Gelora 💗 SMA

Aku sudah menggunakan baju rapi, saat salah satu temanku datang menghampiri di depan rumah. Cowok berkulit sawo matang itu telah bertengger di atas body motor matic-nya. Dia sudah lengkap mengenakan seragam putih abu-abu, tapi kemejanya berantakan keluar dari jepitan celana panjangnya dan kancing bajunya dibiarkan terbuka satu, sehingga memamerkan sedikit tulang dadanya yang nampak menonjol.

Rudy
Dia adalah Rudy, teman sepermainan sekaligus tetanggaku. Berbeda dengan penampilan Rudy yang agak selengekan, aku cenderung lebih tertib dan teratur. Apa yang aku kenakan lebih rapi dan lebih ber-stylish.
O, ya ... namaku Ricopolo dan biasa dipanggil Polo atau cukup dengan sebutan, Poo. Aku bersuku Jawa dan berasal dari keluarga yang cukup terpandang di desaku. Umurku masih berkategori brondong unyu-unyu karena baru menginjak usia 16 tahun dan masih duduk di bangku kelas XI. Wajahku biasa saja, tapi banyak orang yang menyatakan kalau aku ini adalah cowok berparas kinyis-kinyis yang super manis. Kulitku bersih nyaris putih, dengan mata yang agak sipit seperti orang China. Mereka bilang aku mirip oppa-oppa Korea, karena gaya rambut dan berpakaianku memang mengikuti K-Pop style yang memang sedang digandungi di kalangan anak muda jaman now.

Poo
Oke ... pagi ini, aku dan Rudy akan berangkat ke sekolah SMK yang lumayan favorit di daerahku, jaraknya cukup jauh sehingga kami berdua menggunakan sepeda motor inventaris dari orang tua kami masing-masing sebagai moda transportasi untuk mengakses ke gerbang sekolah tersebut.
Setelah memakan waktu lebih kurang 30 menit, akhirnya aku dan Rudy sampai juga di almamater kami tercinta ini. Kami langsung memarkirkan motor-motor kami di tempat khusus parkiran kendaraan siswa. Lalu tanpa banyak kata lagi, aku dan Rudy bergegas ke ruang kelas kami masing-masing karena aku dan dia berbeda ruang kelas jadi kami terpaksa harus berpisah.
''Polo!'' seru seseorang menyebut namaku ketika aku berjalan di sebuah koridor. Aku langsung mendongak ke sumber suara itu dan aku melihat sesosok penampakan yang cukup familiar di indera penglihatanku.
''Hai ... Kim!'' sapaku pada cowok berkulit eksotis, berbadan agak gempal dan sedikit pendek itu.

Akim
''Apa kabar, Bro?'' balas si Akim ini dengan entengnya.
Tangannya langsung menyambar tanganku dan menjabat telapak tanganku dengan sangat erat.
''Alhamdulillah baik, Bro ...'' jawabku dengan melepaskan senyuman cute.
''Iiihh ... makin hari makin ganteng aja kamu, Poo ...'' Akim mencolek pipiku dengan gemas.
Aku hanya nyengir menunjukkan gigi-gigiku yang putih dan rapi. Entahlah ... aku kadang tidak tahu apa yang ada di otak si Akim ini, tiap hari kerjaannya selalu menggodaku. Terkadang dia memujiku, tapi terkadang pula dia mengejekku. Tingkahnya agak aneh dan konyol. Dan satu hal yang membuatku sedikit bingung dan berpikir tentang kenyelenehan pada diri salah satu teman sekelasku itu. Akim ini sering sekali mencolek area selangkanganku dan berusaha meremas perkakas pribadiku. Aku masih tidak mengerti dari sikapnya itu, apakah hanya keisengan dia semata atau memang dia memiliki kelainan dalam orientasi seksualnya. Aku tidak terlalu jauh untuk memikirkannya, karena setiap dia akan beraksi, aku sudah siap pasang kuda-kuda untuk menangkis dan menepis tangannya yang nakal dan cabul itu.
Secara fisik, Akim itu nampak biasa-biasa saja, gestur dan pembawaan dirinya juga masih menunjukan gelagat yang wajar dan normal-normal saja seperti cowok remaja pada umumnya. Bahkan meskipun agak gempal dia memiliki dada yang bidang dan perut kotak-kotak seperti bentukan pria-pria di tempat gym. Yang membuatnya sedikit berbeda dan bisa dibilang miring hanya hobby-nya yang suka colak-colek selangkangan teman-teman cowoknya. Apakah perbuatan Akim adalah salah satu ciri-ciri pria gay? I don't know.