Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Pesawat
Puk!
Gretta segera menoleh dan buru-buru menghapus air matanya, ketika mendapati Alreschalah yang kini duduk di samping dan menatapnya khawatir.
"Kamu menangis? Apa ada yang mengganggu dan menyakitimu?"
Pertanyaan khawatir dari kekasihnya itu hanya mendapat gelengan kepala darinya.
Ia merasakan jari panjang pria itu ikut menghapus titikan kristal yang tiba-tiba saja menggenang di pelupuk matanya. Sepertinya ia tidak sadar, melamun sampai menangis kala memikirkan ayahnya yang sudah tiada.
Padahal semalam ia sudah puas menangis, bersama Ayana, Geana dan Kristal ketika selesai mendengar kabar ketiadaan sang ayah.
Namun, kenapa ia masih tidak bisa menahan diri untuk menangis, kala kenangan indah bersama mendiang ayahnya terngiang.
Meskipun kebersamaan indah itu hanya sampai umurnya yang ke 7 tahun, tapi 7 tahun yang dilaluinya bersama sang ayah hampir semuanya indah.
"Kenapa menggeleng, jika menangis seperti ini, bae?"