Setelah aku sampai di kantor, ternyata kak Cindy yidak mengizinkan aku untuk bekerja. Padahal aku tahu kalau pekerjaan sekarang sudah sangat banyak. Dan aku tidak enak jika tidak membantu.
"Kak, aku bolehya bantuin kerjaan kantor. Aku tahu kalau kerjaan sedang banyak sekali. Dan aku tahu kalau kakak tidak akan sanggup mengerjakan pekerjaan itu sendirian. Apalahi harus selesai hari ini. Setidaknya kakak harus beristirahat satu hari. Dan menikmati hari libur kakak.
Pokoknya kakak tidak boleh kerja hari ini. Dan ini adalah perintah bukan permintaan. Jadi kakak sekarang harus pulang istirahat, dan menikmati hari libur kakak. Entah kakak mau spa ataupun mau belanja itu terserah kakak."
"Tapi dek, kakak nggak mungkin meninggalkan pekerjaan kakak."
"Enggak ada tapi-tapian. Pokoknya hari ini kakak cuti. Urusan perusahaan biar aku aja yang tanganin."
Dengan segala paksaan yang aku berikan kepada kak Cindy, akhirnya dia mau menurutiku dan pulang untuk beristirahat.
Aku menyuruhnya untuk mengambil cuti karena sebelum itu aku mendapatkan laporan dari sekretaris pribadiku, bahwa sudah 5 bulan ini kak Cindy tidak pernah mengambil cuti ataupun libur. Bahkan sudah beberapa hari ini kak Cindy selalu lembur untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada di perusahaan.
Meskipun aku adalah direktur utama di perusahaan ini, tapi aku juga tidak ingin menyerah semua tenaga kak Cindy. Karena itu tidak baik untuk kesehatan mental maupun fisik kak Cindy.
Karena kak Cindy sudah pulang dan aku juga harus menggantikan pekerjaannya di perusahaan. Sekarang aku sedang menyetir semua dokumen yang ada di meja kak Cindy.
Karena aku cukup pintar aku tidak perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan semua dokumen ini. Karena aku juga harus pulang ke rumah dan bertemu dengan ibuku.
Karena jika ibu tahu aku tidak pulang ke rumah tepat waktu, pasti aku akan dimarahin yang dibanding-bandingkan lagi dengan kakakku yang sangat rajin dan berbakti itu.
Setelah 3 jam aku bergulat dengan dokumen yang ada di depanku, akhirnya semua dokumen itu sudah selesai.
"Akhirnya semua dokumen sudah selesai dan aku juga sudah bisa pulang ke rumah."
Aku menyandarkan badanku ke sandaran kursi yang aku gunakan di ruangan kak Cindy. Karena tidak ingin kak Cindy mengalami sakit punggung aku secara khusus memesankan sebuah kursi yang didesain menurut bentuk tubuh sipemakai. Jadi bisa nyaman ketika digunakan untuk bekerja dalam jngka waktu yang lama dalam posisi duduk.
Saat aku melihat jam yang melingkar di tanganku, ternya sudah menunjukkan pukul 12 siang. Yang berarti sekarang sudah waktunya aku untuk pulang kerumah. Setiap pulang telambat aku selalu mencari alasan yang logis. Karena tidak mungkin aku akan jujur dan mengatakan semuanya kepada keluargaku.
Aku cepat-cepat membereskan semua barang yang aku bawa tadi. Karena sekarang adalah waktunya aku untuk pulang. Aku turun kelantai bawah dan keluar untuk mencari mobilku.
Sekarang aku sudah dalam perjalanan pulang. Karena tadi aku berganti baju, maka sekarang aku juga harus mengganti bajuku dan kembali ke apartemenku. Aku juga harus mengembalikan mobil ini ke basement dan pulang menggunakn taxi.
Keluargaku tidak boleh tahu kalau aku mempunyai super car yang sangat mewah. Karena uang saku yang diberikan kepadaku juga tidak akan cukup untuk membeli buku pelajaranku. Apalagi jika digunakan untuk membeli super car, mungkin perlu bertahun-tahun untuk menabung dan membelinya.
Saat ini aku sudah berada di rumah. Saat aku datang ternyata tidak ada seorangpun yang berada di rumah. Aku kira ibu akan menunggu ku datang dari pulang sekolah. Tapi ternyata beliau pergi untuk lakukan kegiatan arisan bersama dengan ibu-ibu komplek lainnya.
Kegiatan arisan di daerah sini memang sudah biasa dilakukan. Karena lingkungan tempatku tinggal juga lingkungan dari orang-orang kaya dan memiliki lebih banyak uang untuk dihamburkan. Bahkan sekali kita mengikuti arisan bisa sampai 10 hingga 20 juta. Jadi di sini uang hanya digunakan untuk bermain-main saja.
Aku langsung naik ke kamarku dan beristirahat di sana. Karena pembentuk udah dibilang kalau ibu akan pulang agak larut malam. Dan aku tahu kalau kakakku juga tidak akan pulang pada jam segini.
Karena sudah menjadi kebiasaannya untuk pulang malam setiap hari. Dulu kakak tidak pernah pulang melebihi pukul 10 malam. Tetapi sekarang dia sering pulang dini hari. Apalagi semenjak ayah tidak tinggal lagi bersama dengan kami. Dia mendapatkan kebebasan yang dia inginkan.
Meskipun kakak tidak pernah melawan dengan ibu, itu semua tidak membuat kakak akan diam saja di rumah dan menjadi seorang anak yang menurut kepada orang tua.
Bahkan kakakku lebih sering memberontak daripada aku. Dan dia hanya menuruti perkataan satu orang saja, yaitu perkataan dari ibuku.
Semua perintah yang yang dikatakan ibuku akan selalu dituruti dan tidak akan pernah membantah. Tetapi jika ayahku yang menyuruhnya, pasti kakak akan mengajukan hal itu dan tidak menganggap saya ada.
Aku juga tidak tahu persis kapan hubungan mereka menjadi renggang dan tidak baik seperti sekarang. Karena aku juga tidak tertarik dengan kehidupan mereka.
Aku meletakkan tasku di tempat biasa aku meletakkannya. Ya itu di kursi meja belajar yang ada di kamarku. Aku juga membersihkan diriku aku dari keringat yang menempel. Karena setiap kita keluar rumah pasti saat itu juga tubuh kita mengeluarkan keringat dan menimbulkan bau yang tidak sedap juga menjadikan tubuh kita lengket.
Oleh sebab itu setiap kita habis keluar, aku akan mandi setelahnya. Aku mengunci pintu kamar agar menjaga seseorang masuk ke dalam. Karena kamarku adalah frekuensi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain tanpa izin diriku.
Perlu waktu 1 jam untukku siap setelah membersihkan diri. Jika tidak ada anggota keluarga di rumah, aku memang selalu mengurung diriku di dalam kamar. Dan itu sudah menjadi kebiasaan yang aku lakukan dari dulu saat berada di rumah dan tidak ada satupun orang.
Di saat itulah aku menjadi bebas mengekspresikan diriku sendiri dan melakukan hal yang aku suka di dalam rumah. Dan aku melakukannya tanpa harus memikirkan hati dari ibu dan juga pengawasan dari anggota keluargaku.
Karena mereka akan pulang larut malam, aku berencana untuk makan malam terlebih dahulu tanpa menunggu kehadiran mereka. Karena percuma juga jika aku menunggu mereka hanya untuk makan malam.
Karena itu akan membuat aku menjadi lapar karena harus menunggu mereka. Padahal mereka yang aku tunggu tidak merasa kasihan kepadaku yang sudah merasakan kelaparan.
Karena aku sudah selesai bersih-bersih, dan sekarang juga sudah menunjukkan pukul 6 sore, muka aku turun ke lantai bawah untuk makan malam. Ibu tadi juga sudah mengabariku jika tidak bisa pulang malam ini. Dan dia menyuruhku untuk makan malam sendirian.
Sebagai anak yang baik aku juga hanya bisa menuruti perkataannya tanpa harus membantah sepatah kata pun.