Télécharger l’application
17.14% Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 18: Terbentuknya Trajutrisna Bag.VI

Chapitre 18: Terbentuknya Trajutrisna Bag.VI

Pagi itu Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para Pekerja bangunan Istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi Pembangunan Istana Trajutrisna akan rampung. Raden Sitija dan Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Mahasenopati Prabakesha, Ditya Pancatyana,Ditya Anchakagra,Ditya Yayahgriwa,Ditya Maudara tak ketinggalan Ditya Amisundha.

"Sebentar lagi Pembangunan Istana Trajutrisna akan selesai, Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija kepada Sang Ayahanda.

Sang Ayahandapun tersenyum sambil menepuk bahu Sang Putra.

"Padahal,Waktunya lebih cepat dari yang diperkirakan."Jawab Mahasenopati Prabakesha.

"Ini masih hari ke enam puluh.Kita beruntung punya Saudara -saudara yang membantu Kita..."

Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka.

"Ada apa, Adi...?"Tanya Raden Sitija Kepada Sang Adik Sepupu.

"Kakang…,Menurut Teliksandi Jangkarbumi.Dalam jangka enam hari.Kita akan mendapatkan serangan balasan dari Pasukan Prajatista dan Surateleng Bersama sisa sisa Pasukan Giyantipura. Mereka akan menyerang Trajutrisna.Karena Kita masih mempunyai dua tawanan.Mahasenopati Kismaka dan Dewi Hyangyanawati.Pikir mereka...!"

"Apakah Mereka merasa Kita menawan Mahasenopati Kismaka dan Dinda Hyangyanawati...?,Kismaka saja yang merasa menjadi Tawanan.Padahal Kita sudah berusaha baik Kepadanya.Lihat perlakuan Mereka pada paman Pancatyana.Sedangkan Kau sendiri yang menolongnya kan...?"Tanya Raden Sitija Kembali kepada Sang Adik Sepupu.

"Kalau Itu mau Mereka.Kita akan berada di barisan paling depan.Besok siang kumpulkan,Adi Antareja, Antasena, Wisanggeni,Wisangkhanta, Srenggini dan Kamu juga harus ikut.Kita akan bahas masalah ini."Jelas Raden Sitija.

"Baik,Kakang..."kata Raden Guritno memghormat lalu berlalu.

"Apa sebaiknya Kita juga menunggu Pamanmu Para Pandawa beserta Putra putranya.Eyangmu Matsyapati dan Anak -anaknya.Beserta Uwak Kakrasanamu dan Kakang-kakangmu juga.Ngger…?"Tanya Sang Ayahanda Kepada Putranya.

"Sendiko Dawuh,Kanjeng rama.Apakah.Kanjeng Rama mau ikut juga besok?"

Sang Narendra hanya mengangguk dan tersenyum lalu kembali menepuk -nepuk pundak Sang Putra.

"Paman Prabakesha, Paman Pancatyana termasuk Paman anchakagra,Paman Maudara,Paman Yayahgriwa dan Paman Amisundha.Hamba juga mengharap kehadiran Paman sekalian berenam...!"Kata Raden Sitija Kepada Keenam Paman Dityanya.

"Baiklah, Ngger..."kata Ditya Pancatyana mewakili Mereka berenam.

Sembari menghormat diikuti oleh Kelima rekannya. Lalu Mereka melanjutkan langkah kaki Mereka menuju ke dalam Istana.

..........

Keesokan harinya para Ksatria dari berbagai penjuru.Berbagai Kerajaan yang masih bersekutu dengan Kerajaan Dwarawati dan Mandura berkumpul di balairung istana Trajutrisna.

"Ma'afkan kelancangan Hamba mengundang para Paman,Para Uwak,Para Kakang dan Para Adi.Untuk menghadiri acara pertemuan ini "kata Raden Sitija seraya menyatukan kedua Telapak tangannya menghormat pada para Tamu.

Hormat Raden Sitija seraya dibalas oleh Mereka semua.

"Berhubungan dengan Dua Sosok Raja yang meresahkan semua Kerajaan.Yang Paman,Kakang. dan Adi semua pimpin. Sosok Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara.Kabar terakhir dari teliksandi Jangkarbumi mengatakan.Bahwa Mereka akan melakukan serangan balasan.Terkait Penyerangan yang telah sebagian dari Kita lakukan.Di Wilayah Perbatasan selatan Goa Diluman dan Kerajaan Giyantipura, Beberapa hari yang lalu.Serangan Yang Akhirnya menewaskan Prabu KrentangYana dan banyak Korban…"Ujar Raden Sitija.

Lalu semuanya pun ricuh,Kemudian Sang Narendra Dwarawati pun mencoba menenangkan.Sang Narendra Dwarawati Meminta Mereka Tenang dengan mengangkat Telapak Tangannya.

"Apa yang bisa Kita lakukan untuk menghadang Pasukan Prajatista dan Durateleng yang sekarang.Mereka bukan Pasukan dari kalangan Manusia,Ngger.Hampir berjuta -juta Pasukan Mereka adalah Bangsa Raksasa..."kata Prabu Matsyapati.

"Hamba tahu, Eyang.Tapi Kita juga mempunyai sekutu dari Pringgondani,Jangkarbumi,Kisiknarmada dan Daksinageni.Belum lagi Pasukan dari Prabu Arimbaji..."Jelas Raden Sitija Kepada Mereka Semua.

"Apakah masih ada Pasukan Legenda seperti itu.Yang mau bergabung dengan Kita, Ngger?,Mereka Dikabarkan sudah Binasa dari Muka bumi.Terkait Cerita Pembantaian di arah Goasiluman.Itupun konon kabarnya terkena tipu muslihat Sang Prabu Bomabomantara..."kata Raden Udara.

Raden Sitija hanya tersenyum lalu menunjuk dengan melapangkan semua jari Di telapak tangan kanannya kearah belakang.Tampak keempat Raksasa Berjenis Ditya disamping Mahasenopati Prabakesha dan Mahasenopati Pancatyana.

"Lihat itu...?,Uwak Udara, Mereka berempat adalah bagian dari Pasukan yang Uwak bilang tadi. Mereka adalah Mahasenopati Anchakagra,Mahasenopati Yayahgriwa,Mahasenopati Maudara dan Mahasenopati Amisundha.Bekas Mahasenopati Kerajaan Pringgondani.Yang kemudian mengabdi pada Sang Prabu Arimbaji."Jelas Raden Sitija Kembali.

Kemudian Para hadirin pun menoleh kebelakang. Dimana arah yang ditunjukkan oleh Raden Sitija.Keempat Patih Raksasa Ditya itupun menghormat pada semua yang ada disitu.

"Sekarang Kita mempunyai pasukan lebih dari delapan puluh Aksohini,Dari berbagai Kerajaan.Hamba meminta agar Tiga puluh Aksohini dari Dwarawati,Mandura,Wirata mengisi benteng dan bertahan di Trajutrisna.Sedangkan Empat lainnya berada di garis depan bersama Hamba,Adi Guritno, Paman Pancatyana, Paman Prabakesha beserta empat Paman Mahasenopati.Paman Berenam memimpin Pasukan Prabu Arimbaji dan Pasukan Pringgondani.Pasukan Kisiknarmada, Kangkarbumi, Daksinageni sebagai Pasukan pengepung dari tiga penjuru.Sisi sebelah Timur akan diisi oleh Pasukan Jangkarbumi.Sisi Barat Diisi Oleh Pasukan Kisiknarmada.Untuk Arah Selatan atau arah belakang adalah Pasukan Daksinageni.Kita mengandalkan Para pengendara Naga Terbang milik Daksinageni.Untuk membuat Ruang serangan Pasukan Prajathista Dan Surateleng menyempit. "Jelas Raden Sitija.

Para Hadirin yang berada disitu akhirnya mengangguk.

"Jika diantara Para Uwak,Paman-paman, Kakang-Kakang atau Adi ada pertanyaan,Hamba.Persilakan?"

"Rencana yang sangat matang.Bagus sekali, Ngger..."kata Prabu Baladewa sambil bersedekap dan memegang dagunya sembari mengangguk -anggukkan kepalanya.

"Selanjutnya untuk dari segi pertahanan.Mungkin Kanjeng Rama dan Uwak Baladewa yang akan berbicara..."Ungkap Raden Sitija.

"Begini dalam Tiga hari ini, Kita akan membuat jebakan. Jika pasukan Prajatista dan Surateleng bisa melewati Pasukan penyerang Kita.Seperti biasa Aku memilih Adi Werkudara akan memimpin pasukan Gajah.Sedangkan Pasukan Kereta perang akan dipimpin oleh Adi Narayana, Pasukan Pemanah akan dipimpin oleh Adi Janaka.Sedangkan Pasukan Tombak dan Pedang,Biar Aku yang mengendalikannya.Jika semuanya Paham atau jika ada pertanyaan.Aku persilahkan...?!"Jelas Prabu Baladewa.

Semua Ksatria yang hadir disitu pun menggelengkan kepalanya pelan.

"Baiklah jika Kita semua paham.Hamba persilahkan Para Ksatria untuk bersantap siang sebelum beristirahat.Hamba mohon ma'af bila besok adalah. Hari yang berat buat Kita semua. . "kata Sang Narendra. Sang Narendra mempersilakan undangannya untuk beranjak menuju ruangan yang lain.

...........

Para Pasukan dari Garda depan dan belakang bersiap membangun jebakan.Guna menahan serangan yang akan dilakukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara.Banyak diantara Mereka membangun dan membuat meriam pelontar, mengumpulkan getah tar untuk dijadikan obor, meruncingkan kayu guna dibuat pagar untuk menghalangi Pasukan berkuda.

"Besok lusa adalah hari penentuannya, Adi Guritno.Apakah Kau kemarin membawa serta Wildata,Adi…?"kata Raden Sitija pada Raden Guritno.

Raden Sitija Tak Lupa Membawa Camilan Kesukaannya, Yaitu Singkong Bakar.Beserta Air Putih Satu Kendil.

"Iya Kakang.Ada apa...?"

"Aku punya ide,Bagaimana kalau Kita mengajak juga Adi Wilugangga atau Adi Prabhakusuma.Untuk bergabung bersama Kita di garis depan.Kita Pinjamkan Wildata dan Wilmuna pada Mereka.Bukankah Mereka juga punya senjata yang bernama Busur Pasupati, Busur jika dilepaskan bisa menjadi banyak sesuai keinginan Mereka..."Pinta Raden Sitija kepada Adik Sepupunya.

"Bagus juga.Aku lebih memilih Adi Prabakusuma, Kakang.Dia pemanah terbaik menurutku."Jelas Raden Guritno.

"Ada sebuah cerita dari Istrinya sendiri, Dinda Dewi Mustakaweni.Dua atau tiga tahun yang lalu Dinda Dewi Mustakaweni berhasil mencuri Jamus Kalimasada milik Uwak Puntadewa.Dinda Mustakaweni menyamar menjadi Aku. Ketika masuk kearah Amarta dan berhasil mencurinya.Tapi tidak semudah yang Dinda Mustakaweni kira.Dinda Mustakaweni malah kepergok oleh Kanjeng Bibi Srikandi. Ketika Dinda Mustakaweni dikejar oleh Bibi. Ehhh…Malah Adi Prabakusuma menghalangi.Sembari bertanya pengen ketemu Kanjeng Bibi sama Paman Janaka.Akhirnya Kanjeng Bibi bilang 'Nanti saja …,Ngger.Kangen -kangenannya.Itu kejar Kakang mu Dia membawa lari Pusaka Uwakmu Raden Puntadewa'.Tanpa pikir panjang Adi Prabakusuma pun mengejar menggunakan Ajian Saepi Angin. Ternyata Gatotkaca palsu tidak bisa terbang seperti Aku.Hha…Hha…Ha…,Haaeepppbb "Tiba -tiba pas mulutnya Raden Guritno menganga.Raden Sitija Segera Menyuapi makanan Kepada Raden Guritno.

"MMMaaaee...Dilaonjotkan...piiidak.COOORITAnya...?"Kata Raden Guritno ngomong dengan mulut penuh makanan.

"Ditelan dulu yang enak,Toh …?, Terus minum baru dilanjutkan... "kata Raden Sitija sambil memberi kendil berisi air.

Raden Guritnopun segera menenggak air dikendil itu sembari menepuk -nepuk pelan dadanya. Terus Raden Guritno menghembuskan nafas panjang.

"Enak,Adi...?"tanya Raden Sitija Kepada Sang Adik Sepupu.

"KURANG ADDDARRRR…,MEMANG BADHINGAN SIDIDA..."Setiap mulut Raden Guritno menganga terus disuapi sama Raden Sitija.

Alhasil Raden Guritno tiap ngomong selalu minum air. Kontan semua yang melihat tertawa terpingkal -pingkal terutama Mahasenopati Prabakesha,Ditya Pancatyana dan keempat Patih Prabu Arimbaji.


next chapter
Load failed, please RETRY

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C18
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous