Abigail semakin cemberut. "Aku hanya mengikuti perintahmu. Bukankah aku membawakanmu kopi?"
"Ya... tapi kamu terlambat. Kamu seharusnya sudah kembali beberapa menit yang lalu. Aku sudah menunggumu, dan kamu tidak peduli padaku. Yang kamu pedulikan hanyalah Brad."
Dia meluapkan amarahnya dengan keras.
Sebuah ekspresi terkejut melintas di wajahnya.
"Brad adalah mitra bisnismu, temanmu," balasnya. "Bagaimana kamu bisa punya masalah dengan aku memberinya secangkir kopi?"
Tatapannya yang penasaran terlalu menusuk.
Christopher segera melepaskan lengannya, terkejut akan reaksinya sendiri. Dia belum pernah menjadi orang yang cemburu atau tidak aman, tapi dia telah menjadi seperti itu karena alasan yang tidak diketahui. Dia malu pada dirinya sendiri karena mengatakan hal semacam itu.
Brad telah menjadi sahabatnya sejak kecil. Ayah mereka adalah teman dekat yang hingga saat ini tetap begitu. Itulah sebabnya mereka memiliki ikatan yang kuat.