Télécharger l’application
57.14% ISTRIKU MAHASISWIKU / Chapter 12: PART 12

Chapitre 12: PART 12

Tangan Bara mulai berkelana di tubuh Cinta, sentuhan demi sentuhan lembut dirasakan di tubuhnya, dari pipi, leher hingga kedua lengannya. Nafasnya kian memburu seiring dengan detak jantung yang tak beraturan. Tanganya satu persatu membuka kancing piyama milik Cinta, seketika Cinta memejamkan mata. Ia pun kini tahu, bahwa sebagian pakaian atasnya sudah tidak lagi menutup. Dalam keadaan mata tertutup, batinnya bergejolak ketika sentuhan Bara tak lagi dirasakan di tubuhnya. Fikirannya pun berkelana, mungkinkah Bara kecewa dengan nya? Kenapa pergerakannya terhenti setelah selesai membuka kancing piyama miliknya?

***********

*Cinta POV*

Aku tahu, malam ini akan jadi malam yang panjang dan bersejarah dalam hidupku. Aaah, katakan saja aku berlebihan memikirkannya. Tapi memang harusnya ini akan dialami oleh semua perempuan sehabis menikah. Bagaimana pun aku harus siap. Dia kan suamiku, dia berhak atas tubuhku juga. Kapanpun dia memintaku aku harus siap dan dengan senang hati menyambutnya. Oh astaga, memikirkannya saja membuatku pusing. Aku bahkan sampai mondar mandir di dalam walk in closet. Aku bingung harus apa, aku tidak tahu apa yang harus kupersiapkan. Mandi lagi? Atau ganti baju? Atau apa?.

Setelah berkutat dengan fikiranku sendiri, aku pun membuka layar ponselku dan mencari di internet tentang apa saja yang harus disiapkan pengantin dimalam pertamanya. Belum sempat aku mencari ternyata kak Bara sudah memanggilku. Ya ampun jantungku 2x lebih cepat dari biasanya, seolah mau loncat dari tempatnya. Bagaimana ini.

Kulangkahkan kakiku keluar dari walk in closet, kulihat suamiku sudah duduk ditepi ranjang sambil menatap kearahku. Aku masih berdiri terdiam terpaku menatap kearahnya, sesungguhnya aku terdiam karena aku tidak berani melangkah mendekatinya. Aku bahkan menunduk tak berani menatapnya, sekilas kulirik suamiku mengulurkan tangannya mengisyaratkan aku untuk mendekat padanya. Kutarik nafas panjang sambil berjalan kearahnya perlahan dan menggapai tangannya.

"Dengar aku, aku tahu ini yang pertama untukmu. Dan kamu juga harus percaya, bahwa ini juga pertama untukku. Tapi jika kamu belum siap, aku tidak memaksa. Kita bisa melakukannya lain waktu sampai kamu benar-benar siap".

Oh Tuhan!!! Dia mengetahui kegugupanku, bahkan sepertinya mengetahui kalau aku belum siap. tapi Lagi-lagi seperti sihir. Cinta hanya mengangguk setelah mendengar ucapan suamiku yang terlihat tulus dimatanya. Bahkan keinginan untuk menolak pun tidak ada.

"Artinya?". suamiku berusaha meyakinkan pertanyaannya setelah melihat aku menganggukkan kepala tanda setuju.

"Aku... Aku siap kak".

Aaahh, akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku. Ya Tuhan, ini akan menjadi malam yang panjang dan aku tahu esok dan seterusnya tidak akan sama. Aku hanya berharap semoga tidak ada kekecewaan dari suamiku setelah malam ini berlalu.

Aku merasakan sentuhan tangannya di wajahku, dia mengusap lembut pipiku. Kemudian tangannya berpindah ke leherku, aku hanya bisa membuka tutup mataku berulangkali sekaligus menormalkan jantungku yang entah sudah berapa lama berdegup tak beraturan. Aku sedikit tersentak ketika tiba-tiba kurasakan suamiku meletakkan bibirnya diceruk leherku, menyesapnya seolah dia sedang menikmati minuman anggur yang memabukkan. Oh astaga, baru seperti ini saja aku sudah dibuat gila olehnya. Tangannya yang tak berhenti berkelana ditubuhku, menyentuh dan meremas apa saja yang dilaluinya dengan lembut. Aku hanya bisa menikmatinya tanpa berusaha membalas, aku bingung apa yang harus aku perbuat. Dia menuntunku untuk berbaring di ranjang. Ketika tangannya mulai membuka kancing piyama milikku satu persatu, aku memejamkan mata.

Satu.... sudah terlepas

Dua... tiga... empat... sebentar lagi tubuh bagian atasku akan dilihat jelas oleh suamiku, aku hanya berharap ketika ia melihatnya dia tidak akan menemukan kekecewaan. Aku sadar bentuk tubuhku tidaklah begitu menarik menurutku.

Dan.... lima, kancing terakhir piyamaku akhirnya terbuka.

Aku sudah merasakan bahwa piyama ditubuhku tidak lagi menutup, tapi...

Tunggu, aku tidak lagi merasakan pergerakan tangan suamiku. Ada apa ini? Apakah, apakah dia menemukan kekecewaan atas tubuhku? Bagaimana jika benar? Ah iya, ini akan menghilangkan kepercayaan diriku.

Lama aku memejamkan mata dengan fikiran yang berkecamuk didalamnya, aku memberanikan diri membuka mata.

Dan......

Aku masih berpakaian lengkap.

Jadi tadi itu apa?

Mimpi?

Hayalan?

Aku segera bangkit dan duduk di kasurku. Kulihat sekelilingku, ya aku memang ada dikamarku sendiri dengan baju piyama yang masih terpasang rapi di tubuhku dan tidak suamiku disisiku.

"Ah, yang tadi mimpi atau memang kak Bara keluar dari kamar setelah membuka baju piyamaku ya? Tapi tadi terlihat nyata sekali!"

"Dari mulai pulang kerumah, pernyataan cintanya, makan malam berdua bahkan tadi kita ketemu Rega yang udah lama banget nggk ketemu. Terus pulang, teruuuuusss...."

"Ini aneh! Masa sih aku mimpi? Masa mimpi kerasa nyata gitu sih? Apa aku coba tanya kak Bara aja kali ya?"

"Hmmm nggak-nggak itu bukan solusi yang bagus. Aaahhh sudahlah, anggap saja aku mimpi. Mimpi nggak jelas."

Aku terus saja berkata sendiri di dalam kamarku, aku berkaca dan melihat penampakan diriku. Astaga, wajah khas bangun tidur dan rambut acak-acakan yang menjadi bukti bahwa aku tadi memang bermimpi erotis. Kini aku yakin bahwa tadi memang benar mimpi, karena tadi wajah dan rambutku tidak berantakan seperti ini. Aku mulai mengingat-ingat hal apa saja yang terjadi tadi sebelum tertidur. Dan ya, aku baru ingat. Saat pulang tadi aku memang sudah tertidur, tapi aku merasakan kalau aku terbangun karena ada kak Bara di sampingku, dan disitulah semuanya bermula. "Dasar bodoh!" aku memukul pelan kepala ku sendiri.

"cih, bisa-bisanya aku bermimpi kalau kak Bara menyatakan cintanya padaku. Cinta, bangun! Apa-apaan sih" aku menepuk pipiku berulangkali. "aku harus pastiin kalau kali ini aku udah benar-benar bangun. Bisa gawat kalau mimpinya berkelanjutan."

Tok...tok...tok...

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk

"siapa?" kataku.

"Aku , Bara." Ah ternyata dia, suamiku yang baru saja berkelana dalam mimpiku. Hihihi

"ya kak! Ada apa?"

"kamu lagi apa?". Ih kenapa kalimatnya sama seperti yang ada dalam mimpiku. "aku boleh masuk nggak?" nah nah nah sama lagi kan.

"iya!" gue iya in aja deh, kesian dia nunggu lama. Lumutan ntar suami gue.

"makan diluar yuk? Aku laper! Kamu laper nggak?" nah kan dia ngomong beginian loh, ini gue inget nih di mimpi gue tadi dia ngajak begini juga nih. Apa ini gue lagi ngalamin second dreaming ya. Ini kenapa lagi semenjak mimpi erotis tadi, gue ngedumel tapi nggak pake kata aku lagi. Ngalir aja gitu bahasa gue. Ya Tuhan!.

Gue harus bisa pastiin kalau ini bukan lagi mimpi. Tapi gimana caranya ya, oh gue punya ide.

Plaaakkkk....!

"aduh! Kamu kenapa nampar aku? Kalau kamu nggak mau diajak makan diluar bilang!

Aduh! Mati gue! Ternyata bukan mimpi, tapi emang kayak dejavu sih. Cepet-cepet gue elus-elus tuh pipi suami gue biar nggak tambah marah.

"kak, maafin aku ya. Aku pikir aku masih dialam mimpi. Maafin Cinta ya kak. Maaf."

"memang kamu mimpi apa? Sampai harus nampar saya buat nyadarin kalau kamu nggak lagi mimpi? Mimpi kamu ada hubungannya sama aku? Hah?"

Ada." Gue nggak menjawabnya, tapi Cuma bisa nunduk ngerasa bersalah karena udah nampar suami sendiri.

"Makanya kalau tidur itu jangan kelamaan! Ini udah hampir malem juga baru bangun. Besok-besok jangan diulang!." Katanya menceramahiku.

"iya kak, iya maaf. Lagian kan aku capek habis perjalanan jauh, aku juga nggak bisa kan ngatur berapa lama aku bisa tidur. Maaf ya tadi, maaf."

Kak Bara Cuma menghela nafas aja. " ya udah ok lupain, aku mau ngajak kamu makan diluar! Aku laper."

"ya udah aku siap-siap dulu deh"

"ok aku tunggu di bawah!"

Dan sampai sinilah percakapan kami, dan ternyata memang aku Cuma mimpi tadi, ah mimpi yang terasa nyata. Apa sebegitunya aku pengen itu terjadi? Itu tuh! Ah sudahlah, bisa gila kalau lama-lama biarin pikiranku yang semakin menjadi liar. Lebih baik aku siap-siap dulu deh.

bersambung...


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C12
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous