"Sayang, kamu ko turun?" Ujar Bella, padahal di dalam hatinya ia merasa sangat senang.

"Tak apa, lagian kamu sendiri kenapa belum pulang?" Kenzo mengelus pipi Bella.

"Em, aku sebenernya nungguin kamu, karena aku pengen ngajak kamu menghabiskan malam bersama aku, tapi, karena kamu udah ada istri, ya aku bisa apa!" Bella memberikan ekspresi sedihnya di hadapan kenzo

"Ya udah, ayok. Kita ke kamar yah, kebetulan saya juga lagi suntuk dan butuh hiburan!" Kenzo menggandeng tangan Bella.

Dengan senang hati dan juga senyuman jahat, bella meraih tangan Kenzo.

Para pelayan yang melihat hal itu pun diam-diam membicarakan perilaku Bella.

Tak sepantasnya jika seorang wanita ingin merebut Seorang suami yang baru saja menikah dengan istrinya.

"Aneh ya sama Tuan Kenzo, padahal nona Bella tidak ada apa-apanya di bandingkan Nona Niken, padahal Nona Niken jauh lebih cantik dan juga baik, tapi ko senang banget sih bermesraan sama wanita ini, ih aku aja wanita ogah liatnya?" Ucap pelayan yang sedang membereskan sisa acara pernikahan.

"Hus, jangan sembarang ah, nanti kalo ada yang dengar dan ada yang melaporkan kepada tuan Kenzo, bagaimana, nanti bisa-bisa kita di hukum?" Ujar pelayan yang satu ya.

Dari atas, Sinta turun dengan wajah sendu dan juga datar.

Semua teman-temannya menatap Sinta dengan tatapan aneh.

"Sin, kamu kenapa, ko wajahnya sedih kaya gitu, apa jangan-jangan kamu di tolak iya cintanya sama si Rian?" Ujar pelayan yang bernama Marni.

"Hus, apa sih, kalo ngomong suka aneh-aneh aja, gak aku cuman kasihan aja sama Nona Niken, seharusnya ia tak ada di sini," Sinta duduk di atas sofa.

Semua pelayan yang di sana juga menganggukan kepalanya.

Sinta sebenarnya memiliki rasa kepada Rian, Rian adalah tangan kanan dari Kenzo, namun. Saat ini ia sedang tidak ada di sana, dia di tugaskan untuk meninjau perusahaan yang berada di luar negri. Hingga mengakibatkan mereka harus terpisah


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C18
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous