Aku tahu ada yang berubah. Wajah Mbak Anin terlihat lebih fresh hari ini. Apa itu pengaruh kencannya yang sukses kemarin malam itu? Bisa jadi.
"Ehem! Ada yang happy nih," godaku begitu Mbak Anin memasuki kantor.
Dia memukul gemas lenganku malu-malu. "Diem, jangan ngomong yang enggak-enggak atau nyebarin gosip," bisik Mbak Anin.
Aku berdecak. "Itu kabar baik, Mbak. Ngapain ditutup-tutupi?"
"Gue malu."
"Astaga! Lu malu Mbak? Gue pikir urat malu lu udah putus." Aku tergelak.
"Sialan."
Aku menggeret lengan Mbak Anin menuju mejaku. Sumpah aku kepo maksimal dengan kencannya waktu itu. Ruben nggak bisa memberikan info apa pun untuk mengobati rasa kepoku.
"Mbak, gimana Ruben menurut lu? Sesuai kriteria lu nggak?" tanyaku antusias. Mbak Anin tersenyum malu-malu lantas mengangguk.
"Serius? Ada follow up?"
"Kemungkinan minggu depan kita janjian lagi juga."
Aku menganga tak percaya. "Wah pantas saja senyum Ruben kemarin itu luar biasa lebar."