Jemari Pangeran Barry menelusuri pipi halus dan mulus itu mulai dari mata yang terpejam rapat, hidung hingga bibir. Jempol tangannya di menyentuh dengan sedikit kasar, menekan kuat hingga menciptkan semburat merah pada bibir yang pucat itu. Seakan tidak ada darah yang mengalir menciptkan denyut kehidupan tetapi Pangeran Barry tahu kalau pada tubuh yang dingin ini masih ada kehangatan yang mungkin sedang menantinya.
Ditundukkan wajahnya dan kemudian dengan lembut disentuhkan bibirnya ke bibir wanita itu. Lidahnya terhulur menyapu tepian bibir indah itu dan menciptkan sensasi yang memabukkan bagi dirinya. Betapa seluruh darahnya mengalir dengan cepat seperti aliran air sungai di saat hujan deras.