Télécharger l’application
48.14% MENGEJAR CINTA MAS-MAS / Chapter 52: MCMM 51

Chapitre 52: MCMM 51

Apakah itu cinta?

Bagaimanakah definisi cinta?

Apakah itu hanya sekedar rasa atau lebih dari itu?

Tanyakan pada dirimu apa itu cinta

Sudahkah kau temukan cinta dalam hidupmu?

⭐⭐⭐⭐

Happy Reading ❤

"Ndaaaah," panggil Gladys yang pagi itu terlihat segar dengan celana kulot hitam dipadu dengan blus warna merah.

"Iya kak. Ada apa kakak cari Endah?" tanya Endah dengan napas ngos-ngosan.

"Kamu dari mana kok sampai ngos-ngosan begitu?" tanya Gladys heran. "Habis ngejar maling?"

"Hehehe.. nggak kak. Tadi waktu kak Gladys panggil, Endah lagi ngejar-ngejar si Purri. Dia kabur pas tadi kandangnya dibersihin sama mang Ujang. Endah takut dia loncat ke rumah Om Henry. Repot ambilnya. Musti dengerin omelan tante Bianca." jelas Endah sambil nyengir.

"Oh pantesan. Oh ya Endah, mbok Siti sudah belanja belum pagi ini?" Endah heran mendengar pertanyaan nona mudanya. Nggak salah nih pertanyaannya? batin Endah

"Eh, kak Gladys mau beli apa? Biar nanti Ensah kasih tau mbok Siti. Tadi sih mbok Siti bilang, biasanya jam 7an tukang sayurnya datang," ucap Endah. "Tukang sayurnya itu lho kak, si mas Banyu yang temannya den Gibran."

"Nanti kasih tau aja ya kalau mbok Siti sudah mau belanja."

"Kak Gladys mau ikut belanja?" Gladys mengangguk. Mata Endah membulat saat mengetahui hal itu. Lalu Endah ingat saat di Bali majikannya ini semakin dekat dengan Banyu. Bahkan Endah sering dikasih waktu berjalan-jalan sendiri tanpa harus mengikuti nona mudanya. Lumayan, dapat liburan gratis.

"Kak Gladys mau ketemu mas Banyu ya?" bisik Endah sambil tersenyum jahil.

"Ah, kamu anak kecil ngerti apa urusan orang dewasa." elak Gladys sambil menyembunyikan wajahnya karena malu.

"Eh, Endah bukan anak kecil lagi lho. Endah juga tau gimana yang namanya pacaran. Walau ketemu tiap hari, chatting tiap hari, video call tiap malam sampai ketiduran... mmpphh..." Gladys langsung membekap mulut Endah sambil menengok kanan kiri, khawatir ada yang mendengar. Padahal saat ini mereka berada di dalam kamarnya.

"Ssstt.. jangan kencang-kencang. Berabe kalau mami papi dengar."

"Memangnya kak Gladys belum bilang sama mereka?" Gladys menggeleng.

"Aku bingung, Ndah. Hatiku lebih memilih Banyu, tapi aku takut mereka tak menyetujui pilihanku. Apalagi mami yang semangat sekali menjodohkanku dengan Lukas."

"Dokter psikopat ya kak," bisik Endah sambil terkikik. "Tapi biarpun kayak psikopat, dokter Lukas ganteng banget lho, kak. Pasti banyak cewek-cewek yang naksir dia. Endah aja mau kalau dijodohin sama dia."

"Ya sudah, kamu aja yang kawin sama dokter psikopat itu. Biar aku bisa nikah sama mas Banyu."

"Ya nggak mungkinlah kak. Dokter psikopat itu kan terobsesi sama kak Gladys. Kalau Endah jadi sama dia, nanti Endah dikirim ke Korea." jawab Endah dengan muka takut.

"Ngapain dikirim ke Korea? Bagus dong honeymoon disana." sahut Gladys sambil mengikat tinggi rambut panjangnya.

"Bukan honeymoon kak. Tapi disuruh operasi plastik, merubah muka Endah menjadi seperti kak Gladys. Endah nggak mau ah. Nanti bapak dan ibu di kampung nggak ngenalin Endah lagi. Nanti Endah nggak diaku anak sama mereka." Gladys langsung tergelak saat mendengar celoteh Endah.

"Ada-ada saja kamu, Endah. Oh ya, sekarang jam berapa? Oops hampir jam 7." Gladys keluar kamar setelah sebelumnya menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

"Mbok Siti.. mau belanja ya?" tanya Gladys pada mbok Siti yang sudah mau keluar gerbang.

"Eh iya non. Ada apa non? Non Adis ada permintaan menu khusus buat makan siang?" tanya mbok Siti heran. Tak biasanya tuan putri keluarga Hadinoto ini peduli tentang belanja.

"Nggak mbok. Aku mau ikut belanja." Gladys mendekati Mbok Siti. "Nanti mbok Siti ajarin Adis cara memilih sayur atau ikan ya."

"Non Adis nggak sakit kan?" tanya Mbok Siti heran. Tangannya memegang kening nona mudanya. Normal, nggak panas.

"Kenapa sih mbok pegang-pegang kepala Adis? Adis sehat kok. Memangnya nggak boleh Adis belajar belanja sayuran? Adis kan pengen jadi istri yang baik."

"Oh iya, non Adis mau nikah sama dokter yang ganteng itu ya. Kalau nikah sama dia mah non Adis nggak belanja di tukang sayur, tapi di supermarket yang ber-AC, komplit dan nggak bau. Jaminan barang-barang di supermarket segar-segar semua jadi non Adis nggak akan repot memilihnya. Dan pastinya nggak perlu nawar, non."

"Ya nggak gitu juga, mbok. Mau nikah dengan siapapun Adis harus tetap mengerti hal-hal mendasar kayak gitu." Mbok Siti semakin melongo mendengar ucapan sang nona muda.

"Ayo mbok, nanti tukang sayurnya keburu pergi deh!" ajak Gladys.

"Eh.. iya non. Ayo." Mbok Siti masih terbengong-bengong sambil mengikuti Gladys. Di pos security tampak Pak Gito sedang berolahraga ringan.

"Pagi non Adis. Mau kemana non? Perlu bapak panggilin pak Dudung buat nyiapin mobil?"

"Nggak usah pak. Adis cuma mau ikut mbok Siti belanja kesitu. Jalan kaki sebentar juga sampai." sahut Gladys santai dan lagi-lagi membuat pak Gito bengong. Nona mudanya ini jarang keluar rumah tanpa mobil kecuali mau olahraga ke taman.

"Mbok?" Mbok Siti hanya menggeleng bingung sambil mengangkat bahu saat dipanggil oleh pak Gito.

"Assalaamu'alaykum. Selamat pagi semua," sapa Banyu setelah memarkirkan motornya. Tampak para pelanggannya sudah menunggu kehadirannya.

"Mas Banyu kemana saja sih? Kok lama nggak jualan. Yang muncul bang Malih melulu. Sudah bosan jualan ya mas?" cecar Astuti bagai mitraliyur.

"Mbak As, pelan-pelan atuh nanyanya. Nanti mas Banyu takut lho," ledek bu Adi. "Belanja sama mas Banyu atau bang Malih sama saja kan, mbak."

"Ya beda dong bu. Kalau mas Banyu yang jualan saya kan jadi senang bisa ketemu calon suami," jawab Astuti dengan pedenya. Yang lain langsung menyoraki Astuti yang terlihat semakin semangat.

"Mbak As bisa saja. Saya mah nggak cocok sama mbak As."

"Kalau anak pak Praditho cocok?" tanya Astuti mendadak judes. "Aku kan nggak kalah cantik kalau dibandingkan dengan dia. Aku juga jago urus rumah dan jago masak. Kapan-kapan mas Banyu mampir deh makan malam di rumahku. Nanti aku akan masakin Kerang Saos Padang yang menggugah selera dan dessertnya juga nggak kalah menggiurkan."

"Pepet terus mbaak...!!" ledek yang lain.

"Mbak As, nggak malu ya nyodor-nyodorin diri kayak gitu?" tanya Jeng Mita yang baru sampai.

"Ih siapa yang menyodorkan diri. Mas Banyu ini kan calon suamiku. Memangnya jeng Mita lupa waktu mas Banyu menangkap bunga di kawinan anak pak Praditho. Dia kan kasih bunganya ke saya. Itu tandanya mas Banyu bersedia menjadi suamiku. Iya kan mas."

"Bukannya mbak Astuti yang merebut bunga itu dari tangan mas Banyu ya?" tanya Jeng Mita dengan muka sok polos. Wajah Astuti langsung berubah-ubah karena serangan jeng Mita.

"Eh, nggak gitu jeng Mita.. eh.."

"Mbak As mau belanja apa? Hari ini saya bawa ikan gurame kesukaan mbak Astuti," Banyu segera menyelamatkan Astuti yang kelihatan mulai terpojok. "Bu Mita, kata asisten saya kemarin pesan pare 2 kg ya? Mau dimasak apa? mau bikin siomay ya?"

"Bukan mas. Biasalah mau bikin konten masakan aneka pare. Kebetulan suamiku juga doyan banget pare. Ya sekalian aja, masak kesukaan suami sekalian bikin konten. Parenya ada kan mas?" perhatian jeng Mita mulai teralihkan.

"Mas Banyu, tadi eyang Tuti pesan ikan kembung sekilo, sawi putih 1 dan tahu putih 1 bungkus," ucap bu Adi sambil melihat-lihat sayuran yang ada di motor Banyu. "Mas, bawa melon nggak? Kalau wortel ada mas?"

"Ada bu. Lho kok tumben eyang Tuti nggak belanja, bu?"

"Mas Banyu ketinggalan cerita nih. Eyang Tuti kan minggu lalu jatuh di kamar mandi. Untung aja cepat ketahuan sama Rahmi, cucunya. Jadi bisa cepat dibawa ke rumah sakit," celoteh mbak As yang sudah bersikap seperti biasa lagi. "Waktu itu kita ramai-ramai jenguk ke rumah sakit. Kata dokter ada tulang panggul yang retak. Makanya eyang Tuti sekarang lebih banyak tiduran. Belum boleh jalan-jalan dulu."

"Ya ampun saya baru dengar beritanya."

"Mas Banyu kelamaan cuti, sih," celetuk teh Nia. "Habis dari mana sih mas?"

"Kebetulan ada kerjaan di luar kota, teh. Baru tiga hari yang lalu balik."

"Mas Banyu habis honeymoon di Bali ya?" tanya jeng Mita. "Saya lihat IGnya mas Banyu lagi foto berduaan sama cewek. Sayangnya wajah ceweknya nggak kelihatan. Tapi kelihatan mesra banget mas walau dari belakang."

"Hah?! Mas Banyu honeymoon? Kapan nikahnya? Kok mas Banyu tega sih sama aku. Selama ini aku kan menunggu mas Banyu melamar. Lah kok ini malah honeymoon ke Bali. Mas Banyu jahat!" Astuti pergi begitu saja meninggalkan belanjaannya. Ia sempat berpapasan dengan mbok Siti dan Gladys.

"Lho, mbak As sudah selesai belanja? Belanjaannya mana?" tanya mbok Siti. Astuti menoleh sengit pada Gladys yang berdiri di samping mbok Siti.

"Hey kamu, jangan mentang-mentang anak orang kaya terus mau menggoda mas Banyu ya! Mas Banyu itu sudah jadi suami orang. Jangan coba-coba ganggu dia. Jangan harap mas Banyu mau sama kamu, ya." Astuti menumpahkan kekesalannya pada Gladys.

"Lho, mas Banyu sudah menikah? Pantas saja kemarin cuti jualan," sahut mbok Siti. "Baguslah akhirnya mas Banyu menikah."

"Kok bagus sih, mbok? Mbok Siti nggak kasihan sama saya yang lagi patah hati ya?!"😡😭 Astuti pergi meninggalkan mereka sambil menghentak-hentakkan kakinya. Mbok Siti dan Gladys hanya bisa bengong memandangi kepergian Astuti.

"Bu Adi, itu mbak As kenapa?" tanya Mbok Siti heran. "Kok marah-marah begitu?"

"Lagi patah hati mbok," sahut bu Adi. "Kata jeng Mita, mas Banyu kemarin itu nggak jualan karena cuti menikah dan honeymoon ke Bali."

"Selamat pagi, tante," sapa Gladys pada bu Adi.

"Eh, selamat pagi nak Gladys. Waah, pagi ini segar banget. Kamu tambah cantik saja."

"Terima kasih tante," sahut Gladys ramah. Suatu hal yang membuat semuanya bingung. Biasanya putri bungsu keluarga Hadinoto ini paling mahal senyum.

"Eh, mbak Gladys apa kabar?" tegur jeng Mita ramah. "Cantik banget sih pagi ini. Mbak, kapan-kapan collab yuk sama saya. Kalau mbak Gladys mau jadi bintang tamu di youtube saya, pasti bakal banyak viewer nya."

"Ah tante bisa saja. Saya mah nggak bisa tampil depan kamera gitu. Suka grogi gitu, tante." elak Gladys sambil tersenyum malu.

"Gladys ini aslinya pemalu bu Mita," Banyu ikut nimbrung dengan percakapan mereka. "Kelihatannya aja dia sombong dan galak."

"Mas Banyu sok tahu nih," ucap jeng Mita. "Ayolah, mbak Gladys bisa mempromosikan batik kepada kalangan muda. Atau mbak Gladys mau saya bikinin channel sendiri. Lumayan mbak, untuk mengajak anak-anak muda untuk lebih mencintai produk batik asli Indonesia."

"Eh, nanti saya pikirin lagi tante," Jawab Gladys.

"Nak Gladys tumben belanja?" celetuk bu Adi.

"Iya nih bu Adi. Mbok juga bingung tiba-tiba non Adis pengen belajar pilih-pilih sayuran. Katanya persiapan kalau nanti menikah."

"Oh mbak Gladys mau menikah?" Jeng Mita ikut nimbrung. " Wah selamat ya mbak. Tadinya saya pikir mbak Gladys masih belum mau menikah. Soalnya saya dengar, mbak Gladys selalu menolak kalau dijodohkan oleh mami Cecile."

"Ah, bukan menolak tante. Tapi memang belum ketemu yang sreg aja," jawab Gladys malu-malu.

Banyu tersenyum mendengarnya. Ia sengaja berjalan mendekati Gladys dan tanpa terlihat oleh yang lain ia berbisik pada Gladys, " Kamu cantik."

Muka Gladys langsung memerah mendengarnya. Ia buru-buru menundukkan wajahnya agar tak terlihat oleh yang lain. Namun rupanya hal itu tak luput dari mata elang jeng Mita.

"Hayooo mas Banyu bisik-bisik apa sama mbak Gladys. Sampai merah begitu wajah mbak Gladys." komentar Jeng Mita kepo.

"Aah.. ini karena kena sinar matahari tante, makanya muka Gladys memerah," jawab Gladys gugup.

"Tadi saya bilang ke Gladys kalau dia cantik," ucap Banyu kepada yang lain. Perkataan yang langsung disambut heboh oleh yan lain.

"Waah mas Banyu bisa aja bikin anak perawan malu-malu gitu. Nanti apa istrinya nggak marah, mas?" tanya teh Nia.

"Saya mah belum menikah teh. Foto yang dilihat bu Mita, itu foto dengan gadis yang sekarang mengisi hati saya," sahut Banyu sambil melirik Gladys penuh arti.

"Wah, sekarang sudah punya pacar ya mas. Oh iya, mas Banyu sudah selesai kuliah ya. Nggak lama lagi pasti mas Banyu akan menikah nih. Jangan lupa undang-undang ya, mas." komentar bu Adi.

"Insyaa Allah bu. Doain aja saya berjodoh hingga ke pelaminan dengan yang satu ini."

"Sudah bosan tidur sendirian ya, mas? Qiqiqiqi🤭," goda jeng Mita. "Wait.. wait.. wait.. kok bisa barengan gini ya antara mas Banyu dan mbak Gladys. Jangan-jangan..."

"Ah, jeng Mita jangan bikin gosip deh," potong bu Adi.

"Eh, bu Adi ingat nggak. Waktu pernikahan mas Ghiffari, mereka berdua kan berpasangan menjadi pengiring pengantin. Wah, saya yakin pasti ada sesuatu nih di antara mereka berdua. Radar reporter saya mendadak aktif nih bu."

"Kalau saya sama mas Banyu cocok nggak tante?" tanya Gladys nekat. Pertanyaan yang membuat semua orang terkejut.

"Waah cocok banget mbak Gladys. Daripada liat tuh perawan tua jadian sama mas Banyu, saya mah lebih ng-ship mbak Gladys dengan mas Banyu. Benar gak bu Adi? Iya kan ibu-ibu?" Pelanggan yang lain manggut-manggut menyetujui jawaban Jeng Mita.

"Aamiin. Doain ya tante, saya bisa dapat suami kayak mas Banyu," pinta Gladys tulus. Semua menyangka itu hanya basa basi Glady. Tak ada yang tahu, permintaan itu benar-benar dari dasar hati Gladys.

"Wah, apa mungkin bu tukang sayur bisa menikah dengan tuan putri?" tanya Banyu.

"Semuanya bisa kejadian kalau Allah menghendaki mas," jawab bu Adi bijak. Yang lain manggut-manggut setuju.

⭐⭐⭐⭐


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C52
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous