"Terima kasih." Kata Zhu Haimei.
Ketika Shen Dongyuan menatap wajah Zhu Haimei, lelaki itu tak dapat menahan senyumnya dan sempat hilang akal sejenak. Namun ia kembali menguasai dirinya dan berkata dengan datar, "Sama-sama."
Jika dihitung-hitung, mereka sudah tidak saling berbicara sekitar dua puluh atau tiga puluh hari. Masalah yang terjadi saat makan malam bersama di rumah kak Huang benar-benar kesalahan Zhong Yan, tetapi jika waktu itu Shen Dongyuan tidak berteriak, maka tidak akan ada orang yang bisa menghentikan pertengkaran antara Zhu Haimei dan Zhong Yan. Selain itu, Zhu Haimei sepertinya telah kehilangan banyak berat badan.
Zhu Haimei adalah orang yang merngerti untuk membalas budi, karena itulah ia membawa pulang dua buah kipas angin sekaligus setelah kembali dari kota. Hal tersebut membuat seluruh penghuni bangunan rumah susun mereka menjadi gempar. Tepat setelah latihan selesai, ruang tamu kediaman Zhu Haimei langsung dipenuhi dengan orang-orang yang ingin melihat kipas angin yang baru ia beli. Sebenarnya, hal tersebut cukup membuat Zhu Haimei merasa risih. Bukankah ia hanya membeli dua kipas angin? Kenapa orang-orang yang ada di sini begitu penasaran?
Shen Dongyuan juga terkejut ketika melihat dua kipas angin tersebut, tetapi ia tidak ingin menunjukkan keterkejutannya di hadapan banyak orang. Baru setelah orang-orang membubarkan diri, ia akhirnya bertanya pada Zhu Haimei. "Bagaimana bisa kamu membeli dua kipas angin sekaligus?" Shen Dongyuan bertanya demikian karena ia merasa aneh. Gajinya dalam sebulan tidak akan cukup untuk membeli dua set kipas angin.
"Tentu saja karena satu kipas angin untuk kamarku, dan satunya lagi untuk kamarmu." Jawab Zhu Haimei.
"Apakah tidak cukup jika hanya memasang satu kipas angin di ruang tamu?" Tanya Shen Dongyuan.
Zhu Haimei pun langsung menjawabnya tanpa berpikir. "Mana bisa seperti itu? Kita kan tidak tidur sekamar." Zhu Haimei langsung merasa menyesal setelah mengatakan kalimat barusan. Kini wajahnya pun tampak memerah. Sejujurnya, ia benar-benar tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu.
Shen Dongyuan yang tidak terlalu mempedulikan ucapan Zhu Haimei pun berkata, "Bagaimana kalau kamu pasang satu di kamarmu dan satunya lagi di ruang tamu? Aku tidak takut kepanasan, jadi aku tidak memerlukan kipas angin di kamarku." Zhu Haimei tidak mempermasalahkan hal tersebut, selama salah satu kipas angin itu masih dipasang di kamarnya.
Ketika Shen Dongyuan membantunya memasangkan kipas angin, Zhu Haimei ikut memegangi kursi untuknya. Jantung Zhu Haimei pun mulai berdetak kencang, ia lalu memarahi sang pemilik tubuh asli agar tidak terlalu kekanak-kanakan, hingga akhirnya detak jantungnya pun kembali normal.
Ini adalah pertama kalinya Shen Dongyuan masuk ke dalam kamar Zhu Haimei setelah sekian lama. Shen Dongyuan pun tak bisa menahan diri untuk melihat ke sekelilingnya. Ia melihat ada sebuah meja yang ditutupi dengan taplak bermotif bunga dan di sudut kanannya terdapat sebuah cangkir besar berwarna putih. Selain itu, ia juga melihat pakaian yang biasanya Zhu Haimei kenakan dan sebuah tas kain kecil yang tergantung di gantungan yang ada di sebelah meja.
Seprai di tempat tidur dan taplak mejanya pun mempunyai motif bunga yang mirip, keduanya terlihat sangat indah. Shen Dongyuan paling terkejut saat melihat bahwa lebih dari setengah meja tersebut ditempati oleh buku-buku. Ada kumpulan prosa, novel, dan bahkan novel terjemahan dari bahasa asing. Di atas meja, juga ada beberapa lembar kertas putih yang digambari bermacam-macam orang, dan gambar tersebut terlihat sangat bagus.
Sementara itu, Zhu Haimei tampak sibuk melipat seprai di tempat tidurnya dan Shen Dongyuan pun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya dengan heran. Shen Dongyuan kemudian mengalihkan pandangannya pada sederet buku yang ada di atas meja. Di antara sederet buku tersebut, ada beberapa buku yang belum pernah ia baca. Sepengetahuan Shen Dongyuan, Zhu Haimei hanya mengenal beberapa huruf, jadi ia bukanlah orang yang benar-benar buta huruf. Tapi, apakah wanita itu benar-benar bisa membaca buku? Bagaimana bisa ia membaca dan menulis sementara ia hanya mengenal beberapa huruf saja? Shen Dongyuan kemudian teringat bahwa ketika Zhu Haimei meminjam uang tiga puluh yuan darinya, tulisan tangannya pun terlihat begitu indah dan rapi. Tulisan Zhu Haimei waktu itu terlihat lebih indah daripada tulisan orang-orang pada umumnya.
"Shen Dongyuan, kamu harus memasangkannya untukku dengan baik. Jangan sampai kipas itu jatuh nantinya." Kipas angin seperti yang dibeli oleh Zhu Haimei tersebut memang sangat bisa membuat orang merasa was-was, karena kipas angin itu bisa terjatuh apabila tidak dipasang dengan baik. Betapa bahayanya jika benda itu tiba-tiba terjatuh.
Shen Dongyuan segera tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara Zhu Haimei barusan. "Jangan khawatir, ini tak akan bisa jatuh."
Sekarang, kipas angin tersebut telah selesai dipasang dan Shen Dongyuan mulai menyalakannya. Dan begitu kipas anginnya berputar, kamar Zhu Haimei pun mulai terasa sejuk. Zhu Haimei lalu berdiri di bawah kipas angin dan menghembuskan nafasnya. Suasana hatinya sangat baik. "Untuk mengungkapkan rasa terima kasihku, malam ini aku akan memasakkan makan malam untukmu."
"Baiklah." Balas Shen Dongyuan dengan santai. Makanan yang dimasak oleh Zhu Haimei benar-benar lezat. Shen Dongyuan sedikit merindukan rasa masakan Zhu Haimei setelah sudah cukup lama belum merasakannya lagi.
Shen Dongyuan bersandar di pintu dapur sambil melihat Zhu Haimei yang sedang memotong dan menggoreng sayuran dengan terampil. Seluruh gerakannya terlihat seperti awan yang bergerak dan air yang mengalir, sangat alami dan sangat indah. "Untuk masalah yang waktu itu, aku yang salah, jadi kamu jangan marah." Ucapan maaf tersebut tiba-tiba terlontar dari mulut Shen Dongyuan. Shen Dongyuan pun bahkan terkejut pada dirinya sendiri, dan akhirnya merasa tidak nyaman.
"Tidak apa-apa. Itu semua sudah berlalu. Hari ini aku mengirimkan uang dua ratus yuan ke keluargamu. Bukankah adik laki-lakimu akan naik ke kelas dua SMA? Ia harus membayar biaya sekolah dan sebagainya. Dan saat kamu menulis surat untuk mereka nanti, suruh adikmu untuk membeli dua potong pakaian. Ia sudah besar jadi harus bergaya, dan agar saat punya pacar nanti, ia tidak akan terlalu pelit pada pacarnya." Ujar Zhu Haimei.
Shen Dongyuan tertegun mendengar ucapan Zhu Haimei barusan. Ia tak menyangka bahwa kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut seorang Zhu Haimei. Selain itu, wanita itu juga mengirimkan uang sebanyak dua ratus yuan ke keluarganya. Shen Dongyuan pun merasa bersyukur karena hal tersebut. Ia selalu ingin memberikan uang lebih banyak untuk keluarganya, tetapi gaji bulanannya terbatas dan hal itu pula yang membuatnya menjadi tidak enak hati untuk pulang mengunjungi mereka.
Shen Dongyuan tiba-tiba ingin tahu mengenai bisnis yang Zhu Haimei lakukan, tetapi lidahnya menjadi kelu saat ingin menanyakannya.
Setelah mereka makan, Shen Dongyuan baru bisa mengatakan, "Terima kasih." tepat saat Zhu Haimei hendak kembali ke kamarnya.
Zhu Haimei lalu tersenyum dan membalas ucapannya, "Sama-sama."
Berbeda dengan hubungan Shen Dongyuan dan Zhu Haimei yang perlahan-lahan mulai membaik, Zhong Yan dan Zhang Zhonghai yang tinggal di lantai atas justru semakin sering bertengkar.
"Bukankah ia hanya membeli dua kipas angin? Kenapa kamu harus pergi melihatnya? Apa yang bagus dari kipas angin itu?" Zhong Yan duduk di sofa sambil menggerutu.
