Setelah berbaring di tempat tidur selama kira-kira setengah hari, Ye Song memutuskan untuk bangun. Dia bisa mendengar keributan dari orang-orang di luar dinding halaman keluarga Rio. Sepertinya, massa sedang berkumpul di luar. Ye Song tahu bahwa ayahnya sedang mengejar penjahat yang belum tertangkap bersama dengan para pengawal.
Sekelompok penyamun yang tiba-tiba datang entah dari mana merampok dan membunuh siapapun. Saat ini, mereka telah membunuh sepuluh keluarga. Orang-orang di teritori keluarga Rio menjadi sangat ketakutan. Ksatria Audis menerima perintah untuk membasmi mereka, dan sedang mencari di sekitar kota bersama para pengawalnya.
Di luar kamarnya, Ye Song melihat sebuah halaman kecil berwarna abu-abu, dengan kolam kecil di tengahnya. Halaman itu sangat berantakan dan tidak terurus. Banyak ilalang tumbuh di mana-mana. Dua orang pengawal berusia paruh baya berdiri di tepi kolam. Mereka memberi hormat kepada Ye Song sesaat setelah mereka melihatnya. Sebagai pengawal yang melayani Baron secara langsung, postur tubuh mereka tinggi dan kuat.
"Tuan Muda Angele, bagaimana istirahat Anda?" Tanya pengawal yang berkumis dengan santai. Dia mengenakan baju zirah berat yang terbuat dari kulit berwarna emas, dan membawa sebuah kapak yang sangat besar di punggungnya. Dengan semua perlengkapan itu, dia terlihat sangat menakutkan.
Pengawal yang kedua terlihat lebih kurus. Dia hanya mengenakan separuh baju zirah berbahan kulit, dengan pedang crossguard tergantung di pinggangnya. Dia tidak terlihat terlalu kuat, namun perlengkapannya yang minim membuatnya terlihat cepat, dan Ye Song bisa melihat kemantapannya dari sorot matanya.
Ye Song melirik ke ujung pedang crossguard itu, dan melihat pedang itu masih kotor dengan darah berwarna gelap. Ye Song memutuskan untuk tidak melihatnya lagi.
"Apakah Paman Audis mengirim kalian kesini?" Tanya Ye Song.
"Iya, kami akan mengantar Anda kembali ke istana, dan kami harus kembali mengerjakan kewajiban kami setelah itu. Ayo kita berangkat, kita tidak punya banyak waktu senggang." Pengawal yang kurus itu menjawab dengan suaranya yang berat.
Ye Song mengangguk. "Sepertinya kalian sudah menerima informasi tentang penjahat-penjahat itu?" tanya Ye Song sambil mengangguk.
"Ya, pagi ini kami telah menemukan tempat persembunyian sementara mereka. Ketua kami sudah mengarahkan pasukan untuk mengepung mereka." Jawab pengawal kurus itu sambil mengangguk.
"Baiklah, aku akan ganti baju sekarang." Kata Ye Song. Dia kembali ke kamarnya dan melepaskan jubah putihnya. Dia berganti mengenakan pakaian yang pantas, dan keluar dari ruangan. Setelah mencari kedua pengawal tadi, dia meninggalkan tempat itu bersama mereka.
Rumah yang ditempati Ye Song tadi hanyalah tempat bagi keluarga Rio untuk tidur saat mereka singgah di kota kecil itu. Tempat itu tidak terlalu nyaman untuk beristirahat dan memulihkan tubuh Ye Song. Di luar rumah, terdapat jalan-jalan. Banyak penduduk berjalan di luar. Mereka semua mengenakan baju linen yang berwarna abu-abu pudar, dan seluruh jalan terlihat kumuh.
Beberapa pedagang di tepi jalan berusaha menjual barangnya. Mereka berteriak lantang untuk menawarkan produk yang ingin mereka jual. Ada yang menjual buah-buahan, mainan dari kayu, dan bahkan sayur-sayuran. Para wanita memeriksa dagangan yang dijual di sana sambil membawa keranjang.
Ye Song seketika melihat perbedaan antara dirinya dengan orang-orang yang berjalan melewatinya setelah dia meninggalkan rumah. Warna pakaiannya hitam, berbeda dengan orang-orang lewat yang mengenakan baju warna abu-abu. Mengenakan pakaian berwarna lain adalah salah satu hak istimewa bangsawan, sedangkan rakyat jelata hanya boleh mengenakan abu-abu. Jika ada yang berani melanggar peraturan ini, pelanggarnya akan dihukum mati karena melanggar warna baju adalah pelanggaran serius. Tetapi, bangsawan pun masih mempunyai peraturan tentang warna, dan warna yang boleh digunakan berbeda tergantung tinggi kedudukan mereka.
Sambil mengobrol dengan kedua pengawal itu, Ye Song melihat bahwa orang-orang akan memberinya hormat setiap kali dia lewat. Wajah mereka semua terlihat ketakutan. Ye Song merasa seperti seekor singa yang berjalan di antara kelompok biri-biri.
"Anda masih tidak terbiasa dengan perlakuan itu, Tuan Muda Angele?" tanya pengawal yang kurus itu sambil tertawa.
Dari obrolan mereka, Ye Song mengetahui nama kedua pengawal itu. Nama pengawal yang kurus itu adalah Carter. Sebelum menjadi seorang pengawal, dia adalah seorang petualang yang hidup di daerah ini. Dia beruntung telah direkrut ke dalam bagian militer, karena petualang dianggap sebagai orang pengangguran dengan status sosial yang rendah. Menjadi pengawal dan bagian dari militer kira-kira seperti menjadi polisi di Bumi. Status sosialnya menjadi lebih tinggi dari rakyat jelata, dan dia memperoleh banyak keuntungan dari pekerjaannya itu.
Pengawal yang kuat itu bernama Miro. Miro lahir dan besar di teritori Baron Rio. Dia berbakat, dan sangatlah kuat.
"Iya, Kota Candia jauh lebih besar dari kota kecil ini." Kata Carter sambil tertawa. Dia bahkan tidak menunggu Ye Song untuk menjawab. Carter mengambil sebuah tomat dari pedagang yang mereka lewati, dan memakan satu gigitan besar dari tomat itu. Penjualnya terlihat tidak senang. Ye Song sedikit mengernyitkan alisnya, namun dia tidak mengatakan apapun.
Ye Song berpikir bahwa kedua pengawal keluarga itu sudah biasa mengambil barang-barang dari pedagang tanpa membayar. Mungkin mereka sudah memiliki kesan buruk di daerah itu, dan itu mengingatkan Ye Song akan dirinya yang sebelumnya.
Ye Song berbincang-bincang dengan para pengawal tentang berbagai macam hal. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk keluar dari kota kecil itu. Mereka bisa melihat sebuah kereta kuda berwarna hitam menunggu di tepi pagar kota kecil itu. Kusirnya cepat-cepat turun saat dia melihat Ye Song dan kedua pengawalnya, dan dia menyapa mereka bertiga sembari menunggu di tepi.
Ketiga orang tersebut naik ke kereta kuda dan mengijinkan Carter untuk menyetir. Kereta kuda itu mengarah ke jalan besar dan memacunya dengan sangat cepat.
Butuh waktu dua puluh menit bagi mereka untuk sampai ke tujuan. Tujuan mereka adalah markas utama Keluarga Rio, yaitu Kastil Karl.
Ye Song keluar dari kereta kuda dengan hati-hati, dan mendongak untuk melihat kastil di depannya. Kastil itu dibangun di dalam hutan hijau, yang terlihat seperti tanah milik bangsawan yang kuno.
Kastil Karl itu dikelilingi oleh parit. Kastil itu lebih terlihat seperti kota yang dikelilingi dinding yang tinggi.
Kastil yang berwarna abu-abu itu tidak terlihat terlalu usang di mata Ye Song, namun kastil itu sama sekali tidak mirip dengan kastil yang ada di bayangannya. Kastil itu kira-kira setinggi gedung berlantai lima. Dua orang pengawal yang membawa pedang besi di punggungnya berdiri di depan pintu utama. Jembatan pintu masuk kastil telah diturunkan di atas parit, tetapi kedua pengawal itu melihat Ye Song, Carter, dan Miro dengan bingung.
Hari semakin senja, dan matahari yang terbenam di belakang kastil membuatnya seperti berwarna merah. Ye Song mencium bau harum bunga, tetapi dia tidak tahu dari mana bau itu berasal.
Ye Song menarik nafas dalam. Matahari hampir terbenam, dan hari semakin dingin.
"Apakah Old Wade ada di sini?" Tanya Ye Song dengan lirih.
"Dia ada di sini." Kata Carter, sambil mengangguk. "Kami telah mengantar Anda ke tempat ini dengan selamat, dan sekarang kami harus kembali bekerja."
Ye Song mengangguk setuju, dan melihat kedua pengawalnya kembali ke kereta kuda. Tidak lama kemudian, keduanya telah menghilang dari pandangan Ye Song.
Ye Song berjalan menuju ke arah kastil, dan melihat ada seorang pria tua berjubah hitam berjalan keluar dari kastil. Pria yang berambut putih itu berjalan ke arah Ye Song, diikuti oleh beberapa pengawal wanita di belakangnya.
"Old Wade, aku telah kembali!" Teriak Ye song, sembari mempercepat langkahnya.
Wade adalah seorang pelayan yang bekerja untuk Baron Karl. Dia bertugas untuk mengerjakan urusan-urusan umum di teritori sang baron. Dia telah bekerja untuk Baron Karl selama tiga puluh tahun, dan sudah mengenal sang baron sejak dia masih muda.
"Saya telah memberitahu sang baron untuk menyuruh Audis untuk merawat Tuan Muda, tetapi dia tidak mendengarkan. Sekarang, Tuan Muda telah terluka. Seharusnya Baron Karl mendengarkan nasihatku…" kata pria tua kurus itu sembari berjalan di samping Ye Song.
Ye Song menyunggingkan senyuman formalnya sambil mengikuti orang-orang yang menyambutnya ke dalam istana,
Wade terus mengeluh, namun tiba-tiba ia berhenti.
"Tuan Muda, kali ini sebaiknya Anda tinggal di istana saja dan membiarkan Audis mengajari Anda semua pengetahuan yang Anda butuhkan." Kata Wade.
"Apakah Ayah benar-benar berkata seperti itu?" tanya Ye Song.
"Benar. Keadaan di luar sangat tidak baik saat ini. Kami pikir, membiarkan Anda hidup sendiri di luar bukanlah ide yang baik. Lagipula, Anda telah menderita karena ulah mereka. Kita pasti akan membalas dendam ini, walaupun musuh kita adalah Viscount Candia." Ye Song bisa merasakan keseriusan pelayan tuanya melalui kata-katanya.
"Saya setuju dengan keputusan Ayah." Ye Song menjawab.
Ye Song mengikuti Wade ke aula utama, diikuti oleh dua pelayan wanita.
Dua gadis muda yang mengenakan farthingale putih melihat Wade mengantar Ye Song ke aula, dan mereka berdua memberi hormat bersama-sama.
"Kak Angele." Panggil kedua gadis itu secara bersamaan.
"Celia dan Maggie!" kata Ye Song setelah cepat-cepat mencari memori Angele.
Celia adalah adik Angele dari ayah yang sama. Sementara itu, Maggie lahir dari saudara yang miskin. Keluarga Maggie meminta pertolongan Keluarga Rio bertahun-tahun yang lalu, dan sekarang keluarga Maggie telah hilang dari catatan sejarah. Mereka berdua lebih muda dari Ye Song, jadi mereka memanggilnya "Kakak".
Angele memiliki posisi yang penting dalam Keluarga Rio, jadi saudara-saudara seperti Celia dan Maggie harus berhati-hati saat berhadapan dengannya. Ada banyak gadis-gadis seperti mereka hidup di kastil itu, namun mereka tidak memiliki status tinggi. Sang Baron tidak peduli terhadap gadis-gadis itu. Hidup Celia di kastil itu bisa dibilang lumayan. Dia mendapatkan sejumlah uang saku setiap bulan, dan memiliki pelayan wanita untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dengan kata lain, kedudukannya sama dengan ketua para pelayan wanita.
Sementara itu, kehidupan Maggie sangat mudah. Ayah dan ibunya bekerja untuk sang baron. Mereka bisa mendapatkan uang dengan mudah. Mereka berkedudukan sama dengan pekerja biasa di kastil itu, bahkan kedudukan mereka sedikit lebih tinggi dari pekerja dengan status terendah."
"Sudah lama tidak bertemu." Ye Song berkata sambil tersenyum. Angele bermain dengan kedua gadis itu karena mereka lumayan cantik. Dia memperlakukan kedua gadis itu dengan baik saat dia mengunjunginya, dan sebaliknya, kedua gadis itu percaya mereka telah menemukan orang yang bisa diandalkan. Karena itulah mereka setia kepada Angele.
"Kami dengar kau terluka, dan kami memutuskan untuk menunggumu disini dan menyapamu saat kamu kembali. Apakah kamu merasa baikan?" tanya Maggie. Maggie saat ini berumur 13 tahun, dan suaranya terdengar muda, namun tubuhnya sudah mulai terlihat dewasa. Wajah Maggie imut dan penampilannya menarik, pinggangnya kecil, dan dadanya besar. Ye Song jelas tertarik pada Maggie, dan dia menatapnya selama beberapa lama.
Maggie sepertinya mengetahui Ye Song sedang melihat ke arahnya, dan pipinya menjadi merah. Dia berpura-pura tidak tahu bahwa Ye Song sedang melihatnya, namun dia berusaha membuat dadanya terlihat semakin besar dan menarik.
Sementara itu, tubuh Celia lebih kecil ketimbang tubuh Maggie, dan dia juga sangat pemalu. Celia melihat Ye Song seperti seekor anak rusa. Rasa takut sedikit terlihat di matanya. Celia melipat tangannya di atas perutnya, membuatnya terlihat gugup, hingga Ye Song bisa merasakan kepolosannya.
Banyak orang yang berusaha menyambut kedatangan Ye Song, namun kedua gadis itu lebih pintar dan memutuskan untuk datang lebih awal untuk menyambutnya. Mungkin, mereka diperintah oleh orang tuanya untuk melakukan itu, sehingga mereka terlihat lebih dekat kepada Ye Song.
"Aku sudah merasa lebih baik, jangan khawatir." Jawab Ye Song, sambil mengangguk. Kemudian, dia lanjut berbicara dengan kedua gadis itu.
Wade pergi meninggalkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, sementara Ye Song mengikuti kedua wanita itu ke aula dalam. Setelah banyaknya orang yang mengucapkan salam padanya, akhirnya Ye memiliki waktu untuk beristirahat.
Ye Song masuk ke dalam kamarnya dan menarik nafas.
Ada meja kerja beserta alat tulis di samping tempat tidurnya. Di meja itu, terdapat kertas berwarna kekuningan, bulu sebagai pulpen, dan juga botol tinta. Tiga lilin yang sudah menyala telah disusun menjadi bentuk gunung di sampingnya, dan bau wangi keluar dari lilin itu.
Ye Song menarik keluar kursi dari bawah meja kerjanya, kemudian ia duduk dan mulai membaca isi kertas itu.