Randika masuk dan melakukan check in, dan para pasukannya itu meninggalkan bandara.
Meskipun dengan perasaan sedih, Yuna dan yang lain harus merelakan kepergian Randika dan fokus pada pekerjaan mereka. Meskipun Bulan Kegelapan bukanlah ancaman lagi, mereka tidak boleh lengah dan harus menumpas si pengkhianat itu untuk selamanya.
Karena berbagai kejadian di Tokyo ini melelahkan jiwa dan raganya, Randika ingin tidur dengan tenang di pesawat jadi dia memilih duduk di dekat jendela. Ketika dia hendak memasukan barangnya ke bagasi atas, suara perempuan terkejut terdengar di depannya.
Randika menoleh dan melihat senyuman lebar tertuju padanya. "Benar-benar sebuah kebetulan."
Perempuan itu adalah Serena yang sebelumnya menggoda dirinya di pesawat menuju ke Jepang. Benar-benar sebuah kebetulan bisa bertemu dengannya lagi dan terlebih mereka duduk bersampingan! Sejujurnya, Randika sendiri sudah lupa dengan sosok bule satu ini.