Télécharger l’application
0.82% Masa Muda Yang Tak Muda / Chapter 2: Waktu Berjalan

Chapitre 2: Waktu Berjalan

Sampai akhirnya pada satu titik, hal yang paling Kinan dan kakaknya takutkan terjadi, ayah mereka memilih wanita itu dibandingkan istri yang selama ini menemaninya, menjaganya dan merawat anak-anaknya, dan juga anak yang selama ini selalu membanggakan ayahnya, harus menelan pahitnya kenyataan bahwa ayah yang dicintai telah memutuskan untuk menjaga wanita lain, wanita yang entah muncul dari mana tanpa ampun menghancurkan kebahagiaan di rumah mereka.

Tak perlu proses panjang, kinan dan semua kakaknya memilih untuk tinggal bersama ibu dan menempati rumah yang mereka miliki saat ini.

Ayah dengan berkedok muka sedih pergi dari rumah meninggalkan kinan semua kakaknya tanpa penjelasan, dia tetap menganggap semua anaknya adalah anak kecil yang jika sudah dewasa baru akan mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini.

Dalam hening malam ibu memeluk Kinan, bermaksud menghibur kinan karena ayah telah pergi.

Hari itu tidak ada satu tetespun air mata yang jatuh dari mata ibu, Kinan tahu Ibunya mencoba untuk kuat demi kinan dan Kakak-Kakaknya,  dia ingin menunjukan bahwa keputusan yang orangtuanya ambil adalah keputusan yang terbaik untuk mereka semua.

Tiba pada malam saat semuanya sudah sunyi akhirnya air mata itu pecah, ibu tak bisa lagi menahan rasa perih dalam hatinya, rasa sakit yang ia tanggung bahkan tidak akan cukup meski kinan menghiburnya dengan kata-kata manis ataupun pelukan dari tangan mungilnya. 

kinan hanya terdiam mencoba tetap menutup mata sebagai tanda bahwa dia tidur dan tidak mengetahui apa yang terjadi, hatinya ikut menangis.

"aku ingin mengajak ibu untuk berteriak menangis sekencang-kencangnya, aku ingin memberitahu ibu bahwa bukan hanya dia yang sedang bersedih, ibu bisa berbagi kesedihan denganku dan kakak-kakak agar kita bisa melewati ini bersama, sungguh aku bisa merasakan itu, merasakan sakitnya apa yang ibu rasakan", kinan menangis di dalam hati kecilnya.

Dikamar lain, Kiran dan Kayla hanya saling diam, tak terucap satu patah katapun dari mereka berdua, amarah bergejolak dalam hati mereka, keduanya berusaha menahan semua itu karena memikirkan ibu yang pasti sangat sedih.

Kayla berusaha melakukan panggilan telepon kepada Keysa Kakak pertamanya, tapi selalu tidak di angkat. Keysa kuliah di luar kota, pada saat tahu semua masalah ini terjadi dia memutuskan tidak akan pulang sebagai tanda penolakan atas keputusan ayah dan ibu.

Dari awal gelagat perubahan ayah mulai diketahui oleh orang-orang rumah, Keysa adalah yang pertama melakukan perlawanan karena dia anak pertama dan paling dewasa, dia bahkan sempat mendatangi rumah wanita simpanan ayah. 

Tapi semuanya hanya sia-sia, ayah berbalik marah kepada ibu, karena ayah pikir ibu yang memberikan intruksi keysa melakukan hal bodoh itu.

Dari saat itu,  keysa tidak pernah berbicara lagi dengan ayah, bahkan saat libur semesterpun dia memutuskan untuk kerja part time di kota tempat dia kuliah, dia tidak pernah pulang ke rumah untuk berlibur.

"Kiran, bagaimana ini?, Kak Keysa tetap tidak menjawab telepon ku, aku tahu dia benci dengan ayah, tapi dia juga harusnya memikirkan kita dan ibu".

Kiran hanya diam tidak menjawab pertanyaan Kayla.

Tanpa sadar air mata jatuh di mata Kiran, "aku benci ayah, aku benci ibu, aku benci semuanya, aku benci kenapa kita harus mengalah pada wanita itu, ayah milik kita, ayah hanya punya kita, kenapa ibu membiarkan ayah pergi dengan wanita itu dan hanya diam menangis di rumah".

Kiran mulai tidak terkendali, emosinya mulai pecah saat semua terasa terlalu menyesakkan baginya, Ayahnya pergi, ibunya hanya menangis di kamar, dan kakak tertua yang diharapkan membantu tak kunjung mengangkat teleponnya, dia merasa semua badai ini terlalu meniupnya ke dalam jurang yang gelap.

Kayla berusaha meminta Kiran untuk mengecilkan suaranya, kayla takut ibu mendengar semua teriakan Kiran dan hanya akan membuat ibu semakin sedih.

"kau harus diam, kalau kau mau marah kenapa tidak tadi saat di persidangan, ada ayah disana, kenapa kau tidak bilang langsung ke ayah kalau dia ayah terburuk di dunia ini, untuk apa kau menangis di rumah?ayah tidak melihat itu, yang ada hanya ibu disini, dan jika ibu mendengar teriakanmu tadi, dia akan sangat sedih, kau tahu?

Sudah hentikan ocehanmu itu dan coba telepon lagi Kak Keysa sekarang, kita harus meminta dia untuk pulang secepatnya karena kita membutuhkan dia". Kayla mencoba meredam amarah Kiran dengan sekuat hati dan kembali melakukan panggilan untuk keysa.

ibu mana?" suara dari ujung telepon terdengar jelas, keysa menjawab telepon dan langsung menanyakan ibu.

 " Ibu sedang menemani Kinan tidur kak, kamu dimana? cepat pulang, kita butuh kakak disini untuk menenangkan ibu, ibu pasti sangat sedih kak, bahkan kiran terus saja menangis dari tadi, Genta hanya mengurung diri dikamar dari pagi, bahkan dia tidak ikut ke persidangan hari ini, dia sibuk main PS di kamarnya", Kayla menjelaskan situasi di dalam rumah kepada kakaknya agar Keysa mau pulang.

"Kinan? apa Kinan baik-baik saja?".

Keysa cemas dengan keadaan adik kecilnya, adik kecil yang terlalu mengerti dengan keadaan orang-orang dewasa disekitarnya, dia tahu betul adiknya Kinan tumbuh dewasa terlalu cepat, tidak sesuai dengan usianya, bisa dibilang Kinan jauh lebih mengerti perihal ayah ibunya dibandingkan Kiran dan Genta , karena mereka berdua selalu sibuk dengan dunianya sendiri seperti Genta yang selalu main PS dengan teman-temannya tanpa memperhatikan keadaan di rumah, dan Kiran, anak yang tumbuh menjadi remaja dengan semua kehebohannya untuk menjadi gadis cantik, dia hanya perduli dengan penampilannya dan teman-teman sekolahnya.

Kinan paling banyak menghabiskan waktu dengan ibunya, di rumah dia selalu melihat ibunya tersenyum cantik, tapi juga tidak jarang Kinan melihat ibunya menangis karena ulah ayahnya.

Sebab hal-hal kecil seperti itu yang akhirnya lama kelamaan membuat Kinan mengerti situasi ayah dan ibunya, Kinan selalu berusaha menghibur ibu dengan berbagai cara, ibunya selalu tersenyum jika Kinan sudah mengeluarkan kata-kata manisnya seperti ini.

 "Kinan sayang ibu, Kinan akan jaga ibu, ibu tidak perlu menangis, ayah pasti kembali".

Kemudian Kayla menjelaskan keadaan Kinan, bahwa Kinan baik-baik saja.

"Kinan hanya butuh ibu, Kinan tidak mengeluarkan kata-kata apapun hari ini. Kinan hanya memeluk ibu, kakak cepatlah pulang!!!! aku tidak bisa menjaga ibu sendiri dan adik-adik disini", Kayla membujuk kakaknya yang sedang marah di ujung telepon sana.

Tiba-tiba telepon terputus, Keysa mematikan sambungan telepon mendadak, membuat Kayla marah dan membantuk handphonenya ke lantai.

"Dia keras kepala sekali, dia pikir hanya dia yang sedih??? hanya dia yang pusing dengan situasi ini, rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini". 

Kayla mulai sedikit emosi karena dia pikir kakaknya terlalu memikirkan diri sendiri.

Di tempat lain Keysa sedang menuju terminal untuk pulang ke rumah menemui ibu dan adik-adiknya, di jalan dia tidak berhenti menangis membayangkan apa yang terjadi di rumah.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous