Kota Mulang
Sebuah kota kecil namun memiliki perkembangan yang cukup baik. Tempat ini memiliki beberapa cabang ke arah kota kota besar dan kecil. Karena menjadi tempat perlintasan perjalanan maka kota itu selalu ramai oleh para pengunjung yang hendak melintas kota. Itu sebabnya kota ini cepat berkembang. Terbukti dengan banyaknya penginapan dan juga kedai sebagai tempat peristirahatan para pelancong. Disini juga menjual berbagai cinderamata sebagai oleh oleh.
Setelah seharian perjalanan, Chen berhenti di desa ini sebelum melanjutkan perjalanan. Banyak kedai makanan di daerah ini tetapi justru Dia memasuki rumah Kumbang Malam salah satu rumah bordil yang besar di tempat itu, lalu dia memesan makanan dan minuman.
Dilantai atas beberapa wanita bersandar di pagar mencoba menggoda para pendatang. Tidak terlewatkan Chen juga mulai di goda dari lantai atas. Namun pemuda ini mempunyai rencana nya sendiri jadi dia tidak menghiraukan gadis gadis itu.
Alasan dia datang ke rumah bordir adalah mencari hidung belang yang kaya untuk di kerjainya. Lagi pula keuangannya sudah mulai menipis.
Didalam ruang tempat makan ini, pemuda ini mulai membaca situasi. Sekelompok pengantar barang memesan satu meja ukuran besar untuk sepuluh orang. Mereka sepertinya dari perjalanan jauh dan singgah untuk istirahat.
Kelompok lainnya para pria berbada besar dan berwajah bengis terdiri dari lima orang. Kelompok ini berbisik bisik sambil menatap ke arah rombongan pengantar barang.
Situasi ini jelas terlihat kalau kelompok yang satu ini sedang mengincar kelompok pengantar barang. Mereka tentunya para perampok yang berniat jahat kepada para pengantar barang.
Semua terlihat jelas dalam pemandangan Chen karena pengalaman hidupnya di masa lalu tidak jauh beda dengan para perampok itu. Mengintai sasaran, Merampas para bangsawan, membegal persediaan pemerintahan dan Membunuh semua yang berhubungan dengan kerajaan Zhu.
Tidak lama kemudian datanglah seorang bangsawan dengan seorang wanita dalam pelukannya. Mereka berdua sedang turun tangga dari kamar di lantai atas. Jika memang lapar tentunya bisa pesan makanan dan di antar sampai ke kamar. Tapi tampaknya si pria hendak memamerkan pasangannya yang cantik dan rupawan. Semua mata di dalam kedai pun melihat pemandangan vulgar.
Rupanya wanita yang mendampinginya adalah Kembang unggulan di rumah bordir ini. Wanita itu terbilang adalah wanita yang sulit di dapatkan oleh pria biasa. Tidak heran jika pemuda yang kelihatan kaya ini memamerkannya seolah mendapatkan piala berharga.
Wanita itu mengenakan baju terusan dengan belahan sampai di atas paha. Baju atasannya juga agak terbuka. Spontan saja mata laki laki liar akan memandang.
"Lihat, Itu Tuan Muda Bho Pheng dari keluarga Bho." Seseorang pelanggan berbisik dengan temannya.
"Jangan memandang wanitanya jika tidak ingin mendapat masalah." Rekan si pelanggan membalas.
Keluarga Bho di kota ini sangat terkenal dan di takuti masyarakat kota Mulang. Ayahnya adalah tuan tanah yang menguasai tanah pertambangan di sekitar kota Mulang. Kadang Keluarga Bho membeli tanah milik orang lain dengan cara paksa dan dengan harga yang rendah.
Kepala Desa juga tidak berani konfrontasi dengan keluarga Bho ini. Keluarga Bho selalu memberikan upeti dalam jumlah besar kepada kepala desa sebagai penutup mata. Jadi keluhan rakyatnya di abaikan begitu saja.
"Ha ha ha ... Ternyata Tuan Muda Bho sedang main ke tempat ini." Salah seorang dari kelompok penjahat yang tampaknya seperti pemimpin rombongan itu berdiri memberi hormat.
"Aahhh... Kiranya Begundal Gu Rong. " Pemuda Bho itu membalas.
"Apakah ini kembang dari Rumah Kumbang Malam yang namanya sudah tersohor, Si Anggrek Biru?" Gu Rong menjura hormat kepada wanita cantik itu.
"Apa dayaku yang begitu terpikat oleh pandangan pertama saat bertemu dengan Tuan Muda Bho Pheng. Aku Si Anggrek Biru tidak berdaya." Gerakan gerakan kecil nan centil dilakukan oleh wanita itu membuat Chen ingin muntah.
Kata katanya jelas sebuah kebohongan. Pria yang dipanggil Bho Pheng tidaklah setampan yang di ucapkan. Meskipun perawakan nya tinggi namun di wajahnya terdapat totol totol hitam. Bagaimana bisa di bilang tampan.
Chen hanya tertawa kecil. Entah itu tawa yang dibuat buat atau bukan tapi jelas kalau tawa nya itu disaksikan oleh wanita centil itu.
"Hei Pemuda miskin. Mengapa kau tertawa? Apakah kau menertawaiku?" Sengaja si Anggrek Biru berbicara demikian di depan Tuan Muda Bho.
"Apakah orang kampung ini mengganggumu.?" Bho Pheng bagaikan pahlawan yang hendak membela gadisnya.
"Tuan dan Nona salah paham." Chen berdiri memberi hormat. " Tidak ada yang pantas di tertawakan dari pasangan Tuan dan Nona. Yang satu cantik menawan bagaikan rembulan dan yang satu nya lagi Mewah dan gagah. Aku hanya menertawakan betapa tidak beruntung nya diriku yang miskin ini tidak dapat menggapai rembulan."
"Ahhh... Mulutmu terlalu manis.." Si wanita tersenyum. "Dan pandai berkata kata sanjungan lagi. "
Pujian dari gadis itu membuat Pemuda Bho semakin panas.
"Bajingan. Dasar orang kampung. Berani menggoda wanita ku."
"Siapa yang berani macam macam dengan Tuan Bho." Gu Rong pun berdiri siap menjilat Tuan Muda Bho.
"Hei Lihat. Si Gu Rong yang emosi." Ucap Salah satu pengunjung.
"Hati hati ucapanmu di dengar olehnya. Gu Rong adalah orang sewaan ayahnya Bho Pheng untuk melakukan pekerjaan kotor." Pengunjung lain membalas.
"Aku dengar Ayah nya Bho Peng membeli tanah tambang dengan cara paksa. Bagi yang tidak mau menjualnya maka di utus kawanan Gu Rong untuk menghancurkan keluarga itu."
"Kalian berbisik bisik apa." Teriak Gu Rong. Apakah kalian mau dibunuh disini."
"Ahhh... Maaf Tuan tuan semua." Chen menjura ke segala arah. "Aku tidak bermaksud berada di tengah keributan. Sebaiknya aku permisi saja dulu."
"Kau pikir bisa pergi begitu saja setelah menggoda wanitaku." Bho Pheng merengut kerah bajunya Chen.
"Tuan. Tolong lepaskan aku." Chen memohon seperti seorang pengecut.
Bhukhhh
Sebuah tinju mendarat di pipi Chen, membuat dia terpelanting ke belakang.
"Bajingan kau. Berani mengotori tangan Tuan Muda Bho." Gu Rong juga mengejar dan merengut kerah baju Chen.
"Tuan Gu. Kau sangat kuat. Kita tidak imbang jadi tolong jangan mengintimidasi." Chen terlihat seperti orang memohon.
"Kau boleh keluar dari tempat ini dengan cara merangkak dan melewati selangkanganku." Bho Pheng semakin senang memojokkan lawannya.
"Cepat lakukan perintah Tuan Muda Bho." Bentak Gu Rong seraya melempar tubuh Chen ketanah dengan sangat keras hingga terdengar suara benturan tubuh manusia dan lantai yang terbuat dari kayu.
"Cukup." Suara Pria berwibawa menggema di ruangan.
Tidak lain adalah Pemimpin Rombongan Pengantar Barang yang berteriak.
"Pemandangan ini membuat selera makanku hilang." Lantangnya lagi. "Ayo kita pergi dari sini."
Semua mata tertuju kepada suara itu. Mereka semua awalnya berpikir bahwa Para Rombongan ini akan membantu.
Ketika semua pandangan mata teralihkan. Tidak ada yang melihat Chen. Sekalipun dalam kondisi tengkurap, Dia dapat menjentikkan sebuah coin ke arah selangkangan Bho Pheng.
"Aaggghh..." Bho Pheng jatuh terduduk berteriak kesakitan.
"Tuan Muda Bho... Apa yang terjadi padamu." Tanya Gu Rong.
"Seseorang menyerang ku." Bho Pheng memegang selangkangannya menahan sakit.
"Tidak mungkin. Siapa yang menyerang mu." Gu Rong memandang sekeliling. "Pengawal barang yang terlihat kuat itu tidak mungkin melakukannya. Karena aku melihatnya sejak tadi. Pemuda kampung ini dari tadi hanya tengkurap ketakutan. Para pengunjung pun tidak terlihat memiliki kepandaian."