Tak terasa,tujuh hari berlalu dengan lambat. Mereka menanti kehadiran Afka hingga membuat setiap harinya seakan menyiksa,berjalan dengan lambat bersamaan dengan harapan. Orang-orang terdekat Afka rutin berkunjung satu persatu. Mereka bergantian berjaga,walaupun Bi Bina selalu stand by di sana menemani Afka dan mengurusnya 24 jam.
Yang ditunggu sepertinya tidak sadar diri. Afka belum ada tanda-tanda untuk bangun sedikitpun,bahkan para dokter selalu menekankan untuk tidak berekspetasi tinggi. Para petugas medis selalu mengatakan bahwa harapan Afka untuk bangun kurang dari lima puluh persen. Akan tetapi,orang-orang terdekat Afka yakin bahwa dia akan sadar dan sehat seperti sedia kala.
Ghirel membuka pintu ruangan Afka,lagi-lagi helaan nafas kasar yang ia hembuskan. Ghirel meletakkan tas sekolahnya di atas sofa lalu duduk di dekat Afka yang masih setia memejamkan matanya.
Semoga feelnya sampai ke kalian ya,aku ngetik chapter ini sambil nangis:’(