Klek!
"Ah, dengan Majhar? Saya dari Supermarket tadi. Anda meninggalkan dompet di tempat kami," kata seorang pegawai Supermarket.
"Ah, terima kasih. Kak. Maaf sudah merepotkan," ucapnya.
"Tidak apa-apa. Soalnya dekat juga dari tempat. Lain kali jangan sampai lupa lagi, ya, dek," kata Pegawai yang ramah itu.
"I-iya. T-terima kasih," ucapnya kembali lalu menutup pintu setelah pria itu pergi.
Majhar melihat isi dompetnya. Dan bersyukur tak ada yang hilang apalagi foto dirinya dengan sang Ibu. Foto Ibunya menggunakan Jubah Jaksa serta dirinya menggunakan kostum Jas karena ingin menjadi seorang CEO.
"Ck, mama aku tinggal tidak kesepian, 'kan?" katanya kepada foto tersebut.
"Majhar, bukan orang yang mencurigakan, 'kan?" tanya Medina dengan suara yang kecil.
"Bukan," katanya sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arahnya.
"Kamu belum tidur? Besok sekolah, lho."
"Kamu saja lebih dulu. Aku perlu membuat salinan dokumen palsu itu dan membuatnya persis padahal isinya jelas tidak."
"Aku saja. Kamu harus tidur. Kamu kan akan sekolah," tawarnya sambil mendorong tubuh Majhar.
Majhar pun mengangguk dan Medina pun turun menggunakan tangga menuju ke ruang bawah tanah tempat rahasia mereka berdua.
"Medina," panggil Majhar.
Majhar yang ingin mengucapkan terima kasih malah mengatakan kata yang lain. "Maaf, ya. Kamu harus Sekolahnya menunggu satu tahun," kata Majhar dengan mata yang sayu dan tulus, lalu masuk kamar dan menutup pintunya pelan.
"Majhar!" panggil Medina kepada laki-laki itu teriak.
"Hah? Iya? Mau aku yang melakukannya?" tanya Majhar cepat.
"Ka-kamu tidur di kamarku," kata Medina ragu-ragu.
Majhar pun menepuk kepalanya keras. "Medina, lupa! Aku kira ini masih rumahku, haha!" kata Majhar yang mengemasi barangnya untuk pulang.
"Ini masih rumahmu, kok. Aku hanya numpang tinggal di sini," kata Medina dengan kepala yang dimiringkan.
Majhar yang langsung memerah pipinya, setelah melihat Medina yang jika dilihat-lihat memang cantik.
"Medina, karena kamu dan aku sudah tak memiliki orang tua, rumah ini untukmu saja. Rumahku jauh lebih besar dari ini. Kapan-kapan, aku akan mengajakmu ke rumahku. Ah, sudah mau malam. Aku pergi dulu, ya" kata Majhar sambil melambaikan tangannya dan menuju mobilnya.
Perpisahan yang besok pun akan bertemu lagi, entah kenapa membuat Majhar kesepian. Beberapa hari di dekat Medina membuatnya merasa hangat. Terasa memiliki keluarga.
Sejak dalam mobil, Majhar melajukan mobilnya pelan. Dia terus berkata semoga dan semoga untuk Medina. Semoga Medina sehat. Semoga Medina bahagia di sana.
Sedangkan Medina, dia tak memikirkan Majhar. Dia memikirkan tingkah gila Tano Akaza. Dia membuat dokumen palsu itu bahkan menggunakan tenaga yang di dapat dari amarahnya. Walaupun dia tahu, energi yang berasal dari amarah, akan membuatnya lelah setelahnya.
***
PAGI memukul waktu cukup keras dan menunjuk angka tujuh. Majhar hampir telat karena hari ini masuk sekolah. Majhar pun segera mengemasi barang-barang untuk keperluan sekolahnya. Lalu, tak lupa menghubungi Medina yang ada di rumah lamanya.
"Halo, Majhar? Kamu sudah mau berangkat Sekolah?" kata Medina dengan suara yang tak seperti bangun tidur.
Medina memang terbiasa bangun jam 5 pagi. Lalu melakukan olahraga, di mulai hari ini. Karena biasanya, dulu dia langsung belajar mata pelajaran untuk hari ini. Medina juga sempat lupa dan malah membawa buku. Dan saat dirinya ingat, Medina pun menyimpan kembali buku itu dan memulai olahraga ringan lalu membereskan rumah. Setelah itu, dia akan belajar jam 8 pagi, dengan video berbayar yang telah Majhar berikan untuknya. Medina tidak percaya. Pelajaran yang dirinya mulai adalah pelajaran kelas 2 SMA. Padahal Medina baru kelas 1 masuk semester 1 juga.
"Iya. Ini aku mau berangkat. Kamu tidak apa-apa, kan kalau aku belum datang?" kata Majhar yang takut Medina sendiri padahal tadi malam Medina juga sendiri.
"Mm. Tidak apa-apa," jawabnya sambil menutup telepon Majhar dan melanjutkan mengepel lantainya.
Majhar terkejut saat Medina menutup teleponnya.
Gadis yang terkadang tidak mau diajak bercanda itu, tampak menarik baginya.
Kini, Majhar pun menuju Sekolah, untuk belajar yang terkadang, membosankan.
Pada saat Majhar duduk di kursi sebelah Kenzo–Anak dari Tano Akaza, dia sangat dalam memperhatikan Kenzo.
"Hey! Majhar! Kenapa kamu melihat Kenzo selama itu? Jangan bilang kamu suka laki-laki? Haha!" ejek seorang laki-laki yang sering bercanda dengannya.
"Enak saja!" kata Majhar sambil memberikan siku tangan kepada temannya itu walaupun tak mengenainya.
"Kenzo–"
Belum sempat berbicara, Kenzo menutup telinganya dengan headset dan wajah yang tampak dingin dibanding kesal.
Majhar tak bisa berupaya lebih karena Kenzo tak bisa didekati. Tapi Kenzo yang tidak mau mengikuti ekstrakurikuler, sekarang dia mau mengikutinya.
"Azan! Sini!" panggilnya.
Majhar menjelaskan tentang keinginannya yang ingin mengikuti ekskul basket. Dia sengaja mengikuti ekskul itu karena ada Majhar. Sesuatu yang dia sukai, harus diikuti atau catat untuk Medina pelajari.
Azan pun mendaftarkan Majhar untuk mengikuti ekskul itu.
Brak!
"Jangan ribut karena pelajaran akan saya mulai," ucap Guru Kimia.
Pembelajaran terus berlangsung dan ternyata, Kenzo beberapa kali ditunjuk Guru Kimia. Kenzo juga tampak cerdas menyelesaikan setiap soal yang Guru tersebut berikan.
"Kenzo, kamu menyukai Fisika atau Kimia?" bisik Majhar pada Kenzo.
Kenzo menatapnya dengan dingin. Lalu matanya berputar. "Fisika!" jawabnya ketus.
Majhar membelalakan matanya terkejut. Ini adalah pertama baginya karena Kenzo tidak pernah mau bicara dengannya.
"Ah, begitu, ya." jawabnya.
Sampai pembelajaran yang membutuhkan waktu 8 jam, Majhar tak berhenti menuliskan apa yang disukai Kenzo. Majhar mengikuti Majhar kemanapun, dengan alasan ingin diajari Fisika. Walau Kenzo tolak mentah-mentah, Majhar terus mengikutinya, kemanapun dirinya melangkah.
Setelah Kenzo pergi dari Sekolah dan melanjutkan belajar tambahan, Majhar berhenti mengikutinya karena dia sudah lelah. Majhar pun, pulang ke rumah Medina.
Sedangkan Medina yang baru selesai dengan belajarnya, Medina melanjutkan kegiatannya untuk mengecek dokumen palsu yang dia buat. Sampai suara bel terus terdengar dari luar, dan ponsel yang berdering. Orang itu adalah Majhar.
"Hah! Hah! Kamu kenapa lama sekali, Medina? Air! Air!" katanya sambil meminta air kepada Medina.
"Nih! Kenapa terburu-buru sekali, sih?" tanya Medina yang tak dijawab Majhar. Dan laki-laki itu langsung masuk ke rumah Medina lalu menggulingkan badannya ke lantai.
"Huwaa! Medina! Aku bosan sekali Sekolah. Tidak ada kamu!" rengeknya yang dibalas tendangan Medina menuju bokongnya.
"Eh? Kenapa kamu menendangku?" kata Majhar.
"Dapat info Kenzo, tidak?"
"Medina, Kenzo menyukai banyak hal!"
"Apa saja?" tanya Medina yang hampir lelah saat mendengar kata banyak.
Majhar pun menjelaskan apa saya yang dia teliti di Sekolah tadi. Ternyata, Kenzo menyukai Fisika dibanding Kimia. Tapi dia dapat menyelesaikan semuanya. Kenzo suka olahraga apalagi basket dan renang. Kenzo suka susu stroberi dari pada pisang. Kenzo suka makan-makanan yang sehat saat teman-temannya makan mie instan. Kenzo pun selalu datang ke Perpustakaan setiap hari saat jam istirahat kedua, kata penjaga perpustakaan.
"Hanya itu, Medina. Aku belum tahu lebih banyak dari itu. Asalkan kamu tahu, Kenzo tidak bisa sembarang di dekati. Bahkan aku seperti orang gila dan dikira menyukainya karena aku bertanya dia memiliki kekasih atau belum. Semua fans nya malah mengatakan bahwa dirinya yang menyukai Kenzo. Tapi ada yang lebih waras dari pada fans nya. Salah satu teman Kenzo yang merupakan Dewi Sekolah kami, menyukai Kenzo. Tapi saat aku melihat tatapan Kenzo pada gadis itu, dia tidak seperti orang yang menyukai gadis itu. Medina, ini kesempatanmu. Kamu cantik! Kenzo pasti akan terpikat!"
"Kalau seorang Dewi Sekolah saja tak membuatnya terpikat, apalagi aku yang seperti babi ini," rengeknya hampir menyerah.
"Medina, percaya dirilah!" kata Majhar sambil meyakinkan Medina.
"Ah! Dokumen palsu itu!"