Télécharger l’application
73.14% Me is me / Chapter 79: GoodBye Masa Lalu...

Chapitre 79: GoodBye Masa Lalu...

selepas pergi dari rumah sakit mereka kembali ke perusahaan namun di tengah jalan , zhi han mendapatkan kabar bahwa ia harus menghadiri rapat penting dengan dewan relasi yang pernah tertunda karena zhi han mengambil cuti.

" maaf tuan, ini sudah tak bisa kita batalkan. lagipula ini cuma sehari. " ucap pengawal kwang menjelaskan.

" pergilah sweetheart...perusahaanmu membutuhkanmu.. aku baik baik saja kok ..hmmm" bujuk riri pada suaminya dengan seulas senyuman tulus meyakinkan zhi han.

" kau yakin, tak apa apa hari ini aku tinggal sebentar " ucap zhi han memandang tajam sekaligus iba pada istrinya, terlebih lagi dengan penjelasan dokter kandungan tadi, istrinya harus ia jaga tak boleh banyak fikiran dan pekerjaan. apalagi istrinya hamil anak kembar, di usia kehamilan menginjak bulan ketiga.

" mmm...aku gak apa apa ..." ucap riri sambil mengedipkan matanya.

dengan berat hati, zhi han mengiyakan ajakan pengawal kwang untuk ikut rapat yang sempat beberapa kali ia tunda.

memang perusahaan saat ini berkembang pesat seiring waktu, terlebih banyak proyek baru yang memang seharusnya di urus zhi han sebagai CEO. namun semua ia tunda demi sang istri yang lagi hamil.

setelah mengantar riri di perusahaannya zhi han berbalik arah bersama pengawal kwang menaiki mobil yang sudah di sediakan, karena rapat tak di laksanakan di perusahaan utama melainkan di perusahaan cabang lainnya. sebelum mobil beranjak menjauh dari perusahaan istrinya, tak hentinya zhi han terus memperhatikan kaca spion melihat bayang istrinya yang mulai menjauh memasuki perusahaan. entahlah, fikiran zhi han tak fokus meninggalkan istrinya saat ini, walau ini rapat penting baginya.

*****

Riri melangkahkan kakinya di sebuah perusahaan cabang propertynya, ia menerima kabar dari nona xiou bahwa terjadi kekacauan di bagian keuangan. riri tahu lambat tapi pasti ini akan terjadi.

segera ia mengadakan rapat dadakan yang tentu di hadiri mantan suaminya, rifah. riri tahu ini pasti akan rumit karena temuan dewan pajak tentang laporan keuangan yang pernah tak sinkron dengan kenyataan di lapangan. walau riri sudah berusaha memperbaiki laporannya.

" tuan Rifah, bisa anda jelaskan apa ini,,,bukankah saat itu kau menjabat seorang manager di perusahaan, tak mungkin kau tak tahu kemana uang itu lari, jelaskan pada kami " ucap riri tegas.

rifah yang dilempari pertanyaan tak mengenakkan pun meneguk ludahnya, memang ia pernah menyelewengkan sedikit uang perusahaan untuk membeli sebuah apartemen buat istrinya dina. namun sisanya ia tak mengetahuinya. karena dina yang berperan penuh di bagian keuangan.

" aku tak mengerti kenapa kau menuduhku seperti ini ?" ucap rifah berusaha memasang wajah datar.

" yakin kau tak tahu menahu,,, apa aku yang perlu mencari tahu lebih dalam sebelum polisi datang kemari " ancam riri.

" apa maksud mu.." ucap rifah yang merasa di intimidasi oleh mantan istrinya sendiri.

seketika riri mengeluarkan banyak foto rifah beserta dina dengan beberapa relasi yang bekerjasama dalam penyelewengan keuangan. hingga beberapa proyek kontruksi yang makar dan tertunda sedang uangnya sudah terpenuhi untuk itu lenyap tak bersisa.

" semua laporan keuangan sudah ku serahkan di kepolisian, silahkan kau memberi keterangan kepada mereka nanti, kau dan istrimu harus mempertanggungjawabkannya, jangan sampai aku yang turut bermain di dalamnya, itu akan menyakiti kalian nanti " ancam riri tajam.

rifah mengepalkan tangannya tak mengira mantan istrinya bisa seperti ini kepadanya. setahunya ia wanita yang lembek. namun siapa sangka semua di luar dugaan. seusai rapat tersebut, beberapa anggota polisi sedang menunggunya di luar.

" maaf, bisa kami berbicara berdua saja di ruangan ini" pinta rifah kepada semua yang ada di ruangan rapat.

"No ! " ucap pengawal ali sedikit mencurigai maksud rifah kepada majikannya.

nona xiao hanya memandangi wajah rifah dengan fikiran yang menyelidik. sedang riri hanya menarik nafas panjang.

" baiklah " ucapnya

" tapi non.." ucap pengawal ali terpotong ketika riri mengangkat tangannya menyuruh dia dan pergi dari ruang rapat.

sepeninggal karyawannya rifah memberanikan diri berhadapan di hadapan riri yang diam mematung menunggu kalimat darinya. namun dengan kepalan tangan rifah, ia mendorong dengan kasar riri ke tepi dinding.

" kau... apa yang membuatmu banyak berubah seperti ini padaku " ucap rifah sambil mengunci tangan riri ke belakang ,sedang wajahnya di dekatkan di samping wajah riri.

riri sangat kaget, tak menyangka rifah melakukan hal seperti ini padanya, ia sempat meringis sakit.

" apa kau ingin memenjarakanku.. apa kau tak memikirkan anakku, apa jadinya andai ia tahu ayahnya di masukkan kepenjara oleh ibunya sendiri " ucap rifah dengan mata yang penuh amarah dan kekecewaan.

" anak...anak yang mana kau maksud, anak yang kau buang lebih dari 5 tahun yang lalu.. apa kau tak menyadari hal itu,, " ucap riri menusuk jantung rifah.

" kau tak pantas jadi seorang ayah, bukankah akan lebih memalukan lagi buat anakku kalau ia tahu ayahnya seorang penipu dan tak bertanggungjawab apalagi senang memakan hak orang banyak, Fikirkanlah hal itu rif'ah." ucap riri sedikit serak.

" kau...!! " ucap rifah sambil memukul mukul tembok menyadari apa yang barusan riri katakan adalah benar.

" aku melakukan ini, agar kau sadar mas.. agar kau tak mengulanginya lagi, aku janji di persidangan nanti aku akan mengirimkan pengacara handal untukmu walau kau tetap dihukum, tapi setidaknya hukumannya tak berat, aku memberi kesempatan terakhir untukmu berubah menjadi lelaki yang lebih baik, demi satt..." ucap riri terhenti ketika hendak menyebutkan nama putranya.

" demi siapa riri..jawab!! kenapa sampai saat ini kau tak mau mempertemukan aku dengan putraku..aku juga punya hak yang sama denganmu, taukah kau... aku mati matian mencari kalian malam itu, aku sangat kecewa kau pergi tanpa kalimat apapun padaku... aku merin...dukan...mu dan anak kita, aku tersiksa sangat tersiksa beberapa tahun ini, apalagi dengan kejam kau hanya mengirim pengacara di persidangan itu, tanpa mau bertemu denganku terlebih dahulu "

" sadarlah...itu masa lalu mass... masa lalu yang hanya sesekali aku tengok untuk mengambil pelajaran berharga dalam hidupku, " ucap riri sambil menahan tangis.

" maukah kau mempertemukanku dengan anakku" ucap rifah menahan tangisnya. ia sangat merindukan bayi merah yang pernah ia gendong dulu, walau ia tahu ia sangat menyesal sekali. kehilangan permata hidupnya.

" aku tak berjanji mas, hanya waktu yang menjawab " ucap riri pelan sambil tertunduk lemas menahan pergelangan tangannya yang sakit, namun hatinya lebih sakit lagi. apa yang akan ia ceritakan pada putranya nanti tentang ayahnya. karena suatu saat hal itu pasti akan dipertanyakan putranya, semua tentang ayahnya.

" pergilah mas,, pertanggungjawabkan perbuatan burukmu, selepas itu jadilah lelaki yang baik demi putramu, jadilah lelaki yang berwibawa dan bertanggungjawab nantinya" ucap riri pelan di telinga rifah. hingga rifah melemah dan melepaskan pergelangan tangan riri yang ia kunci ke belakang tubuhnya tadi.

" tok..tok..tok..." suara ketukan terdengar jelas dipintu ruang rapat yang kemudian terbuka dan beberapa orang polisi mendekati rifah dan memborgol tangannya di hadapan riri.

" pak..tunggu...tolong lepas borgol itu, dia lelaki yang baik saya jamin ia tak akan melarikan diri " ucap riri penuh keyakinan karena ada rasa iba dan tak tega pada mantan suaminya diperlakukan seperti itu. hingga membuat para polisi yang memborgol barusan saling berpandangan kemudian melepaskan borgol ditangan rifah. hingga mereka berjalan meninggalkan riri sendirian. namun baru sampai depan pintu, rifah berbalik dan berjalan cepat memeluk mantan istrinya.

"maafkan aku..maafkan aku selama ini,, aku sangat merindukanmu dan putra kita..." ucap rifah sambil meneteskan air matanya memeluk erat tubuh riri. riri hanya bisa pasrah dengan pelukan itu, karena ia tahu rifah lelaki yang baik hanya keadaanlah yang membuat rifah sangat terobsesi pada jabatan dan uang.

di dalam ruangan rapat itu, sekarang hanya tinggal riri dalam kesunyian, ia menangis lirih meratapi semua kejadian yang telah lalu, ia sadar ini memang sudah jalannya, masa lalu hanya sebuah kenangan dan pelajaran saja, masa depannya adalah saat ini esok dan nanti. suami, anak anaknya dan keluarganya serta perusahaannya dan karyawannya.

segera riri hapus airmatanya, ia basuh wajah muramnya barusan dan memanggil pengawal ali untuk mengantarnya kembali ke apartemennya sebelum suaminya pulang karena ini sudah sangat sore sekali.

" goodbye..masa lalu " ucap riri di dalam hati.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C79
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous