Télécharger l’application
1.05% Istri Terlarang milik Mafia Posesif / Chapter 3: Persiapan Nikah Kilat

Chapitre 3: Persiapan Nikah Kilat

Gadis cantik yang terbaring dikasur mewah sebuah mansion mulai menggeliatkan tubuhnya, pertanda ia akan segera bangun. Kana membuka matanya perlahan, namun kamarnya masih gelap. Hanya sedikit cahaya yang tembus dari balik gorden balkon.

" Selamat siang, sayang " sapa seorang pria dengan suara serak disampingnya. Kana melihat siluet pria yang menyangga kepala dengan tangannya, kini menatap Kana. Namun bukannya bangun, gadis mungil itu malah menggeliat menuju tubuh pria yang menurutnya hangat dan nyaman. Damian semakin senang dibuatnya,

" Kamu harus segera bangun dan makan, Kana " Damian mengecupi semua bagian wajah Kana dan cukup membuat Kana terusik, " Dam, kalau diwajahku tadi ada bekas iler gimana? Gak jijik ya?" pertanyaan absurd dilontarkan oleh Kana dan dibalas dengan kekehan Damian yang terdengar merdu,

" Gak jijik lah, semua bagian dari kamu itu aku suka "

" Dan makanan kamu mau dibawa ke kamar saja kah? " tanya Damian.

" Jangan deh, aku mandi dulu ya habis itu kita baru turun makan " jawab Kana yang mendudukkan dirinya masih dengan keadaan setengah sadar.

" Mau mandi bersama?" tawar Damian pada gadisnya yang terlihat seksi dari belakang dengan cahaya minim yang menembus dari gorden.

" Boleh, mandiin aku ya. Tapi janji jangan macem-macem, jangan perkaos aku juga " gumam Kana dengan suara lemas. Sepertinya ia benar-benar masih sangat mengantuk hingga bisa melontarkan perkataan yang mungkin akan ia sesali sebentar lagi. Terlihat Damian yang duduk dengan semangat yang menggebu-gebu untuk memandikan gadisnya,

Digendongnya Kana ala bridal style dan gadis itu pun hanya pasrah, ia benar-benar menikmati tidurnya yang tidak terganggu oleh alarm untuk berangkat kerja maupun jeritan ibu tirinya. Kana didudukkan di closet kamar mandi, jari Damian mulai bergerak dengan lihai untuk membuka kancing piyama gadis itu satu persatu. Hingga tiba di kancing kedua, pria itu menahan nafas. Ini kancing bagian dada, dan gadis itu pun masih tetap tenang memejamkan matanya.

Damian menghela nafas perlahan, mencoba mengalihkan fikirannya dengan mengatur pernafasan daripada memandang dada gadis dihadapannya yang akan terlihat sebentar lagi.

" Keep calm, Damian. Ayo selesaikan ini dengan cepat " ucapnya meyakinkan diri sendiri.

*****

Kini, Kana sedang duduk dimeja makan bersama Damian. Setelah acara Kana yang memakai bajunya sendiri dengan gerakan super lamban. Membuat Damian hampir tidak sabar dan ingin menerjang Kana saat itu juga, namun ia tidak ingin Kana merasa ia pria yang brengsek karena menidurinya sebelum menikah. Oh ayolah, Kana masih cukup polos dibanding anak seusianya.

" Silahkan diminum, Nona " ucap seorang wanita paruh baya sembari menyodorkan susu coklat hangat untuk Kana.

Gadis itu membuka matanya lebar, sepertinya kali ini dia sudah benar-benar sadar. " Wah, terima kasih Bu… " Kana melirik wanita itu dengan padangan bertanya,

" Nama saya Lily, Nona. Saya adalah kepala pelayan di mansion ini, kurang lebih saya yang mengatur pekerjaan pelayan lain dan memerintah pekerja di mansion ini" jelas pelayan tadi.

Kana mengangguk antusias, "Halo Lily, salam kenal ya! Namaku Kana " sapanya dengan riang. Beberapa pelayan disekitar mereka meliriknya, ini gadis yang membuat Tuan mereka tergila-gila? Batin mereka bertanya-tanya.

" Makan dulu, Kana. " perintah Damian menyodorkan sesendok Nasi lengkap dengan lauk. Tanpa protes Kana menerima suapan dari pria itu dengan lahap, kini semua orang dibuat tercengang dengan tindakan Tuannya. Sejak kapan Tuan yang sadis dan dingin itu menjadi seorang baby sitter yang penyayang?

Suapan demi suapan Damian berikan pada Kana, sementara yang disuapi malah sibuk berceloteh pada Lily yang ia minta duduk disampingnya.

" Lalu, Nona apakan pria yang kurang ajar terhadap Nona kemarin?" tanya Lily dengan ekspresi kesal yang membara, sama halnya dengan pelayan dan pengawal diruang makan itu juga turut mendengar celotehan random dari Kana. Dengan telaten Damian beberapa kali menyodorkan minum disela-sela Kana bercerita,

" Kana siram pakai wine mahal yang dia minta tadi Ly, kan Kana kesel abisnya Kana disalahin terus " adu Kana dengan manja pada Lily, ia merasa nyaman pada wanita paruh baya itu hingga tidak sadar mulai membuka diri dan bertingkah manja.

" Bagus Nona!!!" ucap beberapa orang dengan serentak, membuat Damian melirik mereka dengan pandangan tajam.

Kana yang menyadari tatapan Damian pada para pendengar ceritanya pun mencolek tangan Damian,

" Jangan galak-galak ih itu matanya, serem tau Dami " tegurnya dengan mata menyipit. Damian seketika mengubah ekspresinya menjadi lembut lantaran tidak ingin Kana takut padanya, lagi-lagi membuat pekerja disana kaget dengan perubahan suasana hati Tuannya yang semudah itu berubah. Mata semua orang disana berbinar menatap Kana, mereka yakin Kana adalah malaikat yang diturunkan untuk menyelamatkan mereka dari amukan Tuan yang biasanya tidak bisa dikontrol.

" Maaf sayang, lanjut ceritanya lagi yang tadi " jawabnya dengan nada sabar. Ia mengambil piring yang berisi potongan buah, menyingkirkan beberapa buah yang ia tau Kana tidak suka lalu menyuapi gadis itu.

" Yaudah habis itu Kana dipecat deh " bibir gadis itu mengerucut diakhir kalimat. Lily hendak membuka mulut untuk bertanya, namun ia melihat Raven asisten Tuannya masuk ke ruang makan dan berbisik.

Damian bangkit dari duduknya dan mengajak Kana untuk pergi, gadis itu melambai-lambai pada semua orang diruang makan sebelum ia pergi menimbulkan berbagai reaksi yang terlihat sangat menyukai kehadiran gadis itu.

" Kita mau kemana, Dami?" tanya Kana bingung lantaran mereka memasuki mobil yang cukup luas, lain dengan mobil yang kemarin. Ia menyandarkan kepalanya ke bahu milik Damian,

" Membuat surah nikah, sayang " Damian mengecup puncak kepala Kana berkali-kali. Ia kecanduan akan semua hal yang ada di diri Kana.

" Kita belanja dulu ke Butik milik Francis " perintah Damian pada Raven,

Setibanya di Butik, Kana disambut oleh belasan wanita berseragam dan 1 pria yang lebih tua dari Damian. " Gandengan baru, Sir?" sindir lelaki kemayu pemilik butik. Mendengar hal itu, tentu saja Kana tidak bodoh. Berarti ia bukanlah wanita pertama yang dibawa kesini oleh Damian dan mungkin pria itu sering bergonta ganti wanita dan diajak kesini hingga pemilik butik itu bisa menebak bahwa Kana adalah gandengan baru Damian.

" Tutup mulutmu atau aku yang menutupnya?" desis Damian. Sorot matanya yang tajam terasa menusuk.

" Bisa jelaskan nanti dirumah, Dami? " tanya Kana dengan lembut, namun cukup untuk membuat Damian merasa bersalah.

" Tentu, sayang. Francis, aku datang untuk mengambil gaun pengantin yang sudah kupesan sejak dulu. Tolong dipaskan ukurannya pada Kana. Dialah yang akan memakai gaun itu " Mata Francis si pemilik butik seketika membulat, baru saja ia ingin menjerit " Diam, Francis " ancam Damian sekali lagi.

"Ehem, ah tentu saja. Silahkan ikuti kami, Nona Kana " ajak pria kemayu itu dengan menyodorkan tangannya bermaksud untuk menggandeng Kana, " Apa yang tanganmu akan lakukan, Francis? Menggandeng Kana-ku?" tanya Damian dengan wajah yang sangat menyeramkan.

Francis merasa frustasi, " KALAU AKU TIDAK BOLEH MENYENTUH KANA-MU LALU BAGAIMANA AKU MENGUKUR TUBUHNYA, SIALAN?" bentaknya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C3
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous