Rich dan Nara take off dari Spanyol dan menuju LA untuk memberikan surat Brian pada Vanessa. Dua jam lagi mereka akan berada di LA.
Rich belum mengunjungi makam Brian. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Brian Telah meninggal dunia. Ia pergi ke LA hanya karna permintaan Brian disurat terakhirnya.
Mereka tiba di LA. Rich menyetir menuju perumahan Elit dimana kedua orang tua Brian tinggal.
"Kamu tau jalanan di LA? Kalo gak biar aku aja yang nyetir" kata Nara.
"Aku juga pernah liburan di LA saat kuliah bersama Brian. Sebenarnya kami pergi ke seluruh wilayah Amerika. Jadi kami gak perlu khawatir, aku tau seluk beluk jalanan disini" jelas Rich.
"Maaf harus mengungkit kejadian saat kamu berlibur bersama Brian" Nara merasa bersalah.
"Gak masalah. Itu kenangan indah. Kamu tau? Brian dan Vanessa juga bertemu di kota ini. Yah tapi mereka sempat berpisah terus kembali lagi saat Brian Selesai kuliah dan membantuku mengelola bisnis, Vanessa pindah ke Spanyol demi Brian" Ucap Rich dengan sesekali tertawa.
Rich lalu menceritakan tentang liburannya bersama Brian selama musim panas di Amerika. Dia sesekali tersenyum saat bercerita namun diakhir cerita Rich meneteskan beberapa bulir air mata. Nara mengusap-usap punggung suaminya agar tegar.
"I Miss him so much, Nara" ucap Rich.
"Kita semua juga merindukannya" kata Nara.
Rich menyeka air matanya. "Kita udah sampai. Ayo turun"
Rich dan Nara masuk ke dalam Rumah orang tua Brian. Vanessa keluar dari kamarnya lalu berjalan ke ruang tamu dan memeluk Rich dengan sangat erat lalu menangis. Rich mengelus-elus rambut Vanessa agar lebih tenang.
"Jangan terlalu dipikirkan. Gak baik untukmu dan juga bayimu" kata Rich.
"Aku ingin mengunjungi makamnya" pinta Vanessa.
"Kamu belum diperbolehkan melakukan perjalanan panjang. Aku yakin Brian juga gak akan ngizinin" tolak Rich.
"Aku sangat merindukannya, Rich" Vanessa terisak dan melepaskan pelukannya dari Rich.
"Saat kamu udah diperbolehkan melakukan perjalanan panjang, kita akan ke makam Brian, oke?" Rich mencoba menghibur Vanessa.
Vanessa mengangguk setuju. Ia melirik Nara lalu memeluknya.
"Kamu wanita yang kuat Vanessa, kamu pasti bisa melewati ini" Nara menegarkan Vanessa.
Vanessa mengangguk lalu melepaskan pelukannya dan mempersilahkan Rich dan Nara duduk.
Mama Brian bergabung bersama mereka di ruang tamu. Rich menceritakan maksud kedatangannya ke LA. Ia dan Nara juga mengatakan turut berbelasungkawa atas kepergian Brian. Tak lupa juga mereka memberikan selamat untuk Vanessa karna akan menjadi seorang Ibu.
"Ini. Brian menuliskan ini untukmu sebelum operasi itu dilaksanakan. Apa yang ingin dia katakan semuanya ada disini" Rich menyerahkan sebuah surat pada Vanessa.
"Gracias Rich!" Vanessa mengambil surat itu dari tangan Rich.
"Kalo gitu kami pamit pulang" pamit Rich.
"Kenapa buru-buru? Kalian akan pulang ke Spanyol hari ini?" Tanya mama Brian.
"Gak aunty. Kami akan liburan disini selama seminggu" jawab Rich.
"Kami permisi aunty. Bye Vanessa" pamit Nara dan memeluk Vanessa.
"Bye Nara! Bye Rich!" Vanessa memeluk Rich.
"Jaga kesehatan mu, oke! Jangan banyak pikiran" pesan Rich.
Vanessa mengangguk. Rich dan Nara pamit pulang dari Rumah orang tua Brian. Mereka menuju Hotel yang sudah mereka pesan untuk seminggu di LA.
*** *** ***
Ini adalah hari ketiga Rich dan Nara di LA. Mereka belum berpergian kemanapun dua hari terakhir karna suasana hati Rich yang masih berduka.
"Rich bangun. Udah pagi sayang!" Nara membangunkan Rich.
Rich berdecak dan membuka matanya. Nara duduk dimeja rias dan sedang mengeringkan rambutnya.
"Baru mandi, sayang?" Tanya Rich sambil memeluk Nara dari belakang.
"Iya. Kamu mandi sana" kata Nara.
"Males. Aku mau nonton dulu" Rich mencium puncak kepala Nara dan berjalan ke sofa.
"Iihhh dasar bau!" Ejek Nara.
"Biarin" Rich menghidupkan TV dan bersantai.
Rich menonton TV sedangkan Nara mengeringkan rambutnya. Setelah itu ia memilih baju yang akan ia kenakan. Setelah itu ia berjalan mendekati Rich.
"Rich mandi sana. Aku lapar" rengek Nara.
"Bentar lagi" kata Rich.
Nara mematikan TV karna kesal Rich mengabaikan perkataannya.
"Kenapa dimatikan?" Tanya Rich.
"Mandi sana!" Jawab Nara.
"Bentar lagi" kata Rich.
Nara berdecak kesal dan berjalan ke tempat tidur dengan wajah kesal. Rich yang tahu kalo Nara sedang merajuk lantas mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
15 menit kemudian Rich Selesai mandi dan keluar dengan handuk di pinggangnya. Rich mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil dan berjalan mendekati nara yang sedang bermain ponselnya.
"Aku udah selesai mandi" kata Rich melompat ke tempat tidur.
Nara tak berkomentar apapun dan sibuk dengan ponselnya.
"Pilihkan baju untukku terus kita sarapan di kafe" rayu Rich.
Nara juga tak berkutik. Dia masih sibuk dengan ponselnya dan mengabaikan Rich yang berada di sebelahnya.
"Oh ayolah Nara, aku tau aku salah dan aku minta maaf" bujuk Rich.
Nara hanya melirik dengan ekspresi kesal lalu membuang kembali pandangannya.
"I say I'm Sorry. Please don't get angry again" Rich memohon.
Nara bangun lalu berjalan ke lemari dan mengambil Jeans Navy dan kemeja putih lalu memberikan itu pada Rich tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Apa kamu udah maafin aku?" Tanya Rich.
Nara menolak untuk menjawab. Dia beranjak pergi namun rich langsung mencegatnya. Rich menarik tangan Nara sehingga ia bisa mencium pipi Nara.
"Iihh nyebelin!!" Kata Nara saat Rich mencium pipinya.
"Biarin" balas Rich.
"Ganti baju sana!" Kata Nara.
"Siap bisa!" Rich bangun dari tempat tidur dan mengganti pakaiannya sedangkan Nara keluar dari kamar dan menunggu di lobby hotel.
*** *** ***
Rich dan Nara pergi ke kafe terdekat dengan Hotel. Mereka sarapan dengan memesan pancake dan segelas Coffe.
"Kenapa dikit banget makan? Tadi katanya lapar?" Tanya Rich saat melihat Nara hanya memakan sebagian pancake nya.
"Entahlah. Mood Ku menurun sejak pagi tadi" jawab Nara.
"Apa kamu masih marah?" Tanya Rich.
"Aku gak tau" jawab Nara cuek.
"Ayo makan, nanti kamu sakit" kata Rich.
"Aku gak lapar" kata Nara.
Rich membanting garpu yg ada di tangan kirinya. Nara terkejut dengan reaksi Rich.
"Nara, tolonglah! Aku sedang mencoba untuk menghibur diri karna kepergian Brian. Tolong kamu jangan menambah Rasa sakit yang ada di kepalaku ini" kata Rich kesal.
Nara tak merespon ataupun menjawab perkataan Rich
"Aku minta maaf tadi keras kepala. Apa permintaan maaf ku gak cukup? Tolonglah Nara, kita sudah sangat dewasa. Jadi jangan bertengkar karna hal kecil" suara rich menurun dan terdengar lembut.
Nara hanya terdiam mendengar perkataan Rich.
"Baiklah kita pulang aja sekarang karena hari ini kamu lagi gak mood jadi kita di kamar aja. Padahal hari ini aku udah mesan dua tiket untuk kita nonton bola nanti sore. Tapi lupakan itu, aku akan membatalkan nya" ucap Rich.
Rich memanggil pelayan dan meminta bill. Setelah itu Rich bangun dari duduknya dan ingin beranjak pergi namun Nara langsung menghentikan Rich dengan mencegat Tangannya.
"Maaf aku terlalu kekanak-kanakan" ucap Nara merasa bersalah.
Rich berbalik dan berlutut dihadapan Nara.
"Aku tau aku salah tadi pagi karna gak dengerin kamu. Aku minta maaf dan kamu memaafkan aku. Jadi sekarang kita bisa pergi bersenang senang, oke" Rich tersenyum menatap Nara.
Nara mengangguk dan tersenyum.
"Ayo kita pergi" kata Rich sambil berdiri dan menggenggam tangan Nara.
*** *** ***
Rich dan Nara berada di salah satu pantai terindah di dunia yang terletak di California. Rich memakai celana pendek putih diatas lutut dan tidak memakai baju. Dia membiarkan otot perutnya terbuka. Nara memakai celana pendek biru soft diatas lutut dipadu dengan tank top putih.
Mereka berjalan di pinggir pantai dengan mengayunkan tangan mereka. Nara terlihat sangat bahagia, begitu pun dengan Rich. Mereka berhenti. Rich memegang pinggang Nara dan Nara mengalungkan tangannya di leher Rich lalu mereka berciuman.
"Love you" ucap Nara.
"Love you more" balas Rich.
Mereka kembali melanjutkan jalan jalan di pinggir pantai tanpa alas kaki. Rich membelikan dua hotdog untuk mereka dan menikmatinya di kursi berjemur.
"Setelah ini kita kemana?" Tanya Nara sambil menyantap hotdog nya.
"Kita ke stadion bola. Ada pertandingan seru antara AC Milan vs Chelsea" jawab Rich.
"Oh ya? Pasti Chelsea yang bakal menang" kata Nara.
"Gak. Aku yakin AC Milan yang bakal keluar sebagai pemenang"
"Kita lihat Nanti"
Mereka bercanda tawa sambil menikmati hotdog dan berjemur di bawah sinar matahari.
"Kamu bisa berselancar?" Tanya Rich.
"Bisa. Tapi aku lagi gak mau" jawab Nara.
"Kalo gitu aku harus berselancar sendiri. Kamu tunggu disini, oke" kata Rich.
Nara mengangguk setuju. Rich pergi berselancar dan Nara hanya berbaring di kursi berjemur sambil menikmati pemandangan dan musik lewat MP3 nya.
*** *** ***
Rich dan Nara sudah berada di stadion bola. Mereka membeli dua kaleng Pepsi cola dan dua potong hotdog untuk mereka nikmati saat pertandingan dimulai nanti. Rich memesan kursi VVIP. Jadi mereka duduk terpisah dan duduk diantara orang orang tertentu seperti tamu undangan, presiden, menteri menteri, dan orang orang kaya serta berpengaruh. Dalam artian kursi ini tidak semua orang bisa mendudukinya.
"Kenapa harus disini Rich?" Tanya Nara yang sedikit risih dengan posisi yang dipilih Rich.
"Memang kenapa?" Tanya Rich balik.
"Gak nyaman aja. Disini kan hanya ada orang orang penting. Gak seru" jawab Nara.
"Sebenarnya kita ini tamu undangan" kata Rich.
"Tamu undangan? Gimana bisa?" Tanya Nara heran.
"Manager AC Milan itu kakak kelas ku saat di senior high school dan aku juga berteman baik dengan duta besar Spanyol yang bertugas di Amerika" jelas Rich.
"Yang bener? Aku sih gak bakal percaya" Nara meremehkan.
"Terserah kamu mau percaya atau enggak. Lihat itu, Manager AC Milan dan duta besar Spanyol berjalan ke arah kita" kata Rich.
"Welcome to America, Mr and Mrs Rich" sambut manager AC Milan.
"Thank you!" Rich berjabat tangan dengan manager AC Milan.
"Aku gak nyangka kamu akan datang" kini duta besar berjabat tangan dengan Rich.
"Aku pasti datang. Ini kan pertandingan seru" Rich tertawa.
"Aku sudah mendengar berita tentang Brian. Aku turut berdukacita, Rich" kata Duta besar.
Rich terdiam sesaat mendengar ucapan belasungkawa dari duta besar.
"Aku juga turut berdukacita. Aku gak. Nyangka dia pergi secepat itu" tambah Manager AC Milan.
"Thank you so much" Rich mencoba menguatkan diri dan tersenyum.
"Oh ya, kenalin ini Nara Holmes" Rich mengalihkan pembicaraan dan mengenalkan Nara pada mereka berdua.
"Holmes? Bukannya kalian sudah menikah?" Tanya duta besar heran.
"Oh maaf aku lupa kalau kalian hadir di pernikahan kami. Ya, Dia Nara Collingwood. Istri dari Rich Collingwood" Rich meralat perkataannya.
"John Colle" Duta itu mengulurkan tangannya.
"Nara Collingwood" Nara berjabat tangan dengan duta itu.
"Robert Whitteker" Manager AC Milan memperkenalkan diri.
"Whitteker? Kamu berasal dari keluarga Whitteker?" Tanya Nara kaget mendengar Nama Keluarga Robert.
"Aku kakak dari Samuel Whitteker, Mantan letnan dua FBI" jawab Robert.
"Kenapa Sam gak pernah cerita?" Tanya Nara heran.
"Aku tahu kalian sempat berpacaran tiga tahun lamanya. Tapi sayangnya adikku berubah dari seorang FBI menjadi psikopat dan akhirnya kalian berpisah saat kau menikah dengan Mr. Rich" kata Robert.
"Kamu tahu tentang keluarganya, Rich?" Tanya Nara.
"Yah aku tahu. Jarak antara aku dan Robert terpaut satu tahun" jawab Rich.
"Dan jarakku dengan Samuel adalah dua tahun" tambah Robert.
"Aku mengerti sekarang. Jadi kamu itu adik dari mantan kekasihku dan sekarang kamu teman baik suamiku. Jadi mari kita berteman" Nara tersenyum dan berjabat tangan dengan Robert.
Dengan berbincang ringan mereka menikmati pertandingan antara AC Milan vs Chelsea. Pertandingan berakhir dengan AC Milan sebagai pemenang. Rich tertawa girang karna jagoannya menang.
*** *** ***
Rich membawa Nara kembali di pantai pada malam harinya. Rich menyuruh Nara duduk langsung diatas pasir pantai dan Rich memasangkan penutup mata pada Nara.
"Ngapain sih Rich?" Tanya Nara penasaran.
"Udah tunggu aja" jawab Rich.
Rich berlari kedepan hingga tumitnya menyentuh ombak ombak kecil laut. Ia lalu membakar kembang api yang ia sembunyikan di balik punggungnya tadi. Sambil menunggu sumber kembang api terbakar ia memanggil Nara.
"Sekarang buka matamu, Nara" teriak Rich.
Nara membuka penutup matanya. Saat ia membuka matanya ia langsung menatap Rich yang sedang mengarahkan kembang api ke langit. Lalu ia pun melihat ke atas langit. Ada tulisan 'I Love you, Nara!' yang di buat oleh kembang api Rich.
"Love you too!" Balas Nara berteriak.
Tembakan kedua bertuliskan 'I need you, Nara!'
"I need you too, Rich" Balas Nara yang mulai kegirangan.
Tembakan ketiga bertuliskan 'Don't leave me alone, Nara!'
"Never! Never, Rich!" Kata Nara.
Rich tersenyum lalu membuang kembang api itu. Rich memberikan isyarat pada Nara agar menghampirinya. Nara pun berlari memeluk Rich dengan sangat erat. Setelah memeluk Rich, ia pun mengecup bibir Rich.
"You happy?" Tanya Rich.
"Verry Verry Happy! Thank you Honey!" Jawab Nara dengan memeluk Rich kembali.
"Udah tengah malam. Ayo kita pulang" ajak Rich.
Nara mengangguk setuju. Rich menggendong Nara di punggungnya dan Nara memeluk leher Rich dengan manja dan sesekali usil.
*** *** ***