"Serupa?" mata Kihrani naik ke atas searah dengan cara lelaki di hadapannya menarik perlahan rambutnya ke bawah melalui tangan yang menyusup pada sela-sela rambut di belakang kepala hingga dagu gadis itu mendongak, menengadah. "Kalau kau sampai berbuat buruk, aku tak segan-segan mengadu pada nona," ancamnya, menutupi rasa takut yang melandanya.
Vian berperawakan besar dibanding dirinya yang tengah meringkuk, duduk di atas karpet. Meja lipat adalah benda rapuh yang mustahil melindunginya andai pria —penuh obsesi menurut Pradita, tersebut memutuskan berperilaku nekat.
Kihrani merasa Vian sedikit berbeda. Pria tersebut bahkan memainkan tangan kanannya yang lemah untuk menyusuri rambutnya, selepas tangannya yang kiri menarik pita yang mengikat kuat rambut hitam pekat.