Randika menggelengkan kepalanya. "Jangan khawatir. Jika mereka mati, mereka tidak pantas bekerja di bawah perintahku."
Sesudahnya Randika berkata seperti itu, tiba-tiba, satu per satu ruangan terdengar jeritan tragis. Dapat terdengar bahwa teriakan itu terbatas pada meminta tolong ataupun memohon ampun atas nyawa mereka.
"Ran, suara apa itu!" Deviana yang cemas itu segera menggenggam baju Randika dan menarik-nariknya. Dia akhirnya sudah tidak tahan lagi dan menyuruh anak buahnya untuk bersiap menerobos masuk. "Bersiap untuk masuk!"
"Sudah santai saja, tunggu 5 menit lagi." Randika menghentikan Deviana. "Kamu boleh memukulku jika aku berbohong."
"Ran, ini bukan masalah kecil." Deviana merasa jengkel dengan Randika yang terus terlihat tenang itu. Bagaimanapun juga, kasus ini sendiri cukup besar dan bisa mempengaruhi kariernya.
"Sudah tidak usah khawatir, orang-orang yang masuk itu orang-orangku." Randika tersenyum kecil. Suasana hatinya yang jenuh itu kembali membaik sedikit.