Zhang Zhonghai pun meletakkan korannya. "Kenapa kamu sangat mempedulikan hal ini? Apa tidak ada hal lain yang bisa kamu kerjakan? Pelatihan prajurit baru periode ini sudah hampir selesai. Bisakah kamu menyuruh Ayah kita untuk meminta Jenderal Besar Wu agar mengatur jabatanku?"
Meskipun semua orang yang ada di dalam komandan kompi saling memanggil dengan sebutan kapten, tetapi Zhang Zhonghai hanyalah seorang wakil komandan kompi. Hal itu lah yang membuatnya merasa seperti ada ganjalan di dalam hatinya. Dan yang disebutnya dengan Ayah kita adalah Ayah mertuanya. Ayah mertuanya dan Jenderal Besar Wu adalah teman bermain dan mereka berdua sangatlah akrab. Jadi untuk urusan mengatur jabatan, itu adalah urusan kecil bagi mereka.
"Tahun lalu kamu baru dinaikkan ke posisi Wakil Komandan Kompi. Dan tahun ini kamu ingin naik jabatan lagi menjadi Komandan Kompi? Apakah itu pantas?" Tanya Zhong Yan sambil mengerutkan keningnya.
"Kenapa tidak? Hanya Komandan Kompi saja kan, bukan Komandan militer?" Kata Zhang Zhonghai dengan santai.
Zhong Yan lalu melirik suaminya dan berkata, "Memang lebih mudah mengucapkan daripada melakukan. Apakah kamu tidak memikirkan tentang reputasi Ayahku?"
Ketika Zhong Yan hendak beranjak pergi, Zhang Zhonghai dengan tak tahu malu segera menarik lengan Zhong Yan dan berkata, "Jika aku dipromosikan, bukankah kamu juga akan ikut senang?"
Zhong Yan mengibaskan tangan suaminya. "Minggir, lepaskan. Kalau saja kamu mendapatkan prestasi militer yang sama dengan Shen Dongyuan, apa kamu masih membutuhkan bantuan Ayahku?"
Begitu Zhong Yan mengatakan kalimat tersebut, Zhang Zhonghai pun langsung membeku dan wajahnya tampak marah. "Apa maksudmu, Zhong Yan?"
Zhong Yan tiba-tiba merasa bahwa dirinya telah mengatakan sesuatu yang salah. "Tidak ada. Besok aku akan pulang dan meminta Ayahku untuk menemui Jenderal Besar Wu."
Zhang Zhonghai melepaskan lengan Zhong Yan kemudian berdiri. "Tidak perlu. Suatu hari nanti, aku akan mendapatkan prestasi militer sendiri." Kata Zhang Zhonghai lalu kembali ke kamarnya. Ia merasa tidak terima karena Zhong Yan masih memandang rendah dirinya. Apakah wanita itu berpikir kalau prestasi militer itu mudah untuk didapatkan? Untuk mendapatkan prestasi militer, seseorang harus menggantinya dengan nyawa.
Zhong Yan duduk di sofa dan terdiam untuk waktu yang lama. Sejujurnya ia juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Ia kemudian menghela nafas lalu bangkit dari kursi untuk membersihkan rumahnya.
Di sisi lain, Zhu Haimei tidak hanya mengirimkan uang kepada keluarga Shen Dongyuan, tetapi juga mengirimkan uang sebesar seratus yuan kepada keluarganya sendiri. Zhu Haimei berusaha untuk menjadi anak yang berbakti selama menempati raga sang pemilik tubuh asli. Ia sangat tahu bahwa saat ini, mencari uang sangatlah sulit. Apalagi bagi keluarga mertuanya yang masih memiliki satu orang anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMA. Karena kebanyakan anggota keluarga mereka adalah petani, maka uang yang mereka dapatkan juga tidak seberapa. Mereka hanya mengandalkan gaji Shen Dongyuan untuk melanjutkan hidup. Ketika adik Shen Dongyuan mulai bersekolah, orang tua mereka pasti akan mengalami kesulitan biaya.
Sementara itu, Zhu Haimei tidak memiliki saudara laki-laki di keluarganya. Ia hanya memiliki satu orang adik perempuan. Ayahnya adalah orang yang jujur dan mampu dalam bekerja, sedangkan ibunya adalah orang yang keras dan tidak masuk akal seperti dirinya, dan adik perempuannya adalah seorang pengecut. Keluarga Zhu Haimei sendiri, hanya mengandalkan beberapa hektar tanah untuk bertahan hidup dan tidak memiliki penghasilan lain. Karena itulah, Zhu Haimei sengaja mengirimkan uang seratus yuan ke rumahnya agar mereka bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.