Disebuah taman besar di pinggir danau luas. Danau yang biasanya didatangi Jeni saat ia tengan dirundung duka dan masalah.
Jeni berdiri di sana menatap seorang wanita dengan gaun putih nan indah. Wanita itu berdiri di hadapan Jeni menatapnya sedu.
"Mamah!" Jeni memanggilnya dengan sebutan Mamah. Ya, Jeni yakin kalau itu adalah Karin. Wanita paruh baya yang kali ini terlihat sangat cantik itu menatapnya sedu.
"Kenapa kamu harus melakukan ini, Jeni?" Karin bertanya sengan tatapan sedu. Tatapan yang seakan menandakan kalau dia tidak suka dengan jalan yang ditempuh Jeni.
"Untuk apa aku hidup, Mah. Tak ada lagi yang bisa melindungiku seperti, Mamah. Tak ada lagi yang membelaku seperti, Mamah. Hanya mamahlah sandaran hidupku. Tapi, Mamah pergi begitu saja. Aku seperti kehilangan separuh nyawa. Aku tidak berdaya tanpa, Mamah." Jeni berbicara dengan terbata-bata. Bibirnya pucat kelopak matanya pun terlihat pucat. Wajahnya tak secerah biasanya.