Télécharger l’application
95.23% Edgar's Prisoner / Chapter 80: Sly Man

Chapitre 80: Sly Man

Mobil yang ditumpangi Hanna dan Edgar sudah sampai di depan gedung apartemen. Mobil berhenti tepat di lobby, pintu mobil dibukakan oleh sopirnya. Edgar membantu kekasihnya keluar dari mobil lalu merangkul pinggang Hanna posesif.

"Sayang nanti aku yang mandi duluan ya," bisik Hanna.

"Iya kita mandi bersama," balas Edgar

Hanna meneguk salivanya. "Ganti-gantian aja, aku mau berendam santai," tolak Hanna.

"Iya sama, aku berendamnya nanti aku bantu," kata Edgar.

"Terserah apa kata kamu," balas Hanna menyerah membujuk Edgar.

Saat mereka sudah sampai, Edgar menempelkan kartu kuncinya.

"Silahkan, Sayang," kata Edgar.

"Iya terima kasih, Sayang," balas Hanna tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Putriku, selamat datang," kata seseorang.

Hanna melongo kaget dan wajahnya bahagia melihat siapa yang datang saat ini. Edgar pun juga sama terkejutnya.

"Mama kapan datang?" tanya Hanna memeluk Agatha di hadapannya.

"Ya lumayan, menunggu kalian lama sekali. Mama dan papa langsung ke sini dan bilang sama pengawal kalian untuk tidak memberitahu. Kejutannya berhasil tidak?" tanya Agatha tersenyum lebar.

"Berhasil banget ini," jawab Hanna. Kamu tidak menyapa papa juga?" tanya Oscar sambil menyilangkan tangannya.

Edgar tersenyum melihat papanya sudah bisa bercanda dengan Hanna.

"Maaf, Pa. aku juga berkeringat ini, tidak enak kalau mau peluk juga," balas Hanna.

"Papa mah tidak usah dipeluk, Sayang. Mama aja yang peluk papa," kata Agatha memeluk suaminya.

"Hanna, celana kamu kenapa?" tanya Oscar membuat Hanna melihat ke celana yang digunakan.

Wajah Hanna memerah seperti kepiting rebus. Dia tahu sekali apa yang terjadi tadi hingga celananya menjadi basah.

"Papa, ada yang malu. Tidak usah ditanyain seharusnya," bisik Agatha.

"Tidak apa-apa, Nak. Kamu ke kamar mandi aja sekarang," kata Oscar.

"Pa, Ma, aku ke kamar mandi dulu ya," pamit Hanna melihat ke arah kekasihnya yang menunjukkan wajah datar saja dan tidak menunjukkan rasa bersalah karena melakukan hal yang di mobil.

Edgar menganggukan kepalanya dan membiarkan Hanna ke kamar mandi duluan.

"Ma, Pa, duduk dulu. Kalian menginap di sini?" tanya Edgar.

Orang tua Edgar duduk sambil menjawab pertanyaan putranya. "Papa memang tidak boleh menginap di sini?" tanya Oscar menyipitkan matanya.

"Bukan begitu, Pa. Kok jadi aku salah begini? AKu Cuma tanya aja," jawab Edgar menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Ya, jadi boleh tidak? Sudah lama juga kita tidak ketemu. Sudah berapa ronde dengan kekasih kamu?" goda Oscar.

"Papa kayak tidak pernah muda aja. Mereka takut suara mereka berdua terdengar sama kita," balas Agatha.

"Ya enggak, Ma. Kamar kita kedap suara di sini," kata Edgar.

"Ya sudah, sekarang intinya boleh kita menginap?" tanya Oscar.

"Iya, Papa. Boleh banget," jawab Edgar.

Agatha menggeleng-gelengkan kepala melihat anak beserta suaminya.

"Kalian ada rencana makan malam hari ini?" tanya Agatha.

"Belum ada, Ma. Kita makan keluar saja, kalian baru datang ke sini," jawab Edgar.

"Mama mau masakin kalian tadinya, tapi papa kamu melarang. Katanya masih ada hari besok. Kalau bisa besok, kenapa harus sekarang? Ucapan papa kamu tuh," kata Agatha.

"Iya benar dong kata aku, lagian tidak ada keuntungannya juga. Baru datang, nanti langsung masak bisa encok lagi kamu. Ingat umur, Ma," goda Oscar.

"Papa tuh ingat umur. Jangan melakukan hal yang mengganggu orang lain terus," ejek Agatha.

"Sudah, Ma, Pa. Kalian istirahat dulu saja. Nanti aku panggilkan atau berkeliling apartemen ini," balas Edgar.

"Tidak. Papa mau mengurus kerjaan di kamar saja. Papa tadi sudah ke kamar samping kamar kamu," tolak Oscar.

"Maksudnya papa milih kamar samping kamar aku? Untuk apa, Pa? Ya ampun, di sini banyak kamar lain," decak Edgar.

"Loh, kamar kamu kedap suara. Kamu mau ngapain juga terserah kamu. Papa sama mama mah santai aja, kami memilih kamar di samping kamu agar kalau ada apa-apa bisa cepat," balas Oscar tersenyum mengejek pada putranya.

"Sudah, kalian bertengkar terus," tegur Agatha.

"Aku tidak mengajak papa bertengkar. Kita cuma berdiskusi saja," balas Edgar mengacak rambutnya.

"Jangan acak-acak rambut kamu begitu, masih bau keringat percintaan. Nanti terciprat lagi ke kami," kata Oscar terbahak.

"Papa, cukup," kata Agatha geleng-geleng kepala.

"Iya, Ma. Masih ada satu lagi, kapan kamu akan menikah?" tanya Oscar.

"Pa, Hanna mau sampai lulus kuliah dulu," jawab Edgar.

"Hah? Lulus kuliah, tidak salah kamu? Kalau sampai dia mengingat sesuatu, yang ada kamu tidak akan pernah bisa memilikinya," ejek Oscar ketus.

"Pa, aku sudah pikirkan semuanya. Semua gerak-gerik Hanna selalu aku pantau," balas Edgar.

"Bagus kalau kamu berpikir panjang," kata Oscar,

Iya, Pa. Aku juga tidak mau sampai Hanna curiga kenapa aku terlihat terburu-buru," balas Edgar sambil melihat ke sana ke mari. Dia tidak mau Hanna mendengarkan obrolan dia dengan keluarganya.

"Sudah, nanti saja dibahas kalau kamu takut kekasih kamu mendengar cerita ini," kata Oscar.

"Pa, untuk keluarga Hanna apakah sudah dilihat bagaimana keadaan mereka?" tanya Edgar.

"Ya mereka masih dengan kondisi yang sama, tidak kaya juga," jawab Oscar.

"Pa, jangan bercanda. Aku serius, apa semua berjalan lancar? Pendidikan adiknya Hanna dan orang tuanya apakah sehat?" tanya Edgar.

"Kamu ini aneh. Kamu merasa bersalah sekarang setelah semua yang kita lakukan sejauh ini," ejek Oscar.

"Bukan begitu, Pa. Papa bilang kita harus cerdas agar Hanna terikat dengan kita dan tidak bisa ke mana-mana saat dia mengingat semuanya," kata Edgar.

"Dasar otak licik sama sepertiku," ejek Oscar terbahak.

"Pa, Mama mohon jangan melakukan hal yang aneh-aneh lagi. Mama di sini yang merasa bersalah kepada keluarga Hanna," balas Agatha.

"Sudah, Ma, tidak usah memikirkan. Orang tua Hanna. Papanya seperti biasa, masih pekerjaan yang lama. Mamanya Hanna berjualan kue keliling untuk membantu keuangan keluarga," balas Oscar.

"Oh, oke. Pa, yang penting semuanya baik-baik saja," kata Edgar.

"Sana kamu menyusul kekasih kamu," perintah Oscar.

"Iya, Pa," balas Edgar melangkah ke dalam kamar.

Agatha menghelakan napasnya. "Pa, sampai kapan keluarga kita menyembunyikan semuanya? Apa perlu sampai Hanna mengingat semua?" tanya Agatha.

"Ya kalau dia tidak mengingat semuanya, sampai mati pun tetap seperti sekarang. Ingat, aku tidak mau Mama ikut campur yang satu ini. Bersikaplah seperti biasa dan semestinya," balas Oscar dengan suara agak mengancam.

"Iya, Pa," kata Agatha tertunduk.

***

Edgar sudah masuk ke kamarnya bersama Hanna. Dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi berjalan mendekat ke kamar mandi lalu membuka pintu perlahan. Mata dia menggelap melihat Hanna yang berada di shower sedang membersihkan tubuhnya. Dia membuka pakaian dan berjalan perlahan.

"Argh!" teriak Hanna terkejut mendapat pelukan dari belakang.

"Ini aku, Sayang. Tenang," balas Edgar.

"Sayang, kamu mengejutkan aku. Kapan masuknya, kok aku tidak dengar?" tanya Hanna.

"Ya jelas tidak dengar, kamu di dalam sini dan menyalakan air," jawab Edgar.

"Iya, aku sudah mau keluar. Sebentar ya," balas Hanna.

"Temani aku mandi bersama," pinta Edgar.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C80
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous