Hari itu, Zhang Zhonghai tampak sedang menunggu istrinya pulang dari mengajar. Tak lama kemudian, Zhong Yan pun datang. Zhang Zhonghai lalu berkata, "Istri Kapten Shen terkena flu. Kak Huang sudah menjenguknya. Bagaimana kalau kamu juga menjenguknya?"
Suasana hati Zhong Yan langsung berubah menjadi gelisah setelah mendengar ucapan barusan, mungkin Zhu Haimei sakit karena terjebak hujan waktu itu, ia takut karena waktu itu ia memilih untuk tidak membantunya. Ia lalu berpura-pura acuh tak acuh dan membalas ucapan suaminya. "Mengapa aku harus menjenguknya? Bukankah ia hanya terkena flu biasa, dan bukan penyakit serius?"
'Ucapannya masuk akal juga. Apakah sakit flu saja perlu dijenguk? Lagipula, para prajurit muda itu pergi ke rumah Kapten Shen karena ingin makan bersama. Tetapi, tidak baik juga jika aku tidak pergi bersama mereka.' Pikir Zhang Zhonghai.
"Kamu jangan ganti baju. Aku akan melihat kesana sebentar, lalu pulang lagi untuk menjemputmu." Teriak Zhang Zhonghai.
"Kalau kamu mau pergi, pergi saja sendiri, aku tidak akan pergi." Balas Zhong Yan sembari mengganti pakaiannya, lalu masuk ke dapur.
Zhang Zhonghai kemudian mengikutinya ke pintu dapur. "Apa pantas jika aku pergi sendiri kesana? Jika orang yang belum menikah pergi ke sana tanpa istri itu tidak masalah. Sementara aku, bukankah aku sudah mempunyai istri?"
Zhong Yan mengambil sekop dan melemparkannya ke dalam panci. "Jika aku sudah mengatakan tidak pergi, berarti aku tidak akan pergi. Kenapa seorang pria dewasa sepertimu sangat cerewet seperti induk ayam yang tak berhenti mengoceh?"
"Siapa yang kamu bilang induk ayam?"
"Kamu! Apa kamu sudah selesai bicara?" Tanya Zhong Yan yang sedang tersulut emosi.
Zhang Zhonghai hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan kecewa. "Bagaimana kamu bisa menjadi seperti ini?"
"Memangnya aku menjadi seperti apa? Aku baru pulang setelah seharian mengajar dan ingin beristirahat sebentar, tetapi kamu justru mengoceh tanpa henti padaku. Kamu kira itu tidak menjengkelkan?" Ujar Zhong Yan. Ia menjadi begitu marah saat mendengar nama Zhu Haimei.
"Aku hanya menyuruhmu pergi kesana untuk menjenguknya. Aku tidak menyuruhmu membelikan sesuatu untuknya. Apakah kamu perlu sampai bersikap seperti ini?" Ujar Zhang Zhonghai. Nada bicaranya terdengar melunak. Ayah mertuanya sudah menyetujuinya untuk membicarakan tentang masalah jabatan militernya pada Jenderal Besar Wu. Karena itulah, ia tidak berani menyinggung perasaan Zhong Yan. Ia pun hanya bisa keluar untuk menghindari pertengkaran mereka menjadi lebih serius.
Zhong Yan tidak bisa menahan amarahnya saat melihat Zhang Zhonghai keluar. Tidak heran Shen Dongyuan terlihat aneh pada hari itu. Pasti mulut besar Huang Qiuyun yang mengatakannya. Kalau ada waktu luang, ia akan pergi memberi perhitungan pada kak Huang.
Sekarang, abaikan dulu Zhong Yan yang sedang marah. Mari kita bicarakan tentang Zhu Haimei.
Zhu Haimei terlihat tersenyum kaku saat melihat para tentara muda sedang sibuk berlalu-lalang di rumahnya. Bayangkan saja, setiap orang masuk membawa sebutir telur, lalu meletakkannya, dan pergi setelah mengatakan beberapa kalimat pada Zhu Haimei. "Aku dengar kakak ipar sedang sakit, jadi aku datang ke sini khusus untuk menjenguk kakak ipar."
Sementara itu, Shen Dongyuan tampak berdiri di samping Zhu Haimei dengan ekspresi canggung. Sebenarnya, ia sedang membatin. 'Ide buruk siapa ini? Aku tak menyangka mereka akan datang dengan membawa telur. Sudah ada empat atau lima baskom yang penuh dengan telur di atas meja. Mungkin semua telur yang dijual di kantin hari ini habis terjual karena mereka.'
Ketika para tentara muda itu sudah berhenti, Zhu Haimei tidak bisa menahan diri untuk bertanya pada Shen Dongyuan. "Ada apa ini?"
"Semua orang mendengar bahwa masakanmu sangat enak, jadi mereka ingin datang ke sini untuk makan. Tapi aku bilang kalau kamu sedang sakit, dan mereka semua memutuskan datang ke sini untuk menjengukmu."
Zhu Haimei langsung tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar jawaban dari Shen Dongyuan. "Kalau mereka ingin datang untuk makan, biarkan saja mereka datang. Kenapa harus menolaknya?"
Shen Dongyuan tidak mungkin mengatakan kalau ia takut uangnya habis.
"Telur-telur ini sudah direbus. Bagaimana kalau kamu membagikannya pada tetangga yang tinggal di lantai atas dan lantai bawah? Jangan sampai kita membiarkannya membusuk." Saran Shen Dongyuan yang mengalihkan topik pembicaraan.
"Jangan, aku akan membuat telur rebus rendam kecap. Sebelum sarapan besok, pergilah ke kantin dan bagikan pada semua orang." Zhu Haimei enggan memberikan telur-telur rebus tersebut pada tetangga rumah, karena para tetangganya juga tidak terlalu menyukainya. Lebih baik ia memberikan telur rebus yang sudah dimasak dan diolah menjadi masakan untuk para prajurit muda yang sudah datang menjenguknya itu.
Shen Dongyuan menjadi semakin merasa bersalah setelah mendengar ucapan Zhu Haimei barusan. Wanita itu seharusnya beristirahat agar kondisinya segera pulih, tetapi ia malah harus memasak untuk mengolah telur-telur tersebut. "Kalau begitu, apa ada yang bisa kubantu?" Tanya Shen Dongyuan.
"Kupas semua telurnya." Jawab Zhu Haimei dengan singkat.
Shen Dongyuan lalu memindahkan kursi lipatnya untuk duduk di depan meja dan mulai mengupas telur. Begitu Zhu Haimei melangkah keluar dari pintu dapur dan melihat Shen Dongyuan sedang duduk dan mengupas kulit telur, ia pun terdiam sebentar. Bukankah akan sangat lucu jika Shen Dongyuan terjatuh dari kursi?
Beberapa detik kemudian, Zhu Haimei terkejut dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Apakah benar itu idenya?
Suara mengejek pun tiba-tiba muncul di dalam pikirannya. 'Idemu terlalu kekanakan.'
'Pergi!' Maki Zhu Haimei pada suara yang terdengar di dalam pikirannya.
Sang pemilik tubuh asli pun menghilang lagi.
Akhir-akhir ini, sang pemilik tubuh asli terlalu sering muncul, dan itu tidak baik, sangat tidak baik. Zhu Haimei lalu kembali ke dapur dan berkonsentrasi membuat sup kecap untuk rendaman telur rebusnya.
Ketika Zhang Zhonghai datang, ia terkejut saat melihat Shen Dongyuan yang duduk di atas kursi lipat sedang sibuk mengupas telur. 'Hmm boleh juga, ia sudah mulai melakukan pekerjaan rumah, tampaknya hubungan mereka berkembang dengan baik.' Pikir Zhang Zhonghai.
"Ayo, duduk sini, Kapten Zhang."
Zhang Zhonghai lalu mengambil kursi dan duduk di dekat Shen Dongyuan. "Bagaimana kabar kakak ipar?"
"Kondisinya sudah cukup baik." Jawab Shen Dongyuan sambil meraih sebutir telur. "Apa kamu mau makan telur?"
"Tidak usah. Hei, kamu sudah membeli sofa?" Tanya Zhang Zhonghai lalu berdiri dan berjalan mendekati sofa. "Model sofa mu ini sangat bagus dan unik." Ucap Zhang Zhonghai.
Sofa itu didesain sendiri oleh Zhu Haimei sesuai dengan ukuran ruang tamu. Ia menggambar desainnya sendiri, bahkan pembuat sofanya memujinya dengan mengatakan bahwa gambaran Zhu Haimei sangat bagus. Tentu saja bagus, model sofanya ia ambil dari model sofa modern dan bantalan sofa yang digunakan juga lebih lembut. Selain itu, ia meminta orang yang ada di kota untuk membuatkannya bantal hias. Zhu Haimei bahkan membeli sendiri kapas sutra untuk membuat bantal hias tersebut.
Zhu Haimei sangat menyukai sofa tersebut. Setiap kali ia melihat sofa itu, ia merasa seperti berubah menjadi dirinya sendiri di kehidupan yang sebelumnya.
"Apakah istrimu yang menyuruh orang untuk membuatnya?" Tanya Zhang Zhonghai yang merasa heran.
Ia lalu melanjutkan. "Zhong Yan ku belum melihat sofa ini. Jika ia melihatnya, aku yakin ia juga ingin memilikinya."
Shen Dongyuan tertawa mendengar ucapan Zhang Zhonghai barusan. Kemudian ia mengajak Zhang Zhonghai untuk makan malam bersama, tetapi Zhang Zhonghai menolaknya. "Tidak, terima kasih. Zhong Yan sudah memasak di rumah."
"Apa kamu sudah mengupas semuanya?" Karena pintu dapur tertutup, maka Zhu Haimei harus berteriak dari dalam dapur. "Bawakan aku satu baskom dulu." Imbuhnya.
Shen Dongyuan pun berdiri, lalu membawa satu baskom kecil telur yang sudah ia kupas ke dapur, kemudian keluar lagi.
Hal tersebut membuat Zhang Zhonghai terkejut. "Bagaimana bisa perubahan Zhu Haimei begitu besar?"
Shen Dongyuan pun mengangguk untuk menyetujuinya. "Entahlah. Aku juga menanyakan hal yang sama."
Begitu Zhang Zhonghai pergi, Shen Dongyuan kemudian teringat sebuah pepatah. 'Sangat mudah untuk mengubah sungai dan gunung, tetapi sangat sulit untuk mengubah sifat seseorang.' Lalu, bagaimana Zhu Haimei bisa begitu berubah?
Sementara itu, Zhu Haimei sedang sibuk menggoreng telur rebus. Setelah menggorengnya, ia kembali merebusnya selama satu malam dalam sup kecap. Keesokan paginya, Zhu Haimei sudah bangun dan berdiri di depan pintu kamar Shen Dongyuan. "Aku pergi dulu. Telurnya ada di dapur. Kamu bisa membagikannya nanti."
Lalu terdengar balasan dari dalam kamar tidur. "Aku mengerti. Jangan lupa katakan pada mereka kalau kamu tidak berjualan besok. Besok kita akan pergi ke kota." Ujar Shen Dongyuan yang masih setengah mengantuk.
Jantung Zhu Haimei kembali berdegup kencang setelah mendengar ucapan Shen Dongyuan barusan. Ia lalu memaki dirinya sendiri karena bersikap kekanakan. Zhu Haimei kemudian pergi keluar dengan melompat kegirangan. Sementara itu, semua orang tampak menyukai telur rebus rendam kecap yang dibuat oleh Zhu Haimei. Shen Dongyuan tampak begitu bahagia saat hendak membagikan telur tersebut. "Kakak ipar kalian mengatakan bahwa ia akan mengundang kalian semua datang ke rumah kami lain hari. Jadi hari ini, makanlah telur ini dulu. Semuanya, silahkan ambil sendiri. Tapi kita sudah sepakat bahwa satu orang hanya bisa makan satu." Ujar Shen Dongyuan. Begitu para prajurit mencium aroma telur tersebut, mereka lalu berbondong-bondong pergi untuk mengambilnya. Mereka bahkan menuangkan sup sisa rebusan telurnya ke dalam nasi mereka. Benar-benar lezat.
Shen Dongyuan merasa sangat bahagia, karena akhirnya ia bisa mengembalikan reputasinya.
Di sisi lain, para pelanggan Zhu Haimei tampak kecewa setelah wanita itu mengatakan bahwa besok ia tidak bisa berjualan. Sejujurnya, meskipun harga makanan yang dijual oleh Zhu Haimei sama dengan harga makanan yang ada di kantin, tetapi Zhu Haimei selalu menambahkan sedikit lauk tambahan. Jika dihitung-hitung, harganya menjadi jauh lebih murah daripada harga makanan di kantin. Selain itu, masakannya juga sangat lezat dan bersih.
Zhu Haimei kemudian menjelaskan pada mereka bahwa ia akan beristirahat sehari dan akan memasak hidangan besar di hari berikutnya. Dan setelah mengatakan itu, barulah mereka semua berhenti memprotesnya.