Télécharger l’application
40% His Daddy (21+) / Chapter 10: Akhirnya bisa tidur juga

Chapitre 10: Akhirnya bisa tidur juga

-Author POV-

Jam 7 pagi.

Ponselnya berdering, Ashlan masih duduk di sofa ruang tv. Dia tidak tidur semalaman, Ashlan sangat khawatir dengan keadaan baby boynya. Begitu dering pertama berbunyi, Ashlan langsung meraih ponselnya.

"Bagaimana?"

"Tenanglah..."

"Cepat beri tahu aku!" ucapnya setengah berteriak

Xander yang biasanya selalu melihat Ashlan yang sopan merasa aneh. Sejak kecil sahabatnya itu jarang sekali marah apalagi berteriak kepada orang lain karena itulah Xander sangat terkejut. Menyadari ada yang tidak beres, Xander segera memberitahu informasi yang ia dapatkan.

"Tidak ada kasus kecelakaan atau kekerasan atas nama Lucas Dalton, aku sudah mengirim informasi pribadi tentangnya di email mu"

"Baik, aku akan segera menandatangani kontrak itu segera setelah masalah ini selesai"

"Ku pegang kata-kata mu"

Ashlan hanya mengiyakan perkataan Xander karena dia sudah tidak punya waktu untuk urusan lain selain Lucas. Dengan hati-hati dia membaca seluruh informasi tentang Lucas mulai dari orang tuanya, tempat tinggalnya, masa kecilnya, dan yang paling penting tempat kerjanya.

"Bukannya The Moon adalah restauran tempat biasa aku makan itu? Jadi selama ini Lucas bekerja disana?"

"Bagaimana mungkin aku tidak bertemu dengannya padahal kemarin aku baru saja kesana?"

Melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Ashlan segera lari ke kamar mandi dan bersiap untuk breakfast di The Moon. Ashlan ingin memberikan kejutan pada baby boynya.

Ashlan sampai di restauran dengan mengenakan shirt berwarna abu-abu yang dipadukan dengan coat berwarna black, dia keluar dari mobil dan segera menuju pintu masuk. Baru beberapa langkah berjalan, Ashlan melihat Lucas.

"Baby!"

***

-POV Lucas-

"Baby!"

Aku mendengar suara Ashlan memanggilku, tanpa menengok kebelakang aku mempercepat jalanku agar segera bisa segera masuk ke restauran.

"Wait, Baby!"

Ashlan berhasil mengejarku dan menarik tanganku untuk mencegah agar aku tidak kabur. Ashlan memelukku dari belakang. Aku terkejut melihat kelakuannya yang seolah tidak terjadi apa-apa ini.

"Minggir! Jangan ganggu aku!" Aku mendorong keras tubuh Ashlan kebelakang.

"Baby, apa yang terjadi padamu?"

"Ha? Apa maksudmu? Seharusnya aku lah yang bertanya seperti itu, dasar playboy!"

"Lucas!"

"Apa? Kau marah? Kau akan menghukumku? Aku tidak peduli. Kita bukan siapa-siapa, tidak ada hubungan apapun diantara kita jadi sekarang pergi!"

"Baby, katakan apa yang terjadi" Ashlan berusaha memegang tanganku lagi. Aku mundur selangkah untuk menjaga jarak dengannya.

"Tidak ada yang terjadi, aku hanya sudah lelah bersama mu" Dengan perasaan campur aduk, aku berusaha menjaga ekspresiku tetap datar. Ashlan menatapku tidak percaya.

Mendengar pengakuanku Dad – Oh bukan, Ashlan hanya menatapku, matanya berusaha mencari jawaban. Melihat tatapan intens nya aku segera menundukkan kepalaku melihat kebawah.

"Aku sudah punya kekasih baru jadi sekarang pergilah, aku sudah bosan denganmu. Apa itu kurang jelas?" Lanjutku.

Dari belakang Ashlan, aku melihat Danny berjalan kesini. Aku segera berlari dan merangkul Danny tepat seperti Ashlan merangkul wanita itu kemarin.

'BODOH! Kenapa aku masih berfikir tentang kejadian kemarin?!'

"Biar kuperkenalkan padamu, ini Danny. Dia adalah kekasihku"

Ashlan menatapku dengan mata yang menyiratkan kemarahan dan rasa sakit. Kenapa dia harus merasa tersakiti? Padahal dia yang sudah menyakitiku duluan, Ashlan bodoh!!!

"Danny perkenalkan, ini Ashlan"

Danny hanya tersenyum ke arah Ashlan, dia tahu bagaimana harus bersandiwara.

"Sekarang kau sudah mengerti kan?!"

"Maaf aku mengganggu mu Lucas, aku senang kita bisa saling mengenal meskipun cuma sebentar" Setelah berkata seperti itu Ashlan pergi meninggalkan kami berdua dan berjalan ke arah Maserati nya. Aku yakin sekarang Ashlan sedang menuju ke tempat wanita sialan itu. Ugh menyebalkan!

***

Sudah 1 bulan aku tidak bertemu Ashlan lagi, pekerjaanku di restauran membuatku sibuk sehingga aku tidak punya waktu untuk mengejar Ashlan ataupun memikirkannya.

'Hidup ini terlalu singkat hanya untuk memikirkan seorang pria saja'

Entah kenapa aku juga tidak pernah melihatnya makan di The Moon lagi, apakah sekarang dia mengganti restoran kesukaannya karena tak ingin melihat wajahku? Terserahlah, aku sudah tidak peduli. Apapun yang terjadi pada Ashlan sialan itu BUKAN URUSANKU!

"Hey baby Luc, mau nonton bareng nanti?"

"Danny berhentilah memanggilku seperti itu!"

"Manggil gimana? Kau tidak suka? Hmmm? Baby?"

"Danny~"

Danny hanya tertawa melihat ku kesal karena tingkahnya. Dulu aku tidak masalah mau dipanggil apapun oleh Danny, tapi sejak panggilan 'baby' itu mengingatkanku pada Ashlan, aku mulai membenci panggilan itu.

"Ayolah sweetheart, sudah saatnya kau move on"

"Apa maksudmu? Aku sudah move on dari dulu"

"Terus kenapa masih tidak mau kupanggil baby? Bukankah dari dulu kau suka dipanggil seperti itu?"

"Sekarang tidak lagi, oke!. Ini tidak ada kaitannya dengan apapun, aku hanya tidak menyukai panggilan itu!!"

"Baiklah... Baiklah... kalau begitu apa kau mau nonton?"

"Tidak, aku benci bioskop"

"Heh~ sekarang kau mulai membenci semua yang berkaitan dengan director ganteng itu"

"Danny!!"

Danny tertawa lagi.

Kami bekerja dengan sangat keras selama seminggu ini. New York sedang memasuki season dimana banyak traveler yang berkunjung. Restauran selalu penuh dengan orang kaya yang lapar. Aku bosan sekali, sesekali aku harus bersenang-senang.

"Danny, ayo kita nonton"

Danny hanya bengong mendengar tawaranku.

"Kau yakin?" tanyanya dengan nada bicara penuh drama

"Jangan berlebihan seperti itu Danny, aku hanya mengajakmu nonton bukan berperang"

"Bukankah kau tadi tidak mau?"

"Tadi. Sekarang mau"

Danny tersenyum hangat.

Sepulang kerja kami segera ke bioskop terdekat, memesan tiket film action terbaru dan menikmati waktu tenang ini bersama. Seolah bisa membaca fikiranku, setelah kejadian menyebalkan dengan Ashlan, Danny mengajakku tinggal dengannya untuk sementara. Selama seminggu itu aku tidur dirumah Danny. Aku tahu Ashlan tidak akan mencariku, dia punya mainan yang lebih menarik daripada seorang pelayan dekil seperti ku.

'Eh tunggu, kenapa aku memikirkan Ashlan? Bodoh!!!'

Satu jam kemudian filmnya selesai. Aku berpisah dengan Danny, kami pulang kerumah masing-masing. Tubuhku lelah sekali tapi entah kenapa aku selalu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sambil menunggu lampu penyebrangan berwarna hijau aku melihat layar billboard besar didepan ku. Layar itu sedang menayangkan Festival De Cannes secara live. Dengan ekspresi datar kuperhatikan setiap artist yang mengenakan pakaian indah disana. Tiba-tiba mataku menangkap sosok yang sangat tidak asing. Ashlan. Dia sedang berpose di depan kamera dengan tangannya yang menggandeng...

'Sh*t model itu lagi!'

'Kenapa aku harus melihat ini?!'

Kepalaku terasa berputar, tubuhku terasa panas karena emosi yang datang entah dari mana. Apa aku marah? Kenapa aku harus marah? Dia bukan milikku. Dia tidak pernah menjadi milikku. Aku mengusap mataku yang mulai berair. Aku merasa seperti anak kecil yang permennya direbut orang lain.

'Brengsek! Ashlan sialan! Kenapa dia... Akhhh menyebalkan!!!'

Aku mengepalkan tanganku, emosiku sudah berada diujung, aku ingin memukul seseorang. Kakiku secara otomatis berjalan ke club dimana aku bisa menemukan orang yang bisa kupukul, 'The Playroom'.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya seorang tukang pukul The Playroom dengan garang.

"Tentu saja karena aku ingin bersenang-senang, apakah kalian tidak tahu alasan sederhana seperti itu? Apa kalian tidak punya otak untuk berfikir?"

"Apa kau bilang?! Dasar bocah sialan! Minggir sebelum kubuat babak belur wajah mulus mu itu!"

"Ha?? Aku ini pelanggan, kalian tidak bisa memperlakukan pelanggan dengan kasar begitu!"

"Kau di black list dari club ini, Bocah! Enyah!!"

"Hanya club bodoh yang menolak seorang pelanggan setia seperti ku, oh iya~ aku ingat, The Playroom sekarang sudah bobrok sampai tidak bisa menambah satu orang pelanggan lagi!"

"APA?" Seorang yang terlihat seperti manager club ini terlihat sangat marah.

"Habisi bocah sialan ini!!" Perintahnya kepada dua orang tukang pukul tadi.

"Siap, Bossman"

"Oho aku tahu kalian tidak akan berani" Ucapku menantang.

"Tunggu!"

"Kau kan... yang di Wooden Box waktu itu"

"Apa kau mengenal ku?" Tanyaku padanya.

"Sialan! kau bocah yang tidak jadi kubunuh gara-gara Mr.Wright yang memback-up mu waktu itu, brengsek! Habisi dia cepat!!"

Tanpa peringatan dua orang tukang pukul tadi menarikku ke gang yang berada diantara gedung ini dan gedung sebelah lalu mereka memukulku secara bergantian.

"Brengsek, beraninya main keroyokan!"

Bugh! bugh! bugh!

Tiga pukulan mendarat di wajahku, kepalaku terasa berputar. Dengan seluruh tenaga kubalas pukulan mereka tepat diwajah, sayangnya para tukang pukul ini bukan orang biasa, mereka sama sekali tidak bergerak ketika kudaratkan pukulanku.

Salah seorang dari mereka tersenyum sinis, "Cobalah lebih keras lagi, Boy"

"Brengsek, diam kau!"

Kutendang perut salah satu dari mereka lalu kuberikan pukulan telak di wajahnya. Perlawananku tidak sia-sia, pria itu tersungkur sambil memegangi bibirnya yang terluka.

"Boleh juga kau" Ucapnya.

Melihat perlawananku yang ternyata lebih dari yang mereka bayangkan, pemukul satunya memegangi tanganku dari belakang dan mengunci gerakanku.

"Brengsek, lepaskan!!"

"Bodoh, kau pikir aku akan diam saja setelah kau pukul? Ohh.. kalau tidak salah aku dengar kau mainan barunya Ashlan Wright?!"

Mendengar nama Ashlan disebut mataku terbelalak, terkejut.

"Sepertinya tebakanku benar. Apa sekarang kau sudah dibuang olehnya? Dia sedang bersama model cantik itu di Cannes"

"Benar, laki-laki seperti mu tidak akan menjadi mainan yang memuaskannya" Lanjut tukang pukul yang satunya

Ucapan mereka benar-benar berhasil memancing amarahku. Dengan tenaga yang tersisa, aku mencoba melepaskan kuncian tukang pukul sialan ini.

"Shh tenang, Boy! jangan melawan, daddy mu tidak bisa kesini untuk menyelamatkan mu dari kami" Ucap pemukul itu dengan tawa yang membuatku semakin kesal.

"Dia bukan daddy ku!" Jawabku membela diri

"Ups sekarang mantan baby boy Ashlan Wright sedang marah, apa yang harus kita lakukan?"

"Ha Ha Ha... kau tahu boy? kau itu terlalu lugu untuk bersama pria seperti Ashlan. Bisa kuakui, dia memang seorang Dom yang terhormat. Tapi, dalam sebuah hubungan dia hanya pria yang suka main sana-sini"

"Tepat sekali dan kau hanya salah satu mainannya saja"

"Ha ha ha ha ha..." mereka tertawa bersamaan

"Brengsekk!!!" Teriakku marah, aku mencoba melepaskan kuncian orang ini lagi, tapi dia sangat kuat. Melihat aku yang terpancing emosi, tukang pukul yang berada di depanku segera mengambil tindakan.

Bugh! bugh! bugh!

Pukulan bertubi-tubi mendarat diseluruh bagian tubuhku. Aku tidak bisa bergerak dan membela diri, darah segar mengalir dari sudut bibirku, tubuhku terasa sakit semua. Kurasa malam nanti akhirnya aku bisa tidur juga.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous