Wen Qi seketika terpaku ketika ia membuka pintu dan menemukan dua orang sedang bercumbu.
Pemuda itu seketika mengalihkan mata ke arah berbeda sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal, berpura-pura untuk tidak melihat apa-apa.
Saat ia ingin masuk, ia bahkan tak sanggup melangkahkan kakinya ke dalam ruangan yang diselimuti dengan keintiman dari dua orang yang telah menyadari kehadirannya, jadi ia hanya bisa berhenti di ambang pintu.
Berpikir bahwa kehadirannya telah merusak kemesraan dua insan, Wen Qi hendak melarikan diri namun ia merasa seperti ada dinding besar di balik punggungnya yang membuatnya tak bisa berjalan mundur.
Setelah menyaksikan sepasang kekasih di hadapannya, ia merasa atmosfer di ruangan itu menjadi hening dan canggung seolah bumi juga enggan memberikan solusi mengenai situasi yang ia hadapi karena ikut menanggung malu dari tiga orang sekaligus.
Wen Qi mengetahu Ai Zhiyi dan Chu Weixu adalah sepasang kekasih. Saat usianya masih sebelas tahun, ia mengetahui bahwa kakak sepupunya meninggalkan desa saat remaja. Tidak ada dari keluarga mereka yang tidak mengetahui berita itu.
Saat itu, ia tidak tahu mengenai mengapa kakak sepupunya, Ai Zhiyi, meninggalkan keluarganya. Yang ia ketahui hanyalah ia pergi ke kota yang jauh untuk hidup. Barulah setelah usianya beranjak tiga belas tahun, orang-orang di keluarga mereka sering membicarakan hal itu sebagai hal yang paling memalukan, untuk mengajarkan anak-anak seusianya bahwa percintaan semacam itu hanya akan membawa nasib buruk dalam keluarga.
Wen Qi berpikir, apa yang salah dengan itu? Jika kakak sepupunya mencintai seseorang, bukankah itu wajar? Apa bedanya pria dan wanita selama itu cinta?
Namun, keluarga mereka di desa memiliki pemikiran kuno. Ditambah lagi, Ai Zhiyi menjalin hubungan dengan seseorang dari keluarga terpandang, bahkan sangat berpengaruh di Guangzhou, yang mana keluarga itu kini menyalahkan keluarganya bahwa Ai Zhiyi-lah yang membuat Chu Weixu terperangkap dalam hubungan semacam itu.
Siapa sangka? Setelah Wen Qi berusia lima belas tahun, ia dibawa oleh orang tuanya untuk tinggal di Shanghai, dan ia tanpa sengaja menemukan mereka berdua.
Keadaan mereka tidak begitu baik saat itu. Mereka tinggal di rumah pemilik sebuah kedai mie dan membantu pemilik kedai itu melayani tamu.Tapi, karena terus bekerja keras, mereka berdua akhirnya bisa hidup sejahtera seperti sekarang.
Pada awalnya, Wen Qi tidak tahu bagaimana sosok pria yang lari bersama kakak sepupunya itu. Ia hanya mengenali pria itu dari nama yang sering disebut oleh orang-orang dalam keluarganya dan belum pernah melihat wajahnya. Ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya di kota ini, kesan pertamanya adalah ... sangat tampan!
Ia sering mendengar bahwa orang-orang di keluarga tersohor itu cantik dan tampan, namun melihatnya secara langsung sungguh itu jauh dari dugaannya. Ia berpikir bahwa Ai Zhiyi beruntung memilikinya.
Sekarang, setelah melihat kemesraan mereka berdua, Wen Qi tiba-tiba merasa iri di tengah kecanggungan yang ia rasakan. Ia juga ingin mendapatkan seseorang seperti yang dimiliki Ai Zhiyi, yang menyayanginya sepenuh hati.
Sementara itu, Ai Zhiyi akhirnya berhasil menekan rasa malunya, dan memaksa dirinya untuk melihat orang yang baru saja membuka pintu. Begitu ia mengangkat kepalanya, ia melihat Wen Qi yang berdiri dengan canggung di pintu.
Walaupun Wen Qi adalah keluarganya, tetap saja, Ai Zhiyi memiliki rasa malu mengenai 'tertangkap basah'.
Namun, ia kembali berpikir bahwa itu lebih baik daripada harus ditemukan oleh orang lain, jadi Ai Zhiyi masih bisa memaksakan dirinya.
Ai Zhiyi tersenyum dengan sopan dan menyapa, "Hei, Wen Qi, kenapa kau berdiri di sana? Kami sudah menunggumu sejak tadi. Ayo, masuklah."
Perkataan itu seketika mencairkan suasana. Wen Qi yang tadinya merasa canggung pun bisa kembali menjadi dirinya sendiri di mana ia selalu ramah dan menyenangkan. Ia lalu berjalan masuk dengan senyum lebar.
"Kak Ai, maafkan aku karena kemarin tidak bisa membantu Kak Chu di sini," kata Wen Qi saat ia tiba di konter, menunjukkan rasa menyesal di wajahnya sambil melirik Chu Weixu seolah ia juga sedang meminta maaf padanya. Ia lalu melihat ke arah Ai Zhiyi kembali dan tersenyum dengan lebar, "Tapi, sekarang, aku libur beberapa pekan ke depan. Jadi, aku bisa ke sini lebih sering untuk membantu."
Ai Zhiyi adalah orang yang pengertian. Ia tahu bahwa Wen Qi sedang sibuk dengan urusan perkuliahannya, jadi ia tidak merasa keberatan sama sekali. "Tidak apa-apa. Kau sudah memberitahu alasanmu, jadi kau tidak perlu memaksakan dirimu lain kali jika kau memang sibuk. Lagi pula, pelanggan di sini juga tidak begitu ramai, Weixu masih bisa mengerjakannya sendirian."
Chu Weixu mendengarnya namun tidak berkomentar. Ia dengan tenang mengelap gelas-gelas yang ada di sana satu per satu, namun hatinya sendiri sedikit kesal karena ia harus berhenti mencumbui kekasihnya karena kehadiran tiba-tiba pemuda itu.
Sementara Wen Qi, ia berpikir bahwa ia harus bertanggung jawab dikarenakan ia juga dibayar oleh mereka berdua di tempat ini, dan merasa bersalah saat ia membiarkan Chu Weixu mengerjakan semuanya sendirian, sementara dirinya memiliki kesibukan lain yang harus diselesaikan. Jadi, Wen Qi berkata dengan penuh keyakinan, "Kak Chu juga sibuk dengan naskah-naskahnya, bukan? Tidak mungkin dia tidak kesulitan. Aku janji ini adalah yang terakhir."
Mendengar kata-kata pemuda itu, Chu Weixu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sebelum Ai Zhiyi sempat membalas. Ia menepuk-nepuk kepala pemuda itu dan menggodanya, "Hei, bocah, apa yang dikatakan Xiaoyi itu benar. Tidak perlu memikirkan sesuatu yang berlebihan. Penuhi saja kepalamu dengan ilmu agar kau tidak lebih bodoh lagi. Asal kau tahu saja, kau itu sudah sangat bodoh di mataku. Jangan membuatnya lebih buruk lagi."
Wajah ceria Wen Qi seketika menjadi cemberut. Ia mengerucutkan bibirnya, dan membalas dengan nada merajuk, "Heh, aku tidak terlalu bodoh seperti anggapanmu! Aku bahkan tidak pernah mendapatkan nilai C di setiap mata kuliahku!"
Chu Weixu terkikik geli. Semakin pemuda itu merasa kesal, semakin ia bersemangat untuk menggodanya, "Kau menyontek. Aku tahu kau menyontek. Orang bodoh sepertimu tidak akan bisa mendapatkan nilai bagus."
"Argh!"
Wen Qi dengan kesal mengayunkan totebag yang ia pegang ke arah Chu Weixu, namun pria itu dengan sigap berhasil menghindarinya, membuat Wen Qi semakin kesal karena ia tidak akan puas jika ia belum memberi pelajaran terhadap pria yang mengejeknya itu.
Sementara Ai Zhiyi hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka berdua sambil melanjutkan pekerjaan Chu Weixu mengelap beberapa gelas yang masih tersisa.
Ia cukup tenang di antara kericuhan dua orang yang saling mengejek. Ia tidak perlu menegur karena kebiasaan seperti ini sudah sering terjadi. Ia sudah terbiasa untuk harus mendengar mereka berdua bertengkar di pagi hari.
Tak lama kemudian, Ai Zhiyi melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia menepuk punggung Chu Weixu dengan lembut yang saat itu masih menggoda Wen Qi.
Chu Weixu menoleh, tersenyum. "Ada apa?"
"Aku harus pergi. Lanjutkan pekerjaanmu dan berhenti menggoda Wen Qi," balas Ai Zhiyi dengan nada tenang.
Kening Chu Weixu berkerut, ia meraih tangan Ai Zhiyi dan melihat jam tangannya. Ia lalu bertanya dengan heran padanya, "Aku pikir jadwalmu jam sepuluh. Bukankah kau masih punya waktu dua jam lagi? Kau mau ke mana? Apa jadwalmu berubah?"
Ai Zhiyi menggeleng pelan. "Aku hanya ingin pergi lebih awal karena ada beberapa urusan yang harus ku selesaikan."
Mendengar jawaban itu, Chu Weixu seketika terdiam, menunjukkan kecurigaan di wajahnya. Namun, karena Chu Weixu telah menaruh kepercayaan penuh kepada pasangannya, jadi ia tidak menanyakan apa pun selain berkata, "Oh, baiklah. Jangan lupa mengambil barang-barangmu di lantai atas."
Ai Zhiyi tersenyum. "Aku tahu."
Mulai tanggal 15 Agustus, saya akan update pada pukul 8 malam GMT +8 (setiap hari minggu). = ̄ω ̄=