Kreeeeek!! ...
Perlahan berjalan, Meleonarch mengikuti para budak itu di sebelah barisan yang terkekang rantai besi, memanjang kebelakang. Mata mereka sudah tak bercahaya lagi, itu pun karena tak ada harapan yang mereka harapkan lagi kedepannya, mengingat tak ada yang lebih buruk lagi bagi mereka selain dijual oleh raja mereka sendiri, yang selalu mereka sembah dan puja.
Mungkin bila dicari kedalam hati mereka, satu-satunya harapan yang tersisa untuk membuat mereka tersenyum hanyalah ingatan akan betapa hangatnya roti dan susu terakhir yang berhasil mereka nikmati dengan lahap. Begitu pun saat beberapa dari mereka sempat mencuri pandang pada Meleonarch yang hanya memasang wajah datar dengan mata sayunya. Mereka pun tahu, sekali pun ada satu orang tentara yang masih memiliki iba bagi mereka, meskipun posisi serdadu tersebut amatlah tinggi di dalam tubuh VOC, namun mengingat berbagai berita tentang betapa kejamnya pimpinan VOC yang begitu otoriter itu ...
"Maaf ..."