Ketika pistol ditangan Sisca meletus. Nizam memeluk Alena sangat erat. Ia membiarkan punggungnya menghadap Sisca. Matanya terpejam erat Ia benar-benar menyerahkan nyawanya pada takdir untuk melindungi buah hatinya. Dagunya berada diatas kepala Alena. Ia benar-benar melingkupi tubuh Alena dengan seluruh tubuhnya. Alena langsung ambruk dalam pelukan Nizam. Alena tidak tahan menahan guncangan jiwa. Apalagi semua mulut berteriak histeris. Suasana semakin ricuh dan semerawut. Nizam merasakan ajalnya sudah semakin dekat. Ia mengucapkan dzikir dengan perlahan dan gemetar.
Tapi Nizam tidak merasakan sakit apapun. Padahal suara letusan pistol sudah terdengar memekakkan telinga. Sambil tetap menahan tubuh Alena yang mulai melorot hendak jatuh. Nizam Memalingkan wajahnya ke belakang menatap Sisca.