Bagian Tujuhbelas
Herman berpikir mobil Datsun berwarna merah milik Heri tidak bisa dibanggakan bila dibawa untuk urusan pendekatan dengan wanita,bila Heri memaksakan kehendak menggunakan mobil Datsun itu harus siap mental.Wanita di Jakarta,seperti bidan Nani melihat lelaki dari penampilan saja,jarang melihat kepada niat baik dari seorang lelaki yang ingin intim.Karena khawatir rencana Heri mendekati bidan Nani tidak berjalan mulus maka Herman menyarankan Heri agar memakai mobil inventaris kantor saja," Simpan saja mobil Datsun kamu di rumah,mobil inventaris Saya boleh kamu pakai pergi ke rumah bidan Nani," sebuah saran dilontarkan Herman.Tapi Heri tidak mau menerima saran itu,ia tertawa membuat Herman geleng-geleng kepala.
Kata Heri,ia menggandrungi bidan Nani dengan segala kesiapan.Siap mental dan perasaan.Bila bidan Nani yang cantiknya mirip Anna Turk itu menolak karena mobil Datsun yang dimiliki Heri,ini hal biasa wanita sering melihat lelaki dari penampilan.Seandainya melihat kenyataan bidan Nani banyak kenal dengan lelaki juga itu hal yang lumrah.Heri siap untuk tidak sakit hati,karena menyadari betul bahwa wanita belum menikah merasa diri bebas mengenal dengan pria siapa saja.Dalam beberapa menit bicara dengan Herman sempat Heri berpikir bahwa melihat genitnya bidan Nani ia yakin memiliki pengalaman yang sama dialami,menjadi korban dusta dari pasangan.
Dengan sebuah harapan yang begitu besar Heri kemudian mengemudikan mobil Datsun merah menuju rumah bidan Nani di daerah Pademangan.Letak rumah bidan Nani mudah dicari,selain itu nama Nani sudah kondang .Ketua RW dan RT sampai Linmas sangat hafal benar janda beranak satu itu cantik mirip Anna Turk.
Mobil Datsun Heri berhenti di jalan depan rumah bidan Nani,beberapa orang tetangga yang tak pernah bosan mengamati bidan Nani mentertawakan mobil Datsun milik Heri.Samar-samar orang-orang itu di pos ronda bergunjing."Yang pake mobil BMW saja cuma dua kali datang terus kagak datang lagi,itu orang nekad banget datang pake Datsun tua ngapelin si Nani ".Terdengar ada yang tertawa.Heri menguat-nguatkan mental,turun dari mobil melangkah masuk beranda rumah,mengucapkan salam.Setelah itu hati Heri gembira melihat bidan Nani tersenyum setelah pintu rumah terbuka.
" Katanya minggu kemarin mau datang ?",tanya bidan Nani.
Heri gugup,dadanya berdebar melihat luar biasa ramahnya bidan Nani.
" Tapi datang malam ini juga belum terlambat kok ", ujar bidan Nani,lalu menyilahkan Heri masuk dan duduk.
" Belum terlambat apa maksudnya ?", tanya Heri penasaran setelah duduk.Tatapan bola matanya seperti bicara minta bidan Nani segera menjelaskan.
" Ya tidak ada maksud apa apa ", sahut bidan Nani menggoda,setelah itu genit." Sebentar ya,saya buatkan air minum dulu...mau minum apa ?".
" Kalau boleh saya minta kopi",ujar Heri.Kepala nya tidak gatal ia garuk-garuk karena ia merasa bingung,tak bisa merangkai banyak kata berdua berhadapan dengan bidan Nani.Dan segera diterka oleh bidan Nani bahwa Heri sedang jatuh cinta benaran.Jatuh cinta dari hati bukan dari mulutnya.Banyak lelaki bilang cinta dengan tenang namun hatinya belum ada perasaan cinta.Awal dari cinta bukan membuat orang tenang melainkan membuat orang salah tingkah.Bidan Nani kemudian merasakan dadanya berdetak-detak juga.Dan ia berharap malam ini Heri bisa mengutarakan tentang perasaan.Jika tidak ia akan selalu menunggu.
Heri melihat bidan Nani berjalan menuju dapur untuk membuat air kopi.Setelah itu ia bermain-main dengan pikiran sendiri..menerka-nerka dan berandai-andai." Saya harus mengatakan terus terang tentang hati ini ", ujar Heri pada dirinya,ia sedang menyadari sikap gugupnya tadi.Cepat hatinya menjawab,jangan terburu-buru.Rasa cinta yang diutarakan dengan terburu-buru biasanya prematur,tak bisa lama.Cari tahu apa sebab kamu menyukai wanita.
Heri pulang dari rumah bidan Nani seperti orang menang berjudi.Ia bersiul-bersiul mendengkan sebuah lagu dengan langkahnya yang tegap.Herman melihat Heri senang begitu rupa lalu menggodanya.
" Sukses ?",tanya Herman.
" Belum ", jawab Heri
" Belum kok kamu begitu gembira ? ",goda Herman.
" Karena saya melihat ada tanda-tanda pada bidan Nani menyambut bila saya serius ", ujar Heri." Setidaknya saya bertemu dengan orang yang tepat. Ia akan menyambut rasa cinta saya ini ".
" Semoga benar,tidak salah ", kata Herman.
" Amin ",balas Heri,lalu katanya lagi," Saya mau tidur duluan ya ",melontarkan senyum kepada Herman lalu berjalan masuk ke kamarnya.