---------------------
Paginya.
Tepat menjelang matahari terbit dan selama matahari terbit adalah waktu yang sangat tepat untuk menyalurkan energi Yang,
KaiLe sudah duduk di atas Jade biru dengan Hong yang di posisikan duduk bersila di depannya, Kai membuka pakaian atasnya selembar demi selembar, ia harus menanggalkan setiap lembar pakaiannya hingga tidak tersisa, atau energi Yang tidak akan murni, kulit putih bersih dengan otot dada dan perut yang sempurna milik KaiLe terlihat jelas.
Tabib Chai sudah meracik lima butir pil berukuran cukup besar yang harus diberikan pada Hong sebelum ia menyalurkan energi itu, tapi, mulut Hong tertutup rapat, bagaimana ia bisa menelan obat sebesar itu?
Perlahan, KaILe melepaskan pakaian Hong, membuka pelan lapisan paling luar terlebih dahulu, pakaian sangat indah yang harusnya dikenakan Hong di hari ulang tahunnya.
Tangan Kai berhenti sejenak, melihat wajah pucat Hong, apa, ia sudah mengambil kesempatan saat adik Hong-nya tidak berdaya?
"Kak Kai! Hehe" senyum Hong yang indah, ia yang membiarkan tangan Kai yang besar membelai pipinya lembut.
"Adik Hong, jangan nakal yah"
Kai melihat wajah Hong lama.
Airmatanya tertahan, ia mungkin bisa saja gagal, menurut tabib Chai, kesempatan Hong untuk bisa sadar sangat tipis, racun Yin harusnya tidak bereaksi di dalam tubuh anak laki-laki, tapi untuk Hong ini suatu keanehan, dan racun ini biasanya tidak terlalu berbahaya, tapi untuk tubuh Hong, reaksinya tidak sama.
KaiLe meneruskan membuka pakaian Hong satu persatu, hingga benar-benar polos tanpa sehelai pakaian pun, tubuh mulus Hong, kulitnya yang putih lembut, baunya yang harum, rambut panjang ikal berwarna merah yang menutupi sebagian dadanya, Kai tidak bisa menahan detak jantungnya yang berlari sangat cepat, tapi ia tidak bisa melecehkan adik Hong, ini sama saja tidak menghormatinya,
KaiLe mengambil sebutir obat dalam mangkuk kecil, menggigitnya hingga lumat di dalam mulutnya, mendekati Hong, mengangkat leher belakangnya dan memasukkan obat itu ke dalam mulutnya, melalui mulut Kai, mendorong obat itu dengan lidahnya hingga masuk ke dalam tenggorokan Hong, Kai seakan mencium bibir dingin Hong tapi ia hanya membantunya menelan obat, itu yang harus ia lakukan.
Tak lama kemudian Kai sudah duduk di belakang Hong dan menyalurkan energi Yang melalui telapak tangannya ke punggung polos Hong.
"Whooossshh" suara angin terdengar menderu, hangat energi Yang dari tubuh Kai membuat dinding goa yang membeku perlahan mencair.
Kai sangat fokus, ia harus fokus dan tidak bisa terganggu apapun karena nyawa Hong ada di tangannya kini.
Walau menyalurkan tenaga dalam dari tubuh melalui telapak tangannya tapi seluruh tubuh Kai mengeluarkan hawa panas, itu adalah energi Yang yang dibutuhkan Hong, energi dari panas tubuh polos tanpa sehelai pakaianpun menghalangi yang dibutuhkan HongEr.
"Whossssshhh"
.......................
Shettt sheett!
Sabetan pedang tajam di antara rumput tinggi dan angin yang bertiup kencang.
Langit perlahan gelap, walau sebenarnya waktu masih siang tengah hari, tapi langit di atas lembah Jie perlahan menjadi gelap dan turun gerimis kecil.
Fei menari di atas angin, seakan terbang bersama pedang panjang di tangannya, menyabet daun dan angin dengan ringan.
"Sheett"
Ia menari bersama LuKan meliukkan tubuhnya mengarahkan pedangnya sejauh mungkin, keringat sudah mengucur di keningnya tapi ia belum lelah, fisiknya lelah tapi ia tidak bisa berhenti memikirkan wajah Hong, bahkan saat ia berlatih biasanya Hong akan duduk di atas batu kesayangannya memberi semangat padanya sekeras-kerasnya.
"Kakak hebat! Ayo kak!"
LuKan sangat tipis dan tajam, kemampuan pedang Fei tak bisa diremehkan, ia membelah daun kering yang terhembus jatuh dari atas pohon karena angin yang berhembus kian kencang, tak butuh waktu lama hingga hujan deras turun, seketika membasahi tubuh dan pakaian Fei.
Ia meloncat, membalikkan tubuhnya di atas angin hingga membelah hujan dengan tenaga dalamnya.
"Hiattt!!"
Napasnya terengah.
Ia tidak bisa membayangkan pangeran Kai menyentuh setiap jengkal tubuh Hong, tapi, ia tidak bisa melakukan apapun untuk itu.
Fei menjatuhkan lututnya, tangannya memegang Lukan yang ditusuk keras ke atas tanah menahan tubuhnya yang lelah.
Tubuh Hong, wajah Hong yang polos, adiknya yang polos itu, seharusnya hanya ia yang boleh menyentuh adiknya, hanya ia yang boleh melakukan itu, adiknya begitu berharga, kenapa ia membiarkan orang asing menyentuh tubuh adiknya yang sangat ia sayangi.
"HongEr!!!" Fei berteriak keras, membuka dua tangannya dan dadanya berteriak sekeras ia bisa.
Suara hujan keras memendam teriakannya.
"Hong!!!"
.....................
Hari ke lima.
Kai baru selesai mengenakan kembali pakaian Hong, ini sudah hari ke lima ia memberikan energi Yang pada Hong, tapi, pemuda itu belum juga menunjukkan perkembangan.
Kai mengikat tali pita di depan pinggang Hong, pakaian yang begitu indah, Ibundanya selalu menggantinya dengan yang baru setiap hari ia memberikan energi untuknya, wajah Hong, tetap tidak berubah, apa penawar racun dan energi Yang-nya tidak berpengaruh sedikitpun?
"Adik" Kai membelai pipi dingin Hong.
"Jangan khawatir kak Kai, kakak pasti bisa" suara Hong dalam kepalanya.
Kai berdiri perlahan, ia memegang pinggiran batu Jade dan hampir terhuyung jatuh,
"Akh" ia terlalu banyak mengeluarkan energinya tadi, entah kenapa energi yang ia keluarkan terakhir seperti tidak ada batasnya, terus keluar tanpa bisa ia kendalikan, bahkan, seperti tersedot ke dalam tubuh Hong, apa mungkin? Hong tidak memiliki tenaga dalam, dan ia juga tak sadarkan diri, tidak mungkin tubuhnya bisa menyedot tenaga dalamnya, ia pasti kelelahan karena berapa hari ini.
....................
Drap drap drap drap!
Suara derap kuda cepat, lalu berhenti tepat di depan gerbang.
Salah satu rumah makan di perbatasan, sebuah kereta kencana sudah berhenti di dalam gerbang bersama beberapa pengawal dengan pakaian menyerupai pengawal istana di dekatnya.
Rumah makan sepertinya sengaja disewa seluruhnya oleh tamu agung itu hingga tidak ada orang lain terlihat di sana selain orang-orang dengan pakaian asing itu.
Seorang pengawal yang memacu kudanya secepat angin tadi masuk ke dalam rumah makan dan langsung menurunkan lututnya di depan orang yang duduk menikmati tehnya dengan tenang di atas kursi di tengah ruangan, beberapa pengawal berdiri mengelilinginya.
"Hormat Yang Mulia!"
"Bagaimana perkembangannya, orang itu berhasil memasuki rumah besar Jie?" Tanya orang dengan suara datar dan tidak terlalu berat, nada yang enak didengar.
Pengawal itu menurunkan kepalanya.
"Sudah Yang Mulia, hanya tinggal menunggu perintah saja"
Pria yang duduk di atas kursi menyeringai, ia seseorang yang cukup berpengaruh hingga pengawal itu memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia, angin berhembus pelan menerbangkan pakaian bagian bawahnya yang berlapis sutra, suara kerincingan manik yang menggantung di ujung pakaian bawahnya terdengar indah dibelai angin, menyerupai pakaian milik KaiLe.
"Heh, anak itu begitu berharga, jangan sampai terjadi hal buruk padanya, lakukan apapun yang kalian bisa untuk menyelamatkan nyawanya, anak itu, adalah anak emas"
------------------------