Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka.Baru kali ini mereka Berdua yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun.Seluruh Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya beringas seakan tidak memiliki daya.Ketika dibantai oleh Pasukan lawannya. Pasukan Prajatista yang biasanya membantai kini seolah Memiliki Keadaan terbalik.
Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng.Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah Mereka lakukan.Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa Denawa dan Manusia disana. Sementara pasukan lawannya seolah -olah tidak mau memberikan kesempatan pada satu manusia ataupun Raksasa Prajatista dan Surateleng.Guna untuk menghirup nafas leganya udara. Pasukan yang dipimpin oleh Raden Sitija dan Raden Wisanggeni seperti menebarkan ketakutan dan kengerian Neraka diatas Tunggurana.
Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara semakin geram melihat ulah Pasukan lawan. Mereka berusaha membantu anak buahnya tapi sangat sia -sia.Sampai akhirnya seluruh pasukannya habis tanpa sisa dan tinggal mereka berdua saja.Mahasenopati, Hulubalang dan semua pasukannya tumbang menjadi tumpukan mayat berserakan.
"KALIAANNN…,SIAPA SEBENARNYA...!?"Teriak Sang Prabu Narakasura Sambil menuding kearah Raden Wisanggeni Dan Para Sepupunya.
Dengan Mata Merah penuh Amarah Sang Prabu Menatap Tajam Kepada Mereka.
"Kami adalah makhluk yang diutus Para Dewa. Untuk menghakimi perilakumu dan semua pasukanmu yang cabul dan bejat. HEIIII...,NARAKASURA DAN BHOMABOMANTARA...!"Seru Raden Sitija yang maju diantara semua saudara sepupunya.
"SIAPA LAGI, KAU.BOCAHHH TENGIKK...!!"sahut Prabu Bhomabomantara Kepada Raden Sitija Sambil Menudingkan Jari Telunjuknya Kepada Muka Raden Sitija.
"KAKANG...,PENUHI TAKDIRMU BUNUH MEREKA BERDUA...!"kata suara Raden Wisanggeni kembali menggelegar.
Raden Sitija langsung menyerang kedua Raja dengan menusukkan ujung tombak yang diberikan Prabu Baladewa. Tombak yang juga dibuat memenggal kepala para Raksasa pasukan Prabu Narakasura.Tapi Diluar Dugaan Raden Sitija.Prabu Narakasura dapat menangkap serangan tombak Raden Sitija kemudian mematahkannya.Kemudian terdengar bunyi ledakan yang membuat tubuh Raden Sitija terseret kebelakang.Raden Sitija dengan berusaha menahan tubuhnya dengan patahan tombak.Agar Tubuhnya tidak jatuh terpelanting.
"Boleh juga kau…,BOCAH...TERIMMAAA…INNIIII..!!"kata Prabu Bhomabomantara terbang kemudian merangkul tubuh Raden Sitija.
Prabu Bhomabomantara membawa tubuh Raden Sitija Terbang Melesat kearah angkasa.Setelah Sampai Diatas Sang Prabu Kemudian Mencekik Leher Raden Sitija. Dan Sang Prabu memukul dadanya.Kembali suara ledakan terjadi kali ini Tubuh Raden Sitija terpental sangat jauh. Tubuh Raden Sitija Amblas hingga masuk kekedalaman tanah.Dan Tubuh Raden Sitija terkubur di Kedalaman Tanah.
"Heiii...,Kakang.Cepat Bangunlah...!"terdengar suara yang tak asing ditelinga Raden Sitija.Raden Sitija Merasa Ada Yang Menampar berkali -kali Kedua Pipinya Dengan Pelan.
"Itukah Kau, Adi Antasena..."kata Raden Sitija yang tiba -tiba berada disuatu tempat.
Yang Raden Sitija sendiri merasa sangat asing. Di Sebelahnya telah berdiri Raden Antasena dengan tersenyum.
"Apa yang terjadi Padaku,Dimana ini.Apa Aku sudah mati...?"tanya Raden Sitija bertanya pada Raden Antasena.
"Hha...Hha...Hha...,Siapa yang bilang Kamu mati,Kakang.Kamu itu Lucu,Bukankah Kamu sudah diberi Umur sepanjang Umur bumi.Hha…Hha…Hha...."Jawab Raden Antasena tertawa Terpingkal-pingkal kepada Kakak Sepupunya.
"Lalu…,Kenapa Aku ada disini...?"
"Aku yang membawamu kesini,Kakang."
"Apa yang terjadi dengan kedua tangan dan badanku. Kenapa ada sisik seperti Ular...Dan Kuku-kukuku...,Kenapa menjadi sangat tajam.Ada apa lagi ini, Adi...?!"tanya Raden Sitija Keheranan melihat bentuk Tubuhnya sendiri.
"Aku akan memberi tahumu,Kakang.Ketika Kau dimasukkan ke arah Candradimuka(Matahari). Eyang Narada memberikan padamu baju Nappakawaca.Baju itu tidak akan bisa Kamu lepas,Layaknya seperti pakaian para Manusia.Baju yang akan terpasang ketika tubuhmu terkena serangan serangan ajian berkekuatan tinggi.Kau akan terlindungi oleh baju itu.Baju yang bisa meresap ke seluruh kulit pori -pori tubuh dan aliran Darahmu.Lihatlah, Kau akan bisa menggunakan kekuatan menyelam di air dan tanah seperti terbang.Serta juga bisa melihat Menggunakan Semua Panca inderamu dari Kedalaman tanah Bahkan Di Tempat Gelap Sekalipun. Kau juga bisa bernafas di dalam Air,Tanah Bahkan juga di Hampa Udara dengan baju itu.Kau Bisa Terbang Ke Atas Langit Melesat Laksana Kilat Juga Dengan Baju Itu …! "kata Raden Antasena Sambil melapangkan Telapak tangan Kanannya.
Seketika seperti terlihat cermin dihadapan Raden Sitija.Raden Sitija kaget melihat penampakan Penampilannya.Kedua matanya berubah seperti mata seekor Ular.Dan kedua gigi taringnya memanjang,Kulit tubuhnya dipenuhi sisik berwarna hijau kebiru -biruan.Dan didadanya terdapat lambang Bintang Kejora Seperti Matahari.
"Gunakan baju itu untuk membunuh Prabu Bhomabomantara,Kakang.Karena waktu yang Kau perlukan tidak lama.Seret Dia dari dalam tanah menuju kearah halaman Kerajaannya Di Surateleng.Dimana Letak kelemahannya ada disana.Aku akan memandumu,Kakang…!"Kata Raden Antasena.Raden Sitija mengangguk kepada Sang Adik Sepupunya.
...
Raden Sitija tersadar tubuhnya masih di dalam tanah. Raden Sitija Segera menyelam kearah atas Permukaan Tanah. Dan melihat Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura tertawa. Karena Mereka Mungkin merasa telah membunuhnya.Lalu dengan kecepatan tinggi Raden Sitija meraih Pergelangan Kedua kaki Prabu Bhomabomantara.Pergelangan Kaki Sang Prabu ditariknya Hingga Ikut Terbenam ke dalam tanah Bersamanya.
"APA...INI,ADI NARAKASURA.TOLONG...AKKUUU...!"kata Prabu Bhomabomantara Melambaikan tangannya kearah Prabu Narakasura.
Prabu Narakasura pun Terkejut Sekaligus Terperanjat. Dengan Menggunakan Tenaga Dalamnya Sang Prabu berusaha meraih tangan Kakaknya.
"KAKAANGNG BHOMA,PEGANG TANGANKUUUU...!!"Kata Prabu Narakasura berusaha sekuat tenaga memegang tangan Kakaknya.
Tapi seperti ada kekuatan yang sangat besar menyeret tubuh Sang Kakak.Sehingga Sang Prabu tidak bisa melampauinya.Sampai akhirnya Sang Prabu melepaskan pukulan jarak jauh kearah tanah.Tapi Sang Kakak lama -lama Tetap tenggelam di dalam tanah.Prabu Narakasura yang putus asa seperti kesetanan.Sang Prabu berusaha Kembali melepaskan pukulan -pukulan jarak jauhnya kearah tanah.Sambil berteriak -teriak seperti Orang kesurupan. Sampai akhirnya Sang Prabu lelah dan terduduk lesu sambil menggeram.
.....
Kerajaan Surateleng memasuki menjelang senja sangat megah dan indah,Bekas kerajaan Prabu Arimbaji. Di halaman Istana Surateleng terdapat banyak sekali pohon -pohon rindang yang terlihat asri dan menyejukkan,Jika dipandang mata. Walaupun berbeda dengan kondisi Luar Kerajaan yang kumuh. Banyak Takyat dari kalangan Manusia Hidup miskin. Mereka kelaparan dan Mengemis Di Jalan jalan. Karena Oleh Sang Raja dipaksa membayar upeti tinggi.
Raden Sitija keluar dari dalam tanah di halaman kerajaan Surateleng. Sambil menyeret tubuh Prabu Bomabomantara yang lemas tak berdaya. Tubuh Prabu Bomabomantara Penuh dengan luka dan pakaian yang dikenakannya pun compang -camping penuh dengan tanah.
"APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADAKU...,BOCAH BANGSAT.UHUK...UHHUK...UHUKKK...!"Tanya Prabu Bomabomantara.
Sang Prabu Batuk seraya memuntahkan darah bercampur debu dan tanah dari mulutnya.Tiba -tiba Raden Sitija yang masih memakai Nappakawaca menoleh kepadanya melepaskan genggaman tangannya dari kaki Bomabomantara. lalu mendekatinya. dan memangku tubuh Prabu Bomabomantara yang kesakitan.
dan
"CRASSHHH...!!"
darah muncrat seperti air mancur keluar dari perut Prabu Bomabomantara.Raden Sitija memandangnya seperti sosok hewan yang kelaparan.Raden Sitija Membelah Dada Hingga Kearah Perut Sang Prabu. Kemudian menarik usus halus Sang Prabu secara perlahan.
"AAARRGGHH...BANGSAT KAUUUU...,EEERRGHH...!!"kata Prabu Bomabomantara sambil Meringis Menahan Sakit Tak Terkira.
Sang Prabu Mengerang Kesakitan Sambil memegang lengan Raden Sitija.Lalu Kedua Mata, Hidung,Lubang Telinga Dari Dalam Mulutnya mengeluarkan darah Bercucuran. Isi Perut Sang Prabu Terburai Keluar dari Tubuhnya.Raden Sitija mengalungkan usus dua belas jari di lehernya. Perlahan -lahan Raden Sitija terus mengoyak dada Sang Prabu dengan kuku -kuku tajamnya.Dan dengan terus mengeluarkan isi dalam tubuh Prabu Bomabomantara. Tubuh Prabu Bomabomantara mengejang-ngejang meregang nyawa.Akhirnya Prabu Bhomabomantarapun mati dalam keadaan yang menyedihkan.Tiba-tiba tubuh dan darah Sang Prabu menguap dan berubah
menjadi cahaya. Lalu cahaya itu masuk kedalam tangan kirinya.Raden Sitijapun berdiri menatap langit lalu kembali tenggelam di dalam tanah.