1. BENIH DI PERUT TUNI
"Tuni? Aku di mana?" Bu Desi menatap bingung sekaligus takut melihat cahaya suram lampu dinding yang berada dekat Tuni berdiri. Bau aneh dan menyengat mengusik indera penciumannya. Hatinya menduga kalau itu adalah bau amisnya darah. Perutnya pun seketika terasa bergejolak
Tuni melangkah pelan mendekati Bu Desi. Matanya yang tajam menatap dokter itu dengan pandangan menusuk.
"Ibu mencari Martinah, bukan?" Getirnya nada bicara Tuni membuat Bu Desi menangkap ada hal yang tidak beres.
"Katakan! Di mana Martinah?"
Tuni menyeringai. Sejenak dia menghela napas dalam-dalam. "Apa Ibu tidak mencium bau pekatnya darah?"
"Kau! Apa yang telah kau lakukan, Tuni?" Debaran di dada Bu Desi semakin cepat. Keringat dingin seketika menyergap tubuhnya. Bukan pada rasa takut, tapi pada kekhawatiran atas nasibnya Martinah.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis