Télécharger l’application
87.5% Granny’s House / Chapter 35: Jihan kenapa?

Chapitre 35: Jihan kenapa?

"Sedang buat apa Al?" Tanya Nenek yang baru saja memasuki ruang dapur dan mendapati Aldrian tengah mengaduk sesuatu didalam panci berukuran sedang, lalu tanpa mengalihkan pandangannya Aldrian lantas menjawab dengan amat singkat "Bubur" katanya. Mendapati jawaban singkat seperti itu, membuat Nenek mendengus sudah terlampau biasa mendapati jawaban minim dari cucunya yang satu itu. Jika dibandingkan dengan cucunya yang lain Daniel misalnya yang terlalu kelebihan energi, Al ini kebalikannya Daniel, alias minus energi, Alias pemalas, dan alias tukang tidur, terlalu banyak alias yang ber-arti buruknya tapi melihat hari ini aktif sekali sampai berkutat di dapur pantas membuat nenek keheranan sekaligus penasaran dengan apa yang dilakukannya.

"Kamu kerasukan setan apa Al?" Tanya Nenek asal.. membuat Aldrian memutar tubuhnya menatap nenek tajam, enak saja ganteng begini dibilang kerasukan, setan juga minder kali masuk ketubuh orang ganteng.. "Nenek lampir!" Sahut Aldrian kembali memfokuskan dirinya pada masakannya. "Yee nenek tanya serius juga" Aldrian mendengus "Mana ada nanya serius kaya itu. Ada juga nenek kerasukan dedemit apa? rambut sudah kaya gulali begitu" maka tanpa keraguan didalam hati nenek, dan semangat juang 45 membalas dendam, nenek memukul punggung belakang Aldrian dengan keras sampai-sampai Aldrian terlonjak dan hampir menumpahkan buburnya.

"Aduh nenek sakit!!"

"Salah sendiri, siapa suruh kurang ajar. Lagian Kamu tuh masak buat siapa? Kalau mau bubur minta saja bibi yang masakan. Tenang saja, Nenek tahu gak akan sarankan istri kamu yang masak. Nanti bukannya masak, istri kamu malah gak sengaja bakar rumah" Aldrian terkekeh mendengar kalimat jujur neneknya, memang Jihan gak ada bakat sama sekali buat masak.

"Justru buat Jihan nek"

"Ya minta saja buatkan bibi. Kenapa Jihan makan bubur? seharian ini nenek juga gak lihat dia. Biasanya radius 5km suaranya sudah terdengar. Cempreng banget istri kamu tuh"

"Jihat sakit, dia gakbisa makan bubur buatan orang lain"

"Jihan sakit bang?" Tanya Jimmy yang terlihat cemas mendengarnya, ia baru saja datang saat mendengar aldrian mengatakan Jihan sakit. "Eh Jim! Iya sakit" jawab Al cepat. Lantas Jimmy mendekat dan melihat bubur yang masih diaduk Al, kerutan dikeningnya muncul begitu saja "Sakit apa? Kok bisa sakit?" Tanyanya panik

"Demam biasa, kemarin hujan-hujanan."

"Terus kenapa dikasih bubur bang? Abang gimana, Jihankan gaksuka bubur bang, nanti bukannya dimakan malah dibuang, jadinya malah gak makan dan gak sembuh-sembuh"

"Memangnya Jihan tidak suka bubur?" Tanya nenek yang dijawab cepat Jimmy "Enggak nek, Jihan tuh gaksuka bubur"

"Jim!! Relaks.. ada apa denganmu? Memang Jihan tidak suka bubur buatan orang lain, katanya rasanya aneh, tapi dia suka dengan buatan abang kok, abang biasa buatkan bubur kalau dia sakit" jelas Aldrian bingung dengan sikap adiknya. Maka Jimmy yang menyadari sikapnya hanya mengusap tengkuknya menunduk. "Eh, iya bang! Maaf" ucapnya tanpa tahu lagi harus berkata apa, dalam hatinya ia merutuki sikapnya barusan yang mampu membuat Aldrian curiga padanya.

"Aku tahu kau cemas dengan kakak iparmu, terimakasih sudah mencemaskannya. But i can handle it!" Sambung Aldrian seolah menampar Jimmy, menyadarkan bahwa Jihan sudah benar-benar tidak bisa dijangkau.

🍀🍀🍀

"Jihan bangun.." Aldrian mengguncang tubuh istrinya yang terbalut selimut tidur meringkuk didalamnya. Ini sudah panggilan ketiga saat ia memasuki kamarnya dan meletakkan buburnya diatas nakas, kemudian membangunkan istrinya. Gemas karena tidak juga bangun, Aldrian mengecup seluruh area wajah Jihan agar Jihan merasa terganggu karenanya. Dan benar saja tak lama wanita itu menggeliat dan membuka matanya perlahan.

"Al... jangan ganggu..." ucapnya dengan mata sayu, menahan wajah suaminya yang hendak menciumnya lagi.

"Wake up! Kau harus makan" kata Aldrian menarik selimut yang hendak menutupi wajah Jihan, wanita itu enggan untuk membuka matanya. "Tidak mau Al" balasnya membuat kening Aldrian berkerut tak suka.

"Aku sudah membuatkanmu bubur"

"Tapi perutku mual, aku lemas sekali, bahkan untuk membuka mata"

"Jangan alasan! Justru itu kau harus makan lalu minum obat, bagaimana bisa sembuh kalau tidak makan. Dari pagi kau belum makan."

Aldrian tidak menyerah mengangkat tubuh istrinya yang menggerutu lantaran tidurnya terganggu untuk duduk dan bersandar pada sandaran ranjang. Jihan benar-benar lemas, entah kenapa sejak pagi perutnya terus mual, ia tidak bernafsu makan apapun, juga pusing yang terus melanda kepalanya. Ini pertama kalinya ia seperti itu, dan itu sangat menyebalkan untuk Jihan yang kelewat aktif.

Setelah Duduk degan benar, Aldrian lantas meraih bubur yang ia buat, dengan perlahan ia menyendokan nasinya lalu menyuapi Jihan yang masih terpejam. "Buka mulutmu" katanya mengintruksi, dan Jihan tanpa membantah membuka mulutnya untuk dimasukan bubur buatan suaminya.

"Ini akibatnya tidak pernah mendengarkan suami bicara" Jihan membuka matanya perlahan menatap tajam Aldiran yang tak kalah tajam menatapnya "tck siapa yang tidak mendengarkan sih?" Sahut Jihan suaranya serak dan pelan, membuat Aldrian tidak tega mendengarnya.

"Tentu saja kau wanita nakal!! Sudah Kubilang jangan main hujan kau masih saja membantahku"

"Daniel menghasutku Al" Jihan mengakui kesalahannya, ia kembali memejamkan matanga sebab pusing kembali menghantam kepalanya. "Kau lebih mendengarkan bocah itu daripada aku?"

"Aldrian jangan marah-marah sama orang sakit. Nanti sakitnya gak hilang-hilang, mau aku sakit terus?"

"Lain kali kalau lebih mendengarkan Daniel, suruh dia yang merawatmu!"

"Mr. Grissham, aku minta maaf oke.. jangan marah-marah terus, kasihani istrinya ini.. hmmm..." Aldrian mendengus sembari menyuapkan buburnya kembali kedalam mulut Jihan. "Aku tidak marah Jihan.." Aldrian mengusap bibir bawah Jihan yang terkena bubur. "Aku mencemaskanmu.." katanya lirih membuat Jihan membuka matanya. Dan mendapati tatapan cemas dari sorot mata elang itu. Lalu tangannya mengusap pipi Aldrian pelan "aku baik-baik saja" katanya tak melepas senyumannya. Kemudian helaan nafas kembali terdengar dari bibir tipis Al

"Aku mungkin pria dingin, kasar, egois, bahkan terlalu apatis dengan hal-hal kecil yang menurutmu terkadang merupakan hal besar. Aku bukan pria romantis, irit bicara, melupakan ulang tahunmu, apa yang kau suka, bahkan melupakan bagaimana menjadi suami yang baik untukmu tapi satu hal yang tidak bisa aku abaikan dan aku lupakan yaitu kesehatanmu Jihan, aku sangat khawatir mendapatimu sakit, kau membuatku terus-terusan cemas dan tidak tenang, dan itu jauh lebih menyebalkan daripada mendapat ocehan dari mulutmu! Kau adalah tanggung jawabku, sumber kekuatan dan kelemahanku. Jadi tolong aku menjaga dirimu sendiri"

Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Aldrian katakan selama ia menikah. Hanya karena demam biasa Aldrian begitu cemas kepadanya, dan berbicara begitu manis kepadanya membuat Jihan yang mendengarnya berkaca-kaca karena terharu.

"Oh Aldrian itu manis sekali, kemari aku ingin memelukmu" setelah meletakkan mangkok bubur Jihan yang kosong, Aldrian membawa Jihan kedalam pelukannya dan mengecup pucak kepala istrinya. Sumpah Aldrian sayang sekali dengan Jihan.

"Sudah jangan menangis, suaramu seperti kodok. Dasar cengeng"

"Ah Kembalikan Aldrian yang tadi. Mau Al yang itu aja, yang ini menyebalkan" ujar Jihan kecewa yang dibuat-buat.. Lalu Aldrian menangkup kedua pipi Jihan, dan mengecup kecil-kecil seluruh permukaan wajah Jihan dengan gemas "Sayangnya hanya ada Aldrian yang cool saja" Jihan menghela nafasnya, bibirnya mengerucut lucu. "Menyebalkan!"

"Sayang kalau mau sembuh harus berkeringat. Dan aku tahu cara menyenangkan untuk berkeringat. Ingin coba?"

"Hah?? Memangnya ad— hmmp" Aldrian buru-buru membungkam mulut Jihan dan melumatnya dengan pelan.

🍀🍀🍀

Pagi-pagi sekali Jihan sudah buru-buru kekamar mandi dan memuntahkan semua isi didalam perutnya, Aldrian yang mendengar segera membangunkan tubuhnya kaget dan menghampiri Jihan yang polos tanpa busana seperti dirinya akibat pergulatan mereka semalam.

"Sebenarnya kau ini kenapa?" Jihan menggeleng sebagai jawaban, ia sendiri juga tidak tahu selain terasa lemas sekali sehabis mengeluarkan semuanya. Bahkan hampir merosot kelantai kalau saja tidak buru-buru ditahan Aldrian. Maka dengan cepat Aldrian mengangkat tubuh Jihan dan kembali membawanya ke ranjang.

"Aku merapikan kekacauan ini dulu sebentar ya, baru kupanggilkan bang Darren" Jihan hanya mengangguk sebagai balasan, ia tidak sanggup membuka mulutnya dan membenamkan setengah wajahnya kedalam selimut. Lalu dengan cekatan, Aldrian mengenakan pakaian baru dari lemari, merapikan pakaian Jihan juga dirinya bekas semalam yang tergeletak mengenaskan dilantai. Kemudin ia memakaikan baju kepada Jihan, baru menemui Darren setelah jihan telah rapi, karena tidak mungkinkan dia membiarkan Darren memeriksa istrinya dalam kondisi menggiurkan begitu? Enak saja itu aset miliknya!!

"Sepertinya ada sesuatu didalam perut Jihan" ucap Darren membuat Aldrian menegang, karena Darren mengatakannya dengan wajah serius, bahkan Jihan dan nenek yang ikut masuk kedalam kamar Aldrian dilanda cemas yang luar biasa. "Perut Jihan kenapa bang?" Jihan tidak tahn bertanya

"Ada daging yang nantinya terus tumbuh Jihan" jelas Darren

"Hah!!! Jihan ada tumor? Al!!!" Teriak Jihan yang mulai menangis, Aldrian segera memeluk istrinya, ia pun tampak terkejut luar biasa.

"Yang benar Darren? Kamu jangan salah periksa!" Nenek ikut menimpali.

"Serius nek, diperut jihan ada gumpalan, nanti semakin lama semakin besar. Tumbuhnya sebesar ini.." Darren menunjukan sebesar apa perutnya nanti, Jihan yang melihat semakin menjerit histeris, membuat adik sepupunya yang mendengar diluar buru-buru masuk kedalam dengan pandangan bingung. Kenapa? Kenapa?

"Astaga Jihan kasihan sekali kamu" nenek mengusap kepala Jihan.

"Gumpalan itu—"

"Sudah jangan diteruskan, tega sekali kamu mengatakannya Darren"

"Tapi Darren memang harus mengatakannya nek, kalau gumpalan diperut jihan nantinya juga tumbuh tulang.. otak.. jari jemari yang kecil, kaki dan sebagainya tumbuh disana"

Tangis Jihan mereda meski masih sesegukan, Aldrian melihat wajah Darren serius, tunggu? Kenapa tumbuh kaki? Ini gumpalan tumor atau ubur-ubur. "Bang, Al gak ngerti!" Sahut Aldrian cepat, jika asumsinya benar, apakah Jihan??

Darren terkekeh, melihat Jihan jenaka "selamat Jihan, kamu akan menjadi seorang ibu!" Katanya kemudan membuat seluruh orang didalam sana mematung sampai-sampai Darren harus menyadarkannya satu bersatu seperti sebuah game!

🍀🍀🍀

Daniel jangan dicariin terus, lagi indehoy nyanyi tiktok di kamar. Kasian abang yang lain juga mau eksis cynnnnnn. Ekwkwkwk sekarang nikmati dulu cerita romantis2y ya yang alfdikan ha ds


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C35
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous