Télécharger l’application
0.5% LOVE IN TROUBLE / Chapter 2: PELUKAN

Chapitre 2: PELUKAN

• H A P P Y R E A D I N G •

Sepulang sekolah Kayla langsung menuju parkiran menyusul Gabriel. Padahal ia sudah diperingati oleh cowok itu untuk tidak saling kenal. Apalah daya, Kayla bocah keras kepala. Cewek itu naik dengan gaya bonceng di motor Gabriel sembari memeluk perut cowok itu. Nyaman sekali rasanya, tapi dengan cepat Gabriel memberontak kasar agar tangan Kayla melepas pelukannya.

Gagal, Kayla tetap kekeh.

"Gue bilangin papa mertua loh, lagian gue mau pulang sama siapa Gabriel." rengeknya seraya mengancam, pinterkan.

Gabriel mendengus sabar, percuma marah-marah buang tenaga. Kayla juga nggak ngerti bahasa manusia, anjim banget emang. "Bisa nggak sih, nggak usah meluk. Sesak nafas gue." protes Gabriel kesal,

"Gue longgarin aja, karena meluk saat naik motor itu wajib!" balas Kayla, benar, ia hanya melonggarkan pelukannya.

Menempel banget pula.

"Sakit jiwa ni cewek," cetusnya kesal,

"Karena lo penyebabnya," jawabnya spontan. Kemudian mereka pulang, Gabriel sengaja mengendarai motor dengan ngebut. Tapi ini malah menjadi kesempatan Kayla semakin erat memeluknya. Heeee,

15 menit sampai didepan rumah baru Kayla, jadi mereka tidak tetanggaan lagi. Ya cuma beda kompleks aja. Jarak dari rumah Kayla ke rumah Gabriel kalo jalan kaki paling 30 menit doang. Sebelum Gabriel pergi, ia sempat melirik ke arah Kayla yang rautnya berbeda. Tadi ceria, sekarang malah seperti ketakutan.

Ingin bertanya, tapi nanti Kayla kegeeran jadiiii lebih baik Gabriel pulang. Dengan perasaan tenang karena sudah tidak bertemu dengan Kayla. Kayaknya enggak deh, karena Kayla suka sekali mengajak Gabriel jalan-jalan kalau menolak. Ancamannya ya seperti tadi, dilaporin ke babeh Devano.

Kayla tersenyum ke arah Gabriel yang mengegaskan motornya. Lalu ia melambaikan tangan sembari bilang "Dadah, calon suami..yang gantengnya nggak ngotak!!" pekiknya, kemudian raut cerianya memudar. Ia memasuki rumah itu dengan rasa resah gelisah.

Sepi. Syukurlah, setidaknya Kayla bisa beristirahat karena kelelahan menjalankan Mos hari pertama. Cewek itu menaruh tasnya dengan rapi, kemudian berganti baju dengan pakaian santai.

Ketika ia menuruni tangga, mendapati Aleta yang baru saja datang dengan pakaian Sexy. Membawa beberapa totabeg sepertinya habis berbelanja. Kayla menunduk, melanjutkan pergi ke dapur. Aleta adalah mama nya Kayla, tapi, Aleta bukan bersikap sebagai sosok ibu melainkan seorang penjahatttt. Apaan sih?

****

"Gabriel, jemput aku dong. Kangen sama tante Lisa nih," suara cempreng itu membuat Gabriel malas. Kenapa sih, hadehhh.

Kayla Aurellia Thabita, bukan Kayla Na Angelita. Gabriel masih belum bisa melupakan gadis kecil itu, gadis yang ia lindungi agar tidak melihat saudaranya di siksa. Tapi, dimana anak itu sekarang? Apa dia sudah meninggal? Gabriel masih merasa bersalah. Tapi kini, Kayla Aurellia thabita mengingatkannya dengan Kayla masa kecilnya. Apa mungkin dia?

Tidak, Kayla yang dulu anak kalem dan baik meski bawel. Kalau Kayla tunangannya adalah gadis bar-bar, berisik dan membuatnya sangat risih!

"Hufftt,"

"Gabriel, tadi Mommy dapat telfon dari Kayla, katanya mau kesini. Kamu jemput dia, ya," Lisa menghampiri anaknya yang sedang duduk di balkon kamar.

"Suruh jemput pak anjay aja, Mom."

"Pak anjay, lagi jemput Kaella, sayang."

"Iya." balasnya, kemudian mengambil kunci motor ninja hitam kesayangannya. Ia bergegas pergi menjemput tunangannya. Memang seperti itu, Kayla sering berkunjung kerumahnya. Alasannya kangen sama mama mertua.

10 menit Gabriel sampai di komplek rumah elit dan megah. Hari ini lumayan panas, ia menunggu Kayla keluar sembari duduk ditempat teduh. Kalau masuk kedalam rumah Gabriel malas bertemu dengan Aleta. Calon mertuanya terlalu berlebihan dengannya. Gabriel bahkan mengira Aleta gila harta makanya sengaja menyuruh Kayla menjebaknya. Heee.

5 menit menunggu, Kayla keluar sembari membawa tas kecil. Sepertinya Kayla akan menginap, Gabriel mendengus gelisah kapanlah cewek itu bisa menjauh darinya. Kayla berdiri dihadapannya sembari cengar-cengir tidak jelas. "Hayuk, berangkat. Maaf lama, soalnya harus bantu mama dulu tadi. Kenapa kamu nggak masuk?"

"Panas," singkatnya tanpa menoleh ke arah Kayla. Cowok itu sibuk dengan ponselnya,

"Yaelah, panassan juga di sini."

Gabriel memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian menuju kembali kerumahnya."Cepetan, panas," ajaknya, Kayla semringah mendengarnya, seperti biasa pelukan erat di pinggang membuat Gabriel kesal.

"Sampe kapan begini terus," lirihnya,

Gabriel tidak sengaja melihat punggung tangan Kayla seperti memar. Tapi, memang memar. Ingin bertanya namun egonya menguasai diri Gabriel. Paling juga dia jatuh, orang pecicilan kayak dia mah nggak heran lagi. Ia melanjutkan menyetir dengan kecepatan penuh. Kayla seakan terbang dibuatnya. "Gabriel kalo gue jatuh gimana? Pelan dikit napa,"

"Berisik, mending lo diem!" jawabnya cetus.

Kayla diam, tidak ingin kalau Gabriel marah-marah saat naik motor. Yang ada nyawa jadi taruhannya. Emang somplak ini cowok, untung ganteng.

****

"Selamat siang, pak Anjay lagi santai yah."

"Iya non, baru pulang hehe."

Kayla kalau bertemu dengan pak anjay, bawaannya pengen ngakak. Kurang ajar banget cewek itu, nama kok ANJAY. Kayla memasuki rumah mewah bercat putih dilapisi emas-emas dan berlian. Holkay banget ya Tuhan.

"Kayla, sudah makan belum?" tanya Lisya, Kayla menghampiri wanita itu yang sedang duduk memandangnya. Kemudian tanpa sungkan, Kayla memeluk Lisya dengan erat. Ia merasakan betapa bahagianya berada di pelukan seorang ibu.

"Tante, Kayla tadi mau makan nggak sempet. Soalnya sibuk, jadinya mau makan disini aja." jawabnya, lalu menenggelamkan wajahnya di leher mertuanya. Gadis itu ingin meluapkan sesuatu tapi ini bukan waktunya.

"Harusnya kamu pulang sekolah langsung makan, jangan ditunda-tunda. Nanti sakit, loh." ujarnya sembari mengelus rambut lurus gadis itu, Lisya menyayangi Kayla sebagai anaknya sendiri. Calon mertua penyayang.

"Kayla pengen peluk tante, yang lamaaaa banget."Lisya mengerti, kalau selama ini cewek itu sering dimarahi oleh Aleta. Ibunya sendiri, jadi hubungan mereka renggang. Kayla tidak berani mendekati Aleta lagi, ya memang semenjak ia lahir Kayla tidak diterima dengan baik oleh Aleta. Hanya sang papa yang menyayangi Kayla dengan tulus, tapi papanya sedang sibuk di luar kota. Kayla memilih menginap dirumah Gabriel.

"Tangan kamu, tante obatin ya," ujarnya setelah Kayla melerai pelukan yang cukup lama.

"Nggak usah tante, tadi udah kayla obatin sendiri. Oh iya, Kaella kemana? Tumben nggak teriak-teriak." Kayla mencari sang adik ipar yang biasanya menjadi temannya di sini. Mereka berdua sangat cocok, sama-sama suka mengusik Gabriel.

"Dia tadi kecapek'an, abis makan langsung tidur."

"Hem, pantes aja sepi hehe."

"Kamu ajak Gabriel makan gih, dari tadi dia belum makan."

"Yang ada, Kayla di kunciin di kamar mandi, tante."

"Pelan-pelan aja bujuknya, pasti mau."

Kayla menuruti perkataan Lisya, gadis itu pun bergegas menuju kamar atas. Pintu tidak dikunci, Kayla langsung masuk saja tanpa mengetuk. Cowok itu sedang tidur terlentang tanpa memakai kaos. Hanya memakai celana pendek, bukan boxer.

Kayla sengaja membaringkan tubuhnya di samping cowok kekar itu. Sepasang mata sayupnya memandangi wajah Gabriel yang sangat tampan ingin mengelus pipi mulusnya namun Kayla tidak berani. Karena akan mengganggu Gabriel, menatapnya saja sudah puas. Kayla tahu kalau Gabriel tidak menyukainya tapi ia akan berusaha membuat cowok itu melunak. Kenapa? Mungkin sudah takdir kali ya.

"Gue tau kok, lo nggak nyaman di samping gue selama ini. Tapi, gue akan berusaha membuat lo jatuh cinta. Dan bisa bangkit dari keterpurukan lo. " ujarnya berjanji, tidak tahu persis apa penyebab Gabriel sering mengurung diri serta melamun. Kata Lisya memang anak itu pernah memiliki masa-masa tragis saat diculik. Kayla mendengarnya tertegun, entah mengapa saat Lisya mengatakan itu kepalanya langsung berdenyut nyeri.

Tidak mau mengingatnya, Kayla memencet hidung Gabriel akan terbangun. Iseng, sudah pasti karena niatnya memang membangunkan Gabriel untuk makan siang. Cowok itu membuka matanya, rautnya kembali menjadi tatapan tajam. Rahang Gabriel mulai mengeras, kedua tangannya menahan pergelangan Kayla. Gadis itu malah tertindih dan dipergerakannya di kunci oleh Gabriel.

Kayla meringis nyengir,"Lo harus makan siang dulu, makanya gue bangunin lo,"

"Nggak sopan masuk kamar cowok, apalagi lagi tidur!" betapa ganasnya tatapan Gabriel, tapi sama sekali tidak mempengaruhi Kayla. Gadis itu malah menjulurkan lidahnya mengejek.

"Terus ngapain posisinya begini, lo mau nerkam gua? Kuy aja, lo kan tunangan gue." tantang Kayla tanpa rasa takut sedikitpun, posisinya di bawah Gabriel, cowok itu langsung tertegun marah.

"Keluar atau gue bakal ngelakuin sesuatu ke lo!" tegasnya, namun tidak sedikitpun Gabriel melepaskan perkunciannya.

"Kita keluar bareng, mau?"

Keduanya saling bertatapan seakan dunia milik sendiri, Gabriel merasa goyah melihat penampilan Kayla saat ini. Bukan hanya itu, Gadis berpawakan elegan serta mata lentiknya membuat cowok itu teringat Kayla masa kecil. Cantik, "Kayla...."lirihnya,

"Eum?" respon gadis itu membalakkan matanya saat bibir Gabriel semakin mendekat. Semakin dekat, tanpa sadar Gabriel menyumpal bibir ranum itu. Katanya nggak suka tapi kok ciuman? Ketika Kayla melenguh desah karena terbawa suasana. Pagutan itu menjadi sebuah ciuman dalam.

To be countinued❤


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous