dobel updetnya. tadi kesalahan teknis waktu updet part 21. tapi udah nggak papa sekarang. mengobati rasa rindu kalian guys aku langsung publis part 22.
okeh sampe ketemu lagi.
Sejak pagi, Arsha sudah sibuk di dapur. Ia haru menyiapkan banyak hal, karna Arka yang tiba-tiba mengatakan akan kembali dari tugasnya siang ini. Dan laki-laki te sebut meminta Arsha u tuk menjemputnya di bandara.
Dan kini Arsha tengah menyiapkan makan siang kesukaan Arka u tuk menyabut kedatangan pria tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul 10, Arsha yang sudah selesai dengan pekerjaan nya pun dengan cepat bersiap-siap untuk ke bandara.
Jalanan yang macet membuat mobil yang di tumpangi Arsha tidak dapat bergerak sedikitpun. Tak biasanya jam segini jalanan sudah macet. Dengan sabar Arsha menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Lalu memejamkan matanya, rasa kantuk tiba-tiba menyerang. Membuat ia dengan cepat jatuh kedalam mimpinya.
*******
"Kita langsung pulang aja ya pak," ujar Arka pada sopir yang ia pekerjakan untuk mengantar Arsha saat berpergian.
"Iya pak," jawabnya singkat.
Arka memandang wajah damai milik Arsha, rasa rindu yang ia tahan akhirnya telah menemukan obatnya. Ia menyelipkan rambut-rambut Arsha yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.
Selama perjalanan menuju kerumah miliknya, Arka tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari wajah tenang dan damai milik tunangannya itu.
Ah, rasanya Arka sudah tak sabar untuk segera meminang wanitanya.
Wanitanya
Entah mengapa ada rasa bangga saat lidahnya berucap kata tersebut. Ia sungguh tak sabar menantikan hari itu juga tiba.
Dengan lembut ia mengelus wajah halus milik Arsha, menyentuh tiap inci permukaan wajar Arsha dengan sayang tanpa adanya keinginan untuk menyakiti gadis itu.
Merasa tidurnya terusik, Arsha mencoba untuk mengganti posisi tidurnya. Arka yang melihatnya pun tak kuasa menahan gemas. Dengan lembut ia menepuk pipi Arsha berusaha untuk membuat gadis itu nyaman kembali.
Namun, entah karna rasa kantuk yang sudah tiada, atau karna penasaran siapa yang mengganggu tidurnya. Arsha membuka matanya pelan, retinanya berusaha untuk menyesuaikan cahaya. Sampai matanya terbuka sempurna, ia yang belum sadar sepenuhnya hanya menoleh singkat kearah Arka.
Sungguh, Arka gemas dibuatnya. "Pak, kita udah mau nyampe ya," ujar Arsha kepada sang supir.
Pak Hadi, sang supir pun mengangguk karna memang sebentar lagi mobil mereka akan sampai kerumah majikannya.
Arka tak dapat menahan kekehan nya. Ia sungguh gemas dengan tingkah Arsha. Apa gadis itu belum sadar dengan kehadirannya.
Arsha langsung menoleh sepenuhnya kearah Arka. Saat pendengarannya menangkap suara tawa milik pria tersebut. Ia sungguh syok melihat pria itu sudah berada disampingnya.
"Loh, mas, kamu kok bisa disini," Arsha bertanya dengan bingung kepada Arka.
"Bisa lah, kamu ketiduran pas nyampe bandara. Kalau masih ngantuk tidur aja lagi. Sebentar lagi kita nyampe rumah," jawab Arka.
"Hah, jadi aku ketiduran ya?" Arka mengangguk.
Pria itu mengulum senyumnya. Sungguh ia tak sabar untuk memiliki gadis ini seutuhnya.
"Sudah sampai pak," intrupsi pak Hadi.
Arka mengangguk, lalu keluar disusul Arsha dibelakangnya. "Tolong bawa barang saya kedalam ya pak," pinta Arka lalu masuk kedalam rumah disusul oleh Arsha.
"Aku udah masak buat mas, mas mandi dulu ya baru makan."
"Iya, kamu tunggu disini ya."
Setelah itu, Arka berlalu menuju kamarnya yang berada dilantai dua, Arsha langsung menyiapkan peralatan makan untuk pria tersebut.
Saat makanan dan segala perlengkapan nya sudah berada diatas meja makan, Arsha duduk disalah satu bangku sambil menunggu Arka turun.
"Wah, enak nih kayaknya," suara Arka tiba-tiba muncul dari balik punggung Arsha, membuat gadis itu menoleh.
Arsha tersenyum menyambut Arka. Ia langsung berdiri dan menyiapkan makan untuk laki-laki itu.
"Mas mau lauk apa?"
"Apa aja, aku yakin kalau kamu yang masak pasti tidak akan mengecewakan."
Arsha tersipu mendengar ucapan pria tersebut. Ia lantas menaruh ayam sambal ijo dan sayur sop kedalam piring Arka. Lalu ia menaruhnya dihadapan laki-laki tersebut. Kemudian menuangkan air minum kedalam gelas Arka dan menaruhnya disamping piring.
"Duh, calon istri idaman banget kamu Sha," puji Arka.
Mendengar pujian tersebut, muka Arsha langsung memerah bak kepiting rebus. Arka yang melihatnya mengulum senyum.
"Dimakan mas," ujarnya sambil menunduk menahan sisa-sisa malu yang Arka buat.
Setelah mengucapkan bismillah, Arka masukkan suapan pertamanya kedalam mulut, tak pernah mengecewakan. Selalu, hasil masakan Arsha sudah ia anggap sebagai candunya. Karna rasa masakannya yang khas membuat lidahnya dimanjakan.
"Masakan kamu selalu enak, dan aku selalu suka sama wanginya yang khas."
"Mas suka? Alhamdulillah kalau gitu. Soalnya itu aku baru belajar masak ayam sambel ijonya."
Arka mengangguk, lantas melanjutkan suapannya hingga ia tambah untuk kedua kalinya.
"Kenyang banget Sha," ujarnya setelah meneguk air yang sudah Arsha tuang.
"Alhamdulillah mas, jangan lupa baca doa habis makan."
"Udah kok. Oh iya, aku mau ngomong sama kamu Sha," Arka menatap serius kearah Arsha, membiat gadis itu gugup.
"A.. aku beresin meja dulu ya mas, kamu tunggu di depan aja nanti aku nyusul."
Arka mengangguk, lantas berdiri lalu berjalan keruangan depan. Ia menunggu Arsha yang tengah membersihkan perabitan makan mereka, sambil menonton berita.
Arsha yang sudah siap mencuci piring, langsung membuat minuman untuk mereka berbicara nanti. Tak lupa ia membawa beberapa kue kering dan meletakkan nya didalam nampan yang sudah ada jus buah didalamnya.
Saat ia sampai di sopa ruang keluarga, ia melihat Arka yang tengah serius menonton. Dengan pelan ia menaruh minum dan kuenya diatas meja. Lalu duduk di sopa yang berada disebelah kanan pria itu.
Arka yang baru menyadari kedatangan Arsha pun memfokuskan penglihatannya kearah gadis itu. Setelah gadis itu duduk barulah Arka memulai pembicaraan diantara mereka.
"Aku ingin pernikahan kita dipercepat satu Minggu lagi Sha."
Arsha yang sedari tadi menunduk lantas mengangkat kepalanya ia menatap Arka yang juga tengah menatapnya. Dan tatapan mereka bertemu, disana di netra hitam milik pria itu, Arsha dapat merasakan kesungguhan yang terpancar dari kedua bola matanya.
Gadis itu menarik nafas, mencoba mengatur hati dan pikirannya. Apakah jalan yang mereka ambil ini sudah benar?
Arsha takut gagal. Karna kalau sampai itu terjadi, dialah yang paling tersakiti. Namun melihat kesungguhan dan binar harapan yang netra itu pancarkan, Arsha seolah memang harus mengambil keputusan ini. Seolah-olah inilah pilihan yang benar.
"Apa harus secepat itu?"
"Iya, karna aku gak mau orang berpikir yang macam-macam tentang kamu. Dan kita bukan muhrim untuk tinggal bersama. Aku nggak mau orang mencela kamu Sha, dan karna kamu memang yang hati aku pilih. Aku mau kita segera menikah untuk menghindari semuanya."
Arsha tertegun mendengar penjelasan Arka, sungguh ia tak berfikir sampe kesana. Namun lagi-lagi ia bimbang, apakah Arka benar-benar memilihnya atau ia hanya pelarian dari Arnia Akhiya perempuan yang duku pernah datang ke rumah untuk mencari Arka.
Karna Arsha masih sangat ingat bahwa tujuan awal Arka menikahinya adalah untuk menghindari perempuan tersebut. Tapi melihat dari kesungguhan Arka, hatinya mulai bimbang.
Apakah ini keputusan yang baik, tapi mereka sudah melangkah sejauh ini. Nggak mungkin Arsha mundur lagi. Dengan menghembuskan nafas pelan Arsha akan mantap dengan pilihan nya.
"Kalau itu yang terbaik, aku bersedia mas," ucap Arsha dengan keyakinan yang hatinya suarakan.
*******
Batam, 18 Januari 2020