"Jika kalian memaksa Aku bicara disini, Aku akan mengikutinya. Aku adalah orang yang kalah jadi apapun mau kalian Aku akan mengikutinya," kata Nizam sambil menghela nafasnya.
Melihat Nizam begitu terpuruk para utusan itu berubah menjadi sedikit iba. Nizam sungguh seperti seorang suami yang kehilangan istri yang paling dicintainya.
Tiba-tiba Nizam menutup wajahnya, " Aku sungguh tidak mengira kalau cinta kami akan menjadikan Putri Nadia gelap mata. Aku sudah berulang kali mengatakan kepada Putri Nadia untuk bersabar agar kami bisa bersama.
Aku mengatakan kepada dia kalau Aku harus menyelesaikan banyak masalah baru akan menikahinya. Tetapi dia salah mengira. Dikiranya Aku menunda - nunda untuk menikahi dia karena Putri Alena. Padahal sebagai Pangeran Putra Mahkota Aku berhak memiliki wanita yang kucintai lebih dari satu. Hanya saja Aku harus menenangkan dulu suasana dalam harem yang tidak kondusif." Nizam menghela nafas panjang.