Télécharger l’application
88.67% I don't know you, but I Married you / Chapter 462: Menjelaskan pada Fahri

Chapitre 462: Menjelaskan pada Fahri

"Assalamualaikum..." Tiara dengan ceria masuk kedalam rumahnya. Salamnya itu dijawab oleh orang tuanuam Terlihat Zidan sedang bermain dengan Tara dan Farel.

"Aaa...anak mama yang ganteng..." Tiara menciumi Zidan.

"Kenapa ga cerita tangan kamu cidera?." Fahri langsung menyergap anaknya dengan pertanyaan tajam.

"Kekilir doang kok pah.."

"Kok bisa?."

"Ya...banyak aktifitas fisik aja, Gendong-gendong Zidan, pindahin meja juga kemarin terus..."

"Terus..diputer sama Jay?." Fahri langsung memotong ucapan Tiara. Anaknya itu kini kaget. Kenapa ayahnya bisa tahu?.

"Jay ga sengaja pah..."

"Udah berani bohong ya sekarang."

"Bang ada anak-anak ini.." Dena menegurnya. Dia tak mau anak-anaknya yang lain melihat perdebatan Tiara dan Fahri.

"Sini kamu ikut papa.." Fahri membuat Tiara mau tak mau berjalan kemana ayahnya meranjak. Fahri naik keatas. Dia memilih ruang tv atasnya menjadi tempat untuk berbicara empat mata dengan Tiara.

"Pah aku yakin Jay ga ada maksud buat gitu. Dia cuman lagi marah dan aku yang bikin marah." Tiara langsung menjelaskan yang terjadi.

"Tapi pantes orang marah gitu?. Papa marah sama kamu sekarang tapi ada papa mukul kamu?."

"Papa ngertikan kondisi Jay?."

"Ya tapi..."

"Pah, aku ga papa. Dibanding Dirga yang bisa dengan kasar nampar aku tanpa rasa bersalah, Jay waktu itu langsung sadar kok yang dia perbuat. Dia tahu itu ga bener." Tiara menggenggam kedua tangan Fahri yang terasa begitu keras.

"Ya tapi ga jadi alasan Ra, suami kalo udah main tangan itu, udah ga bener."

"Ya makannya aku tahu dia ga bener makannya aku kasih pelajaran supaya dia tahu mana yang benernya. Lagian ga serta merta kok Jay tiba-tiba gitu. Dia punya alasan dan aku terima."

"Kamu terima di perlakukan gini sama Jay?."

"Dia marah aku terima tapi kalo perlakuannya aku ga terima makannya aku pulang. Biarin aku yang ngatasin Jay ya pah? kalau ada satu hal yang bikin aku ga kuat lagi ngadepin dia pasti aku bilang papa. Aku udah bilang tadi pagi, ini bukan masalah besar. Jay itu orangnya mau dikasih tahu tapi pelan-pelan, dia juga mau berubah."

"Untung kamu tinggalnya bareng mertua kamu jadi ada yang liat, coba kalo engga Papa udah jantungan tahu ga?. Udah kamu sama Jay tinggal disini aja."

"Aku itu sekarang selain anaknya papa, istrinya Jay juga pah, ga bisa aku cuman nurutin kata papa. Aku punya Dosa kalo ga ikutin suami tapi ada saatnya juga aku nurutin saran papa tergantung masalahnya apa. Aku harap papa ngerti."

"Papa ga mau kamu sakit sayang."

"Aku ga sakit pah, aku baik-baik aja."

"Jangan sampe kejadian Dirga keulang lagi."

"Pah..ini Jay. Anaknya Daddy Kenan sahabat papa dari dulu. Dia ga kaya gitu, aku yakin."

"Tangannya mana yang sakit?." Fahri kini menatap tangan anaknya. Dia sudah luluh untuk memaafkan Jay. Dia tak mau membahas menantunya lagi.

"Ini, tapi udah ke dokter tadi cuman kekilir aja. Aku disuruh istirahat 3 hari." Tiara menunjukkan tangannya.

"Ya udah jangan gendong dulu Zidan, mana tangan kanan lagi." Fahri kasian.

"Ngomong-ngomong kenapa papa bisa tahu?."

"Jay kesini, dia minta maaf sambil ceritain kamu kenapa." Ucapan Fahri membuat Tiara senyum-senyum.

"Tuh kan Jay tuh ga mungkin bohong. Dia salah aja dia ngaku. Kalau semua penjahat modelan dia penjara pasti penuh."

"Iya-iya gimana bu dokter aja." Canda Fahri sambil mengelus pelan tangan anaknya yang sakit.

***

Malam itu Jay tak langsung pulang dia pergi ke sebuah bar sesuai dengan perintah Samuel. Saat ini hanya dialah teman satu-satunya yang Jay punya. Dia juga yang menjadi saksi percintaannya dengan Tiara. Suara keras kini terdengar di telinga Jay. Lampu kerlap-kerlip pun menjadi pemandangnya.

"Jay!!." Seru Muel saat melihat kedatangannya. Jay mendekati temannya itu.

"Ya ampun...lesu banget."

"Engga kok. Malem Trisa.." Sapa Jay pada istri Samuel.

"Nih minum."

"Jangan, nanti Daddy marah. Aku minum jus jeruk aja." Jay memesan minuman lain. Dia benar-benar tak berniat mabuk dengan datang ke acara seperti ini.

"Kenapa sih? ada apa?."

"Tiara lagi marah."

"Marah kenapa?."

"Aku ga boleh cerita jauh-jauh, itu aib keluarga kata mommy ga boleh diceritain ke orang." Ucapan Jay disambut senyuman oleh Samuel dan Trisa. Mereka mengerti, apalagi ini Jay yang berbicara. Tak ada sedikitpun perasaan tersinggung atau marah.

"Ya udah intinya siapa yang salah?."

"Aku..aku nyakitin dia, aku nyakitin Zidan."

"Udah minta maaf?."

"Udah tapi dia masih diem." Jay jadi ingat handphoenya. Sudah beberapa jam yang lalu dia mengirim pesan tapi Tiara belum membalasnya.

"Ya udah biarin dulu. Masih barukan? ntar juga kalo udah tenang nyari sendiri. Udah have aja sama gw."

"Javier, kamu disini?." Cindy tampak senang melihat Jay. Wanita itu baru saja turun dari lantai dansa. Wajahnya terlihat sedikit merah.

"Eh kak Cindy.."

"Giliran ketemu, ketemu terus giliran ga ketemu ngilang gitu aja." Canda Cindy.

"Cindy nih penasaran sama lu Jay."

"Apaan sih Muel, jangan bikin salah paham. Gw nanyain cuman pingin tahu doang, kan sama temen." Cindy mengklarifikasi. Di belakangnya banyak teman-teman Samuel dan Cindy yang ikut minum atau sekedar mengobrol.

"Kalian tuh ya harusnya berhenti ke tempat kaya gini. Gimana mau punya anak coba..." Celoteh salah satu temen Samuel bernama Adi.

"Justru sesekali harus di, ini kan bagian reflesing supaya ga jenuh." Samuel membela diri sementara istrinya hanya tersenyum.

"Apa aku bawa Tiara ke tempat gini supaya ga jenuh?." Jay berkesimpulan sendiri.

"Eh jangan. Mau di gorok lu sama mertua?. Om Fahri bisa marah." Samuel langsung melarang.

"Aku ga pernah liat istri kamu Vier.."

"Nanti kapan-kapan aku kenalin kak.."

"Anaknya itu loh Cin, lucu...banget.." Puji Trisa yang jatuh cinta kepada Zidan saat pertama bertemu dan karena itu dia ingin memiliki anak.

"Siapa tadi nama anaknya?."

"Zidan kak.." Jawab Jay. Dia termenung sejenak. Jay rindu dengan anaknya. Rasanya dia ingin bertemu Zidan sekarang.

"Kok ngelamun?."

"Eh ga papa kak." Jay langsung menyadarkan dirinya sendiri. Dilihatnya lagi Handphone Jay. Belum ada balasan apapun dari Tiara.

"Tiara lagi apa ya?." Tanya Jay dalam hatinya. Dia meneguk lagi jus jeruknya.

"Vier ayo nari-nari.."

"Nari? aku ga bisa kak." Jay menolak ajakan Cindy.

"Udah ayo, supaya ga ngelamun. Lagi banyak pikirin ya?." Cindy mulai menarik-narik tangan Jay.

"Aku beneran ga bisa."

"Musiknya asyik gini, kasian DJ-nya." Cindy menarik tangan Jay lebih keras lagi.

"Udah sana...ntar juga diajarin." Samuel mendukung dan mendorong Jay. Kini pria itu beranjak dari kursinya. Tengah asyik berdansa ria dengan Cindy 4 bola mata memperhatikannya.

"Bukannya itu suaminya Tiara ya?." Tommy semakin memperhatikan pria itu.

"Iya, itu pak Jay.." Risa memastikan juga.

"Ngapain dia disini?bukannya Tiara sakit?." Tommy aneh.

"Sama cewek lagi, harus di foto ini." Risa mulai meraih Handphonenya. Tanpa menunggu lama, dia pun memotret kebersamaan Jay dan seorang wanita yang tak dikenalnya.

"Istri sakit suami malah clubbing." Tommy menggerutu.

***To Be Continue


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C462
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous