Semua terdiam.
Kata-kata Belphegor sungguh mengagetkan setiap orang disana, termasuk Pelsaert sendiri.
"Waibe!!"
"Dimengerti!!"
Slash!!
Satu tebasan miring, meluncur dari bawah ke samping atas tubuh Belphegor dan segera meninggalkan luka yang cukup dalam di perut tambunnya itu.
"Akh!! Sialan!!"
Diluar dugaannya, tebasan bilah biru keungu-unguan katana Watanabe ternyata meninggalkan rasa sakit yang amat menyengat. Menyebarkan rasa panas dan nyeri hingga keseluruh tubuhnya.
Belphegor pun terpaksa harus melompat kebelakang beberapa langkah, kemudian menghempaskan serangan balasan kearah tanah untuk mencegah terjangan lanjutan dari sang samurai.
Selanjutnya yang dapat dilakukan Belphegor hanyalah tertumpu di tanah dengan salah satu lutut dan tangannya. Napasnya yang semakin berat juga tak mengijinkannya beristirahat, terlebih lagi luka itu tak mau menutup sembuh.
"Hee, ... Ada apa iblis? Apa kau tahu kalau wajahmu benar-benar berubah, he he?"
Akhirnya setelah begadang selesai juga, maaf kalau adegannya agak terburu dan padat. Sebenarnya penulis juga ingin nulis bab ini lebih rinci dan perlahan, namun untuk ngejar plot adegan pun diperpadat. Namun mulai dari sini kisah buku kedua akan mulai memasuki babak akhirnya, berbagai kejutan dan adegan seru akan segera datang, begitu juga dengan nasib Anna yang akan berlanjut menuju perkembangan genre baru bagi cerita ini.
Angin segar akan berhembus, dan harapan tak akan punah.
Nantikanlah kisah selanjutnya, akhir kata Penulis. :)