Télécharger l’application
44% I was born to be a God / Chapter 11: Awaken

Chapitre 11: Awaken

Sebuah tembakan melesat kearah kepala Leon Aldebaran, adik dari Juan Aldebaran.

Jangankan Arnold maupun Dokter Eghar, Zahal yang berada persis disamping Leon tak sempat menolongnya.

Titik ini membuat Juan merasa hampa.

Persis setelah kepala adiknya tertembus peluru, Juan tak lagi merasakan apapun. Perasaannya kosong.

"Kalian berlindung di dalam mobil! Sambil membawa dia ke rumah sakit!"

Zahal masih menggendong Leon sambil memberi intruksi kepada Arnold dan Dokter Eghar yang dengan sigap menanggapi ucapannya.

"Buat apa... Percuma, dia sudah mati."

Suara dingin yang tak berperasaan keluar dari lisan Juan.

Zahal yang tak mempercayai apa yang didengarnya segera mengalihkan pandangan kearahnya.

Raut wajahnya kosong, dingin, datar.

Dalam sekejap pandangan yang sebelumnya terarah menuju Leon kini berpindah kesuatu arah disebelah kirinya. Sinar matanya yang redup tetap sanggup menunjukkan arah pandangan yang jauh disana.

Disaat yang bersamaan diarah yang dituju Juan.

"Hooo... 1 Down! Sayangnya ini hanya gertakan!"

Pierre menanggapi seorang pria disebelahnya yang berlutut mengoperasikan sebuah senapan berbahaya.

"Hebat sekali! Tanpa Scope kau bisa membidik sejauh itu, Snippy!" Ia memuji cowok berjaket Hoodie bercorak militer, Celana Cargo berwarna Teal, dan beberapa tas kecil dipinggang dan rompi militernya.

Juan bisa melihat dengan jelas sosok yang terlihat kecil karena jarak yang begitu jauh yang baru saja mencelakai sosok yang paling dijaga olehnya.

"Pierre dan Snippy, ya..."

Zahal yang barusan membantu Dokter Eghar membawa Leon kedalam mobil kini menghampiri Juan dengan tenang.

Juan berjalan perlahan kesuatu arah, menunduk dan mengambil sebuah kerikil.

"Melempar kerikil dari sini... Sepertinya Jiwa Dewa-mu akhirnya bangkit..."

Zahal berpaling kearah tujuan yang diincar Juan.

Sekejap setelah Juan mengambil ancang-ancang singkat kerikil itu melesat cepat kearah Snippy.

CTARR!!!

Kerikil itu menghancurkan Senapan milik Snipy yang berguling menghindar kearah yang berbeda dari arah menghindarnya Pierre.

"Wah-wah-wah... Jiahahaha! Keputusanmu yang nggak langsung membunuh Juan memang Jitu, Snippy! Permainan akan menjadi sangat seru!"

Pierre melompat mundur menjauh, sosoknya perlahan lenyap menyisakan suara yang menggema.

"Kau nggak berubah, kebalikan darimu aku paling benci dengan resiko yang berbahaya, Pierre!"

Snippy merangkak menjauh dari tepian.

Ia berada di puncak dari salah satu gedung tertinggi di daerah Darmo, Surabaya. Jelas ia terkejut ketika targetnya bisa melempar kerikil dengan kecepatan dan akurasi seperti itu dari jarak nyaris 3km.

"Mereka menghindarinya."

Zahal mengomentari Juan. Mobil yang dikendarai Arnold sudah membawa Dokter Eghar dan Leon menuju Rumah sakit. Dua orang remaja itu kini berada dalam kondisi siap tempur.

"Secara Fisik, ya... Tapi kerikilku tadi 'Mengenai mental mereka'..."

Zahal yang sebelumnya selalu memberi petunjuk yang membimbing Juan kini bergidik melihat perubahan sikapnya yang menjadi sangat menakutkan.

"Dari sini aku sedikit mengerti cara kerja Kemampuan Dewa di dunia nyata ini..."

Zahal berjalan menjauhi Juan.

Juan menoleh tenang kearah Zahal.

"Kemampuan seseorang yang sudah kau lihat dan temui bisa digunakan sama persis."

Ia menganalisis apa yang terjadi pada Juan.

"Sepertinya begitu... Tiba-tiba instingku menuntunku untuk melakukan hal yang sama dengan Target yang mengincarku, Snippy..."

Juan kembali menoleh kearah posisi Snippy tadi.

"Ngomong-ngomong, berhenti disitu... Jangan kemana-mana, jangan jauh-jauh dariku, atau kuanggap kau menentangku..."

Hawa yang sangat buruk dan mencekam muncul disekitar Juan. Raut dan sikap tubuhnya terlihat berusaha mengancam Zahal.

"Jangan besar kepala hanya dengan munculnya satu, dua, atau bahkan tiga kemampuanmu... Kau tidak akan sampai dititik ini jika aku serius menghancurkanmu..."

Hawa disekitar Zahal ikut muncul mengimbangi Juan.

Angin berhembus sangat kencang, awan gelap tiba-tiba bertiup kearah mereka.

Sekumpulan debu yang tertiup angin kencang membuat daerah itu tertutup debu dan mengganggu penglihatan, tak terkecuali Juan.

Perlahan hembusan angin melemah dan Juan menyadari Zahal sudah tak ada disana.

"Kuanggap kalian memulai genderang perang... Pierre, Snippy..."

Untuk kedua kalinya angin berhembus kencang, menimbulkan hembusan badai yang meniupkan debu yang berterbangan mengacaukan penglihatan.

.

..

...

Disuatu cafe yang tak diketahui letaknya.

"Sepertinya Jiwa Dewa sudah terbangun, Masriz."

Nova duduk didepan laptopnya, sementara ada beberapa orang disekelilingnya, salah satunya Masriz.

"Dia sudah melewati fase puncak dan fase jatuh di Awaland, kini kita tunggu hasil latihan yang diperolehnya dari sana."

Sambil memegang 'Android' di tangan kiri, Masriz menikmati segelas Kopi Dingin dengan tangan kanannya.

"Apa aku perlu bergerak sekarang, Masriz?"

Seraya menutup Laptopnya, Nova seolah beranjak dari posisinya.

"Nggak perlu, ketika sampai pada fase tertentu, dia akan dengan mudah menemukanmu."

Masriz menjawab Nova.

Setelah jawaban itu, orang-orang disekitar mereka berdua bersulang bersama, kedua orang itu menyambut mereka dan meneguk minuman mereka masing-masing.

.

..

...

Wajah Rebella yang imut dengan raut wajah dingin dan sikap yang selalu tenang kali ini terlihat gugup.

Disebelahnya sosok yang nggak terduga datang merangkulnya : "Nah, sebelumnya kau seenaknya masuk kedalam rumah, bahkan kamarku..."

Tak hanya merangkul, kini tangan kanan Juan menarik leher Rebella kearahnya dengan sangat kuat : "Kini, katakan kepadaku, kau berpihak pada siapa, dan siapa saja yang bekerja sama denganmu..."

Rebella berusaha meloloskan diri, namun semakin kuat usahanya meloloskan diri, semakin kuat juga cengkeraman lengan Juan : "Ingatanku sedikit kembali, dan tampaknya itu juga berdampak terhadap semua aspek 'Ketuhananku'. Jadi jangan melakukan hal sia-sia..."

Rebella merasa sesak akibat cengkeraman lengan Juan, tangannya menepuk lengan Juan beberapa kali : "Oh iya... Akan kujelaskan sedikit tentang konsep 'Ketuhanan' yang sudah kupahami dari permainan 'How to be a God'..."

"Transparation adalah konsep 'Gaib', Tuhan yang sebenarnya tidak bisa terdeteksi oleh apapun...

Itu adalah kemampuan dasar yang kumiliki...

Gratification adalah konsep 'Ikhlash', Tuhan yang sebenarnya akan 'Diakui' oleh Makhluk sebagai 'Keberadaan' yang 'Murni'...

Itu adalah kemampuan Tamasha yang pertama kali menemuiku...

Rotation adalah konsep 'Perubahan', Tuhan yang sebenarnya memiliki 'Ketentuan' yang bisa berubah sewaktu-waktu...

Itu adalah kemampuan Pierre yang sempat mengancamku...

Specification adalah konsep 'Pengetahuan', Tuhan yang sebenarnya sangat 'Teliti' dan bisa mengetahui konsep 5w1h yang menyusun dunia...

Itu adalah kemampuan Snippy yang menyulut perang terhadapku...

Evasion adalah konsep 'Kekal', Tuhan yang sebenarnya tak bisa dipatahkan oleh kekuasaan makhluk...

dan itu adalah kekuatan milikmu, Rebella..."

Wajah Gadis imut itu membiru pertanda oksigen dikepalanya berkurang drastis.

"Nah, sejak Jiwa Dewaku 'Bangkit', kemampuan penyusun Dewa perlahan-lahan muncul dalam diriku. Dari orang-orang yang nekat mendekatiku..."

Rebella mulai lemas, matanya mulai memerah.

"Berita baiknya, dengan kemampuan 'Specification' milik Snippy yang juga perlahan tumbuh dalam diriku karena pertemuanku dengannya, aku bisa mencegah kematianmu bahkan hingga seperseribu detik, dan itu akan sangat menyiksa..."

Juan melepaskan lengannya dari leher Rebella yang terkulai lemas, : "Itu adalah salam dariku..."

Setelah kemunculannya yang tiba-tiba, kepergiannya saat targetnya terkulai lemas juga menyiratkan sosoknya yang mulai misterius.

.

..

...

"Kekuatanmu praktis sekali... Ah, maksudku Privilage Dewa-mu, hahaha..."

Dipuncak bangunan Universitas didaerah Selatan, Zahal berdiri melihat pemandangan kota menjelang senja.

"Pujian sekaligus Hinaan yang menjengkelkan..."

Juan menanggapi ucapan Zahal sekaligus muncul dibelakangnya.

"Sejak permainan pertama ketika kami masih Calon Dewa, hingga aku terpilih sebagai Dewa Awaland, kami tak pernah bisa mengimbangimu.

Peperangan kita menghancurkan Awaland, dan aku yakin semua termasuk 'Manipulasi' yang kau lakukan."

Zahal tak menanggapi ucapan Juan, ia hanya tersenyum ringan.

"Hingga saat inipun kau mempermainkanku dengan kondisi : 'Manipulation' adalah satu-satunya kemampuan yang kau miliki, sekaligus kemampuan yang tak bisa kudapatkan..."

Wajah tenang Juan melirik Zahal yang menguap bosan.

"Hoamm... Bukankah semuanya juga hanya bisa menggunakan kemampuan mereka masing-masing, nggak seperti peraturan di 'Awaland' yang membuat kita bisa mencuri kemampuan lawan...

Walaupun bukan Dewa, kelihatannya aku lebih paham arti kata 'Adil' ya, hehehe..."

Zahal terkekeh kecut.

Juan membalikkan badan dan menghilang.

"Kau bahkan tak bisa melakukan apapun padaku. Karena jika terbukti kemampuanmu tak bisa mengimbangi 'Manipulasi'ku, itu akan sangat memalukan bukan, Dewa Bodoh..."

Zahal perlahan merebahkan tubuh untuk beristirahat.

.

..

...

"Cowok itu menyelamatkan adikmu. Karena dorongan pria itu, peluru yang awalnya mengincar Lobus Frontal bergeser dan mengenai Lobus Parietal.

Peluang kesembuhan luka dibagian itu memiliki lebih besar dibandingkan jika pelurunya mengenai titik awal yang ditargetkan."

Perubahan kedewasaan dan ketenangan Juan membuat orang biasa tak akan menyadari bahwa saat ini dirinya sedang terbelalak dan terkejut. Ia terkejut betapa berbahayanya dua saingannya, Snippy yang sejak awal membidik bagian vital didalam otak Leon...

Namun yang mengerikan adalah kenyataan bahwa Zahal menyelamatkan adiknya hanya dengan gerakan sederhana yang seolah tak disengaja namun memberikan perubahan yang signifikan.

"Ini adalah peringatan bagimu Juan..."

Dokter Eghar mengejutkan lamunan Juan.

"Hati, Pikiran, dan Keputusanmu menentukan bagaimana nasib dunia dan umat manusia!"

.

..

...

Malam hari yang sunyi menutup hari yang cukup melelahkan itu.

Tamasha dan Leon dirawat dirumah sakit yang sama.

Juan berada di Apartment Tamasha setelah Arnold mengantarnya kembali dan memberikan ID Card Access untuk memasuki hunian itu.

Sebagian perasaannya kembali tenang setelah mendengar diagnosa Dokter Eghar bahwa Leon masih bisa diselamatkan.

Sebagian perasaannya dikuasai oleh pertimbangan dan perkiraan esok hari.

"Ketika melihat kedepan menjadi lebih pasti, ketika itu pula aku selangkah memahami bagaimana menjadi Dewa yang sesungguhnya..."

Saat itu pula ia paham alasan 'Dewa tidak pernah Tidur'.

.

..

...

"Hoooaaaammmm..."

"Aku tertidur sampai malam..."

Zahal melihat sekeliling lalu berdiri dengan lambat : "Setelah semua kejadian itu, dengan tidur ditempat terbuka seperti ini, kukira bakal ada yang membunuhku secara tiba-tiba... Hahaha..."

Ia beranjak dari tempat itu dan masuk kedalam bangunan sambil berbisik : "Semua manusia sama-sama pengecutnya..."


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C11
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous