Télécharger l’application
20.63% DENDAM MEMBAWA NIKMAT / Chapter 13: Menjadi Alara Yilmaz

Chapitre 13: Menjadi Alara Yilmaz

Keluarga Yeslin menyambut gembira kesembuhan nona Alara Yilmaz.

"Ini keajaiban, Tuhan mengembalikan Alara ku!" nyonya Mumtaz Yilmaz berkata dengan derai air mata.

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz tidak suka hati. Dia tersenyum sinis, mencibir dalam hati.

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz

adalah istri kedua Akara Emir Yilmaz. Dia berharap Alara Yilmaz sungguhan mati oleh racun itu.

"Sial. Harusnya Alara tidak mati saja? Kesembuhan Alara Yilmaz bakalan merusak rencana pernikahan Shalinaz Filiz Yilmaz dan Zein Heflin!"_ Nyonya Havva Mehrunisa geram.

Shalinaz Filiz Yilmaz, saudarinya Alara Yilmaz, gadis itu menjadi wanita kedua dalam hubungan Alara Yilmaz dan Zein Heflin.

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz, berperan dalam upaya bunuh diri Alara Yilmaz. Dia menyediakan racun yang dibutuhkan Alara. Racun jamur. Alara paling suka makan jamur. Alara Yilmaz yang patah hati memakan sup dari jamur yang sudah kadaluarsa.

Alara Yilmaz patah hati, dia mengira Zein Heflin jatuh cinta dengan Karin, wanita (fantasi) Zein Heflin. Alara Yilmaz tidak mengira wanita itu yang bernama Karin Meydina, benar benar-benar ada dan nyata. Sekarang setelah Alara Yilmaz meninggal, Karin Meydina masuk ke tubuh Alara Yilmaz, menggantikan gadis itu yang berpulang ke alam baka.

Selama Alara Yilmaz koma, nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz, membujuk nyonya Aelia Yilmaz, ibu mertuanya untuk.nrmbatalkan pertunangan Alara dan Zein Heflin.

Nyonya Havva Mehrunisa merancang pernikahan Zein Heflin dengan Shalinaz Filiz Yilmaz, menggantikan Alara Yilmaz.

"Ibu, bagaimana ini? Aku malu dengan teman-teman ku. Mereka sudah tahu kalau aku bakal menggantikan kak Alara...!" Shalinaz Filiz Yilmaz, menangis tersedu.

"Diam lah Shalinaz. Jangan buat masalah. Jangan buat baba (ayah) mu marah!"

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz berkata dengan hati gundah. Kalau pernikahan Zein Heflin dan Shalinaz Filiz batal, dia juga akan malu.

Shalinaz Filiz tetap menangis.

"Aku tak mau keluar kamar. Biar saja Babaanne (Nenek) dan Dede (Kakek) marah!"

Semua orang di keluarga Yilmaz tahu, Shalinaz Filiz Yilmaz orangnya keras hati, dan mudah tersinggung.

"Bukan salahku, menggantikan posisi kak Alara. Siapa suruh dia koma berbulan-bulan. Sekarang dia kembali sehat, tapi bukan berarti dia bisa mengambil yang telah di berikan padaku!" Shalinaz Filiz kesal.

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz mengalah. Dia gagal membujuk putrinya makan bersama dengan keluarga Yilmaz. Shalinaz Filiz berhak bersedih, dia terancam tidak bisa menikahi Zein Heflin. Zein Heflin putra Heflin Hasan, pengusaha kaya raya di kota Istanbul.

Nyonya Havva Mehrunisa keluar dari kamar Shalinaz Filiz.

"Mana Shalinaz?" tanya ibu mertuanya.

"Dia tidak mau keluar kamar. Matanya bengkak, kebanyakan menangis!"

Nyonya Aelia Yilmaz terdiam. Dia mengerti perasan cucunya itu. Dia lebih menyayangi Shalinaz Filiz daripada Alara. Nyonya Aelia Yilmaz lebih menyukai menantunya Havva Mehrunisa daripada Mumtaz Yilmaz. Nyonya Havva Mehrunisa masih keponakan nyonya Aelia Yilmaz.

Shalinaz Filiz seperti makan buah simalakama. Kehidupan kedua bagi Alara Yilmaz membuat dia bahagia, sekaligus menderita.

Sekarang kebijakan ada di tangan Zein Heflin, apakah dia ingin menikahi Alara Yilmaz atau adiknya, Shalinaz Filiz Yilmaz!"_ nyonya Aelia Yilmaz pasrah.

Perjodohan Alara Yilmaz dan Zein Heflin sudah di atur sebelum mereka dilahirkan. Akan tetapi semenjak Alara Yilmaz koma, 6 bulan lalu, pertunangan keduanya di batalkan. Keluarga memutuskan menjadikan Shalinaz Filiz Yilmaz menggantikan Alara Yilmaz, menjadi calon istri Zein Heflin.

Pernikahan meraka akan dilaksanakan bulan depan.

***

Hari ini keluarga Yilmaz memutuskan membawa pulang Alara Yilmaz.

Gadis itu sudah bisa makan. Namun dia tidak bisa bersuara. Tenggorokannya terancam rusak akibat racun itu. Alara Yilmaz kemungkinan menjadi bisu.

Karin (Alara Yilmaz) tidak tahu harus gembira atau bersedih.

Dia senang mendapatkan tubuh bagus. Alara Yilmaz juga berasal dari keluarga kaya raya dan terhormat.

Hanya saja, dia bangun dari tubuh yang terluka parah, dan terancam bisu. Selain itu dia diagnosa amnesia.

Kenyataannya tidak seperti dugaan keluarga Yilmaz. Dia memang tidak mengenal semua orang di keluarga Yilmaz, namun Alara Yilmaz (Karin) mengenai Zein Heflin, pria yang dulu pernah mengganggu Karin dalam mimpi.

Nyonya Mumtaz bersedih,

"Apa kamu tidak mengingat Anne (ibu) lagi?"

Alara Yilmaz( Karin) menggeleng.

"Sedikitpun... kamu tidak mengingat Anne?"

Alara Yilmaz mengangguk.

Nyonya Mumtaz Yilmaz menangis. Sekarang dia memiliki anak gadis yang bisu dan lupa ingatan.

Keadaan ini menempatkan menjadi nyonya kedua, padahal dia adalah istri pertama tuan Akara Emir Yilmaz. Keadaan Alara Yilmaz ini akan menempatkan gadis itu sebagai putri yang tak di banggakan.

Keluarga mana bisa bangga ketika putri pertama kekuarga itu berhati lemah (bunuh diri) dan cacat (bisu) pula.

***

Zainab menjadi perawat nona Alara Yilmaz, atas permintaan Alara Yilmaz sendiri.

"Sekarang kita sudah punya rumah sementara!" kata Karin ke Zaenab dengan bahasa batin.

Karin dan Zaenab bicara begini jika sedang berduaan saja.

Keluarga Yilmaz heran, Zaenab bisa memahami pikiran dan kemauan Alara Yilmaz.

"Apa kamu bertekad ingin kembali ke Indonesia?" tanya Zaenab.

Karin mengangguk.

"Aku merindukan ibuku, teman-teman ku, Bella dan Katrina, dan si jago merah!"

Zaenab tertawa.

"Kamu tidak bisa membawa si jago merah datang ke sini!"

"Oh... jadi kamu mau membawa Bella dan Katrina ke sini?"

Zaenab mengangguk. Alara Yilmaz (Karin) bertepuk tangan kesenangan.

***

Sementara itu di belahan bumi yang lain, Widya menemukan tempat tinggal Bella dan Katrina

Dia segera ke sana membuat kejutan ke mereka.

"KARIN!!!"

Karin/Widya tersenyum lalu menghujani mereka dengan kata-kata,

"Hmm. Kalian pindah tanpa pemberitahuan. Kalian juga bersembunyi dari ku. Apa kalian marah dengan sikap ku kemaren? Aku minta maaf atas kesalahan.ku itu. Tapi semua terjadi karena tuntutan kekuarga Sasongko. Aku tidak diperbolehkan bergaul dengan sembarang orang. Mengapa begitu, karena itu sebagai konsekuensi atas pernikahan ku dan Garin. Sungguh aku terpaksa melakukan itu, percayalah!"

Karin membuat alasan, pura-pura menjadi korban.

Bella dan Katrina saling pandang.

"Oh jadi jadi dia tidak diperbolehkan bergaul dengan sembarang orang! Baiklah!"_

Bella dan Katrina saling pandang. Widya membuat kalimat menyakiti mereka

Permintaan maaf dengan penjelasan dan klarifikasi Widya seperti tidak membuat Bella dan Katrina menjadi simpatik. Malah menambah sikap permusuhan mereka.

"Memangnya kami kenapa?!" tanya Bella dengan wajah merah. Dia sungguh tersinggung dengan perkataan Widya.

"Iya... apa yang kamu harap kan dari kami?" Bella melipat tangan di dada. Dia masih tidak memaafkan Karin palsu ini.

"Kalian...!" Karin meneteskan air mata.

"Aku sudah minta maaf ke kalian... tapi kalian bersikap begitu...!" Widya menangis.

Bella dan Katrina saling pandang. Mereka semakin yakin kalau wanita di depan mereka ini bukan Karin.

"Itu bukan sifat Karin banget!"_ isi hati Bella dan Katrina, sama.

Karin tidak pernah menangis. Dan dia tidak pernah memaksakan orang lain untuk memaafkannya. Karin yang sekarang seorang yang munafik.


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C13
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